You are hereArtikel Misi / Syarat-Syarat Bagi Seorang Murid yang Sejati
Syarat-Syarat Bagi Seorang Murid yang Sejati
Kekristenan yang sejati adalah suatu penyerahan diri seluruhnya dan sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Juru Selamat kita tidak mencari pria maupun wanita yang hanya mau memberikan waktu luangnya pada malam hari atau waktu liburannya atau masa pensiunnya kepada-Nya. Sebaliknya, Ia mencari mereka yang mau menempatkan Dia pada tempat yang terutama di dalam kehidupan mereka. Sekarang ini Ia senantiasa mencari serombongan orang-orang yang tidak hanyut tanpa tujuan pada jalan-Nya. Ia mencari pribadi-pribadi, baik pria maupun wanita, yang bersedia mengikuti jalan-Nya.
Balasan yang setimpal dengan pengorbanan-Nya di Kalvari hanyalah penyerahan diri yang tanpa syarat. Kasih yang sangat mulia dan ilahi tak akan terbalas, terkecuali dengan penyerahan jiwa dan kehidupan; seluruh tubuh, jiwa, dan roh kita.
Tuhan Yesus menuntut hal-hal yang keras dan mengikat bagi mereka yang mau menjadi murid-Nya -- hal-hal yang sekarang diabaikan oleh karena kehidupan duniawi. Sering orang menganggap bahwa kekristenan itu hanyalah sebagai suatu kelepasan dari neraka dan garansi untuk masuk surga saja. Selain itu, kita merasa mempunyai hak untuk menikmati yang terbaik yang dapat diberikan dunia kepada kita. Kita mengetahui bahwa ada ayat-ayat tegas perihal menjadi murid di dalam Alkitab, tetapi sukar untuk menerapkannya ke dalam pikiran kita mengenai apakah kekristenan itu seyogianya.
Kita mengetahui fakta bahwa prajurit mengorbankan diri mereka karena alasan kepahlawanan. Juga tidak aneh, bahwa orang-orang komunis mengorbankan diri mereka karena alasan-alasan politik. Akan tetapi, kita sukar mengerti "darah, keringat, dan air mata" yang mencerminkan kehidupan seorang pengikut Kristus.
Namun, perkataan Tuhan Yesus cukup jelas. Tidak ada sedikit pun kelonggaran untuk salah pengertian jikalau kita menerima sebagaimana maknanya. Di bawah ini adalah syarat-syarat menjadi murid yang ditetapkan oleh Juru Selamat dunia.
Kasih yang sebulat-bulatnya kepada Yesus Kristus. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:26)
Hal ini tidak berarti kita harus membenci dan berseteru dengan keluarga kita, tetapi ini berarti bahwa kasih kita kepada Kristus harus lebih agung dan mulia. Sebenarnya yang paling sulit di dalam tuntutan ini adalah "bahkan nyawanya sendiri". Cinta diri sendiri adalah rintangan yang paling besar dalam menjadi murid. Nanti sesudah kita menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada-Nya, barulah kita berada di tempat yang dikehendaki-Nya bagi kita.
Menyangkali diri sendiri. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Menyangkali dirinya (denial of self) tidak sama dengan penyangkalan diri (self-denial). Yang terakhir itu berarti memantangi beberapa macam makanan tertentu dan kesukaan atau harta milik. Menyangkali dirinya berarti menaklukkan diri kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga kita tidak mempunyai hak dan kuasa lagi atas diri sendiri. Hal itu berarti diri kita turun dari takhtanya. Intinya ditekankan dalam perkataan Henry Martyn, yaitu: "Tuhan, biarlah saya tidak mempunyai kehendak apa-apa lagi dari diri saya sendiri, atau menganggap kesejahteraan sesungguhnya itu berasal dari lahiriah saja, tetapi supaya semuanya hanyalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Mu."
"Pemenangku nan agung, Penghulu Ilahi, genggamlah tanganku. Kehendakku seluruhnya kuserahkan hanya kepada Engkau."
(H.G. Mottle)
Memikul salib. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Salib bukanlah suatu kelemahan jasmaniah atau penderitaan mental. Salib adalah suatu jalan sempit yang dipilih oleh seseorang menurut kehendak hatinya sendiri. Itu merupakan "suatu jalan di dalam dunia ini yang di mata dunia adalah memalukan dan dicela" (C.A. Coates). Salib melambangkan malu, penganiayaan, dan pencercaan yang dilemparkan oleh dunia ini ke atas Anak Allah, dan yang akan dilemparkannya juga kepada semua orang yang berani melawan arus dunia ini.
Penyerahan hidup sepenuhnya. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Untuk memahami arti firman Tuhan ini, maka kita perlu bertanya pada diri kita sendiri: "Apakah sifat kehidupan Tuhan Yesus itu?" Itu adalah suatu kehidupan menaati kehendak Allah. Itu suatu kehidupan yang dikuasai oleh Roh Kudus. Itu adalah suatu kehidupan yang penuh kesabaran dan penderitaan, sekalipun harus menghadapi perlakuan yang tidak pantas dari orang lain. Itu adalah suatu kehidupan penuh sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Untuk menjadi murid-murid-Nya, maka kita juga harus berjalan menurut teladan-Nya. Kita harus memperlihatkan buah yang sama dengan yang ditunjukkan oleh Kristus (Yohanes 15:8).
Kasih kepada sesama. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35)
Ini adalah kasih yang menghormati orang lain lebih baik daripada dirinya sendiri. Itu adalah kasih yang menutupi kesalahan-kesalahan orang lain. Itu adalah kasih yang sabar dan murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13:4-7). Tanpa kasih ini, maka kemuridan itu akan menjadi ilmu kebatinan yang dingin dan tidak menyalahi hukum (legalistik) saja.
Berpegang teguh kepada perkataan Tuhan. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku." (Yohanes 8:31)
Untuk menjadi murid yang sesungguhnya, kita harus memiliki keteguhan hati. "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah" (Lukas 9:62). Kristus menghendaki supaya mereka yang mau mengikut Dia harus berada dalam ketaatan.
Meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia. "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:33)
Ini adalah syarat yang paling tidak populer daripada syarat-syarat Kristen dalam hal menjadi murid, dan ternyata ini adalah ayat yang paling tidak disukai di dalam Alkitab. Para sarjana teologi dapat memberikan seribu macam alasan kepada Anda. Akan tetapi, murid-murid menerima perkataan Tuhan Yesus.
Apakah artinya meninggalkan segala sesuatu yang dipunyainya? Itu berarti meninggalkan semua kepunyaan kebendaan yang tidak mutlak perlu, dan mempergunakannya dalam penyebaran Injil. Orang yang meninggalkan semuanya tidak menjadi gelandangan, sebab ia harus bekerja keras untuk keperluannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri. Namun, karena menjadi murid itu adalah mendahulukan kepentingan Kristus, maka ia mempergunakan segala sesuatu yang melebihi keperluan utamanya untuk pekerjaan Tuhan, dan berharap kepada Tuhan untuk masanya yang akan datang. Di dalam mencari terlebih dahulu kerajaan Allah serta kebenaran-Nya, maka ia percaya bahwa ia tidak akan kekurangan makanan dan pakaian. Ia tidak dapat terus-menerus menambahkan persediaannya bilamana jiwa-jiwa lain sedang dalam keadaan tersesat tanpa Injil. Ia tidak akan membuang waktunya dan kehidupannya untuk mencari kekayaan pribadi. Ia mau menaati firman Tuhan mengenai jangan menyimpan kekayaan di dunia. Inilah tujuh syarat perihal menjadi murid Kristus itu.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | Murid Sejati |
Judul asli buku | : | Tidak dicantumkan |
Penulis | : | William MacDonald |
Penerjemah | : | Ev. Elisa M. Tumundo |
Penerbit | : | YAKIN, Surabaya |
Halaman | : | 1 -- 7 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 33668 reads