You are hereArtikel Misi / Artikel Misi

Artikel Misi

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Teologi Alkitabiah untuk Gereja Orang-Orang Miskin

Apakah tujuan hidup ini? Menurut Katekisme Westminster, "Tujuan utama akhir hidup manusia adalah untuk menyenangkan Tuhan dan memuliakan-Nya selamanya." Roma 8:29 menyatakan bahwa kita ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Satu aspek tujuan hidup orang Kristen disimpulkan dalam satu ungkapan kuno, "imitatio Cristo" (tiruan Kristus).

Penampakan Diri Yesus

Sahabat-sahabat Yesus saat itu tidak sedang mengharapkan apa yang akan mereka lihat. Meskipun mereka telah mendengar dan mengikuti pengajaran Yesus dengan saksama selama 3 tahun, mereka benar-benar tak pernah mengerti sepenuhnya bahwa Dia akan bangkit dari kematian. Maka, tentunya mereka tidak akan memunyai alasan untuk mengarang cerita-cerita yang mengklaim bahwa mereka telah melihat Dia. Bagi mereka, itu pun bukan pilihan. Sudah pasti, mereka kehilangan Yesus. Dan sama seperti siapa pun dari kita yang kehilangan seseorang yang sangat dikasihi atau sahabat yang sangat dirindukan untuk bertemu, begitu pula mereka memiliki kerinduan bertemu Yesus. Mereka tak pernah menyangka mereka akan pernah bertemu Dia lagi (Yohanes 20:9). Namun, mereka sungguh melihat Dia. Pertama-tama di kubur. Kemudian di jalan yang berdebu menuju Emaus. Lalu di ruang atas. Berulang kali, di dalam peristiwa yang berbeda, Yesus menampakkan diri kepada sahabat-sahabat-Nya. Selama 40 hari Dia membuat kehadiran-Nya diketahui di seluruh negeri itu. Mari kita amati siapa saja yang telah melihat Yesus dan di mana Dia menampakkan diri. Ini menjadi kepingan bukti lainnya akan kebangkitan Yesus.

Merespons Karya Salib dan Kebangkitan Kristus

Kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya adalah demonstrasi kasih Allah atas umat manusia dan kuasa-Nya atas dosa dan maut. Kasih Allah dinyatakan lewat pengorbanan Putra Allah yang memikul dosa seisi dunia sehingga menyediakan jalan pendamaian bagi manusia kepada Allah. Kematian Kristus adalah kematian yang menggantikan hukuman yang seharusnya manusia terima karena dosa-dosanya. Manusia yang percaya kepada Kristus kini tidak lagi menerima hukuman, melainkan menerima anugerah pengampunan dosa. Salib menjadi lambang pengampunan yang sempurna karena Kristus telah membayar utang dosa secara tuntas di atasnya. Oleh darah Kristus yang telah dicurahkan demi pengampunan dosa, manusia yang percaya kepada karya salib ini boleh dengan berani berkata, "Aku sudah diampuni. Allah tidak lagi melihat aku sebagai orang berdosa. Terpujilah nama Tuhan!"

Mengapa Harus Salib?

Mengapa Yesus turun dari surga, masuk dunia gelap penuh cela, berdoa, bergumul dalam taman, dan cawan pahit pun diterima-Nya. Mengapa Yesus menderita didera dan mahkota duri pun dipakai-Nya? Mengapa Yesus mati bagi saya? Kasih! Ya, karena kasih-Nya.

Bagaimana Membina Murid-Murid yang Berlipat Ganda (II)

Orang Tua Melindungi Anak-Anak Rohaninya

Dengan sistematis, Iblis telah berencana untuk menghancurkan murid-murid Kristus melalui kedengkian, rasa tawar hati, ketidaksabaran, dan dosa-dosa lainnya. Meskipun kesusahan banyak sekali, kuasa untuk bertahan terhadap serangan Iblis dengan segera kita peroleh apabila kita memiliki hidup Kristus. "Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4)

Bagaimana Membina Murid-Murid yang Berlipat Ganda (I)

Memiliki Hati Orang Tua

Ada banyak bayi rohani dalam gereja kita, tetapi hanya sedikit saja orang tua rohani yang mengambil tanggung jawab atas mereka. Paulus mengatakan bahwa ia yakin Allah akan mendewasakan orang-orang yang telah diselamatkan-Nya (Filipi 1:6). Apakah alasan untuk keyakinannya itu? Sebagai orang tua rohani, ia selalu berdoa bagi bayi-bayinya dalam Kristus (Filipi 1:3-4) dan ia mengasihi mereka. Ia berkata, "Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita Injil." (Filipi 1:7)

Syarat-Syarat Bagi Seorang Murid yang Sejati

Kekristenan yang sejati adalah suatu penyerahan diri seluruhnya dan sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Juru Selamat kita tidak mencari pria maupun wanita yang hanya mau memberikan waktu luangnya pada malam hari atau waktu liburannya atau masa pensiunnya kepada-Nya. Sebaliknya, Ia mencari mereka yang mau menempatkan Dia pada tempat yang terutama di dalam kehidupan mereka. Sekarang ini Ia senantiasa mencari serombongan orang-orang yang tidak hanyut tanpa tujuan pada jalan-Nya. Ia mencari pribadi-pribadi, baik pria maupun wanita, yang bersedia mengikuti jalan-Nya.

Hakikat Kekristenan: Kemuridan

Konsep Kemuridan

Konsep kemuridan memang umum dalam dunia Alkitab. Dari sekitar 260 istilah murid dalam Perjanjian Baru, 230 di antaranya terdapat dalam Injil. Istilah-istilah itu umumnya berbicara tentang murid-murid Yesus, walaupun ada juga yang berbicara tentang murid-murid Musa, Farisi, Yohanes Pembaptis, dan Paulus. Kita mungkin akan lebih mengerti tentang konsep kemuridan ini bila kita mengingat kisah-kisah hubungan guru-murid antara Musa dan Yosua, Eli dan Samuel, Elia dan Elisa, para nabi, seperti Yesaya dan Yeremia, dengan para murid mereka, dll..

Penyesuaian dalam Misi

Masalah penyesuaian sebenarnya sudah ada sejak awal sejarah misi. Misionaris perintis yang ada di ladang misi harus bergelut dengan masalah ini sejak awal. Dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru semampu mungkin -- mendirikan rumah yang serupa, makan makanan yang sama, mempelajari bahasa mereka, dan menghormati adat-istiadat dan kebiasaan mereka. Dia akan berperilaku seperti halnya salah seorang dari mereka. Akan tetapi, semua penyesuaian itu hanya sementara sifatnya, tidak permanen. Sebagai contoh, seorang penginjil mengamati beberapa orang biasanya membicarakan masalah-masalah keagamaan hanya di malam hari dengan menggunakan bahasa yang tidak dapat dipahami oleh semua orang dengan baik. Dalam kasus tersebut, mungkin misionaris itu akan ikut dalam diskusi tersebut dengan bahasa yang sama, meski ia menyadari keesokan harinya ia akan menginjili dengan bahasa umum masyarakat setempat.

Penting atau Fundamentalkah Doa Itu?

Untuk pertanyaan di atas, saya yakin kebanyakan dari kita akan menjawab bahwa doa itu fundamental. Doa bukan hanya sebuah kenikmatan rohani -- suatu kesalehan untuk menekankan rutinitas religius kita. Doa adalah hubungan kita dengan Bapa.