You are hereArtikel Misi / Bagaimana Membina Murid-Murid yang Berlipat Ganda (II)

Bagaimana Membina Murid-Murid yang Berlipat Ganda (II)


Orang Tua Melindungi Anak-Anak Rohaninya

Dengan sistematis, Iblis telah berencana untuk menghancurkan murid-murid Kristus melalui kedengkian, rasa tawar hati, ketidaksabaran, dan dosa-dosa lainnya. Meskipun kesusahan banyak sekali, kuasa untuk bertahan terhadap serangan Iblis dengan segera kita peroleh apabila kita memiliki hidup Kristus. "Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4)

Kristus memberikan teladan bagi kita sebagai orang tua rohani yang melindungi ketika Ia mengatakan kepada Petrus, "Lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (Lukas 22:31-32)

Perlindungan dari Pencobaan

Tiga pencobaan utama yang digunakan Iblis untuk menarik kita ke dalam dosa disebut dalam 1 Yohanes 2:15-16. "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."

  1. Keinginan Daging

    Keinginan atau nafsu mulai dengan pandangan. "Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:25-27)

    Menolong murid-murid berarti memerhatikan tingkah laku mereka terhadap lawan jenis. Nasihat yang jujur dan terus terang tentang pokok ini, yang diucapkan dengan kasih, harus diberikan baik kepada murid yang masih sendirian maupun yang sudah menikah, sehingga mereka bisa belajar bagaimana "menjaga hati dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23)

  2. Keinginan Mata

    Keinginan akan uang dan harta benda juga dapat merusak para murid. Keduanya merupakan akibat dari terlampau banyak memusatkan perhatian kepada segala kesusahan dalam dunia ini. Uang sendiri bukanlah hal yang jahat; jika dipergunakan dengan semestinya, uang dapat menjadi alat untuk pelayanan yang efektif bagi banyak orang. Namun demikian, cinta uang adalah jahat. "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (1 Timotius 6:9-10). "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24)

    Rahasianya ialah jangan dikuasai oleh uang. Pastikan apakah murid Anda yang menguasai uang atau uang yang menguasai dirinya. Perhatikan motivasinya dalam menjalankan usahanya. Amati berapa banyak energi yang diabdikan untuk memperoleh uang. Hal apa yang menjadi prioritasnya. Apakah ia memunyai waktu bagi Tuhan, keluarga, dan pelayanannya di gereja? Perhatikan bagaimana ia membelanjakan dan menabung uangnya. Apakah yang selalu dibicarakannya? Sampaikan prinsip-prinsip sehat untuk mengurusi keuangan sehingga murid Anda terhindar dari utang. Dengan demikian, ia memunyai keleluasaan untuk bergerak dan mengikuti panggilan Allah.

    Yang erat berkaitan dengan keinginan akan uang adalah keinginan akan barang milik. Kita harus bertanya kepada diri sendiri, "Berapakah yang kita perlukan untuk kebutuhan-kebutuhan hidup yang pokok?" "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (1 Timotius 6:8). Yang lainnya cuma merupakan tambahan saja: rumah, mobil, dan ijazah pendidikan. Bersyukurlah kepada Tuhan untuk semua tambahan itu, tetapi jangan mendambakannya.

    Beberapa utusan gerejawi diberitahukan bahwa mereka harus meninggalkan Vietnam dalam waktu 2 jam. Mereka dapat bersaksi tentang "kerugian segala sesuatu" (Filipi 3:8). Barang yang sedikit yang mereka bawa serta menyatakan penilaian mereka. Ada yang membawa foto-foto keluarga atau benda-benda kecil yang menjadi kenangan, hanya itu saja.

    Utusan-utusan gerejawi itu dapat bersaksi dari pengalaman bahwa sebaiknya kita jangan mengumpulkan harta di bumi, di mana "ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah ... harta di sorga" (Matius 6:19-20).

    Coba, berpikirlah tentang semua milik Anda. Apa yang benar-benar Anda perlukan? Apakah yang terlalu penting bagi hidup Anda? Sekarang, dalam pikiran Anda, serahkanlah hak milik atas hal-hal tersebut kepada Allah. Apabila Anda melakukan hal itu, maka barang itu tidak lagi menguasai hidup Anda dan Anda dapat memakainya dengan kesadaran bahwa barang itu milik Tuhan, bukannya milik Anda.

  3. Keangkuhan Hidup

    Godaan untuk menjadi angkuh sering kali terungkap dalam keinginan yang berlebihan akan penghargaan. Apabila Iblis tidak dapat menjerat orang dengan perbuatan yang tidak senonoh atau dengan uang, ia berbisik, "Sebenarnya kau harus diberi penghargaan. Kau telah bekerja dengan baik dan tak seorang pun yang mengerti." Banyak prajurit telah kalah dalam perjuangan untuk melipatgandakan murid karena "mereka lebih suka akan kehormatan manusia daripada kehormatan Allah" (Yohanes 12:43). Hati-hatilah terhadap rasa hormat, tersinggung, dongkol, rajuk, dan benci dalam diri murid-murid Anda. Sebagian besar sikap ini disebabkan oleh keinginan akan kebanggaan pribadi.

    Keinginan untuk dihargai dan dihormati memang wajar; namun demikian, hampir tidak ada orang yang akan mencapai keinginan ini. "Berbicara sedikit, melayani semua orang, beralih ke tempat lain," merupakan semboyan yang meluluhkan kesombongan manusia. Ingatlah, Tuhan yang memberikan pahala bagi orang yang dengan tekun mencari Dia. Ia sendiri adalah pahala yang utama bagi kita (Kejadian 15:1).

    Keangkuhan hidup dapat juga mengambil bentuk persaingan yang berlebih-lebihan. Kita ingin menjadi yang terbaik di pemandangan Tuhan, supaya kita akan berkenan kepada-Nya dalam semua yang kita lakukan. Meskipun persaingan yang sehat dapat memajukan keinginan akan keunggulan, terlalu banyak memusatkan perhatian pada diri sendiri dapat mengaburkan penglihatan kita akan keperluan orang lain. Kita harus mengingat akan kata-kata Paulus kepada jemaat Filipi, "Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filipi 2:3-4)

Perlindungan Melalui Disiplin

Ketika peringatan Tuhan tidak dihiraukan dan murid berbuat dosa, orang tua rohani harus mendisiplin dia. Ini merupakan pelayanan yang penting sekali dalam gereja. "Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan hari ini, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa." (Ibrani 3:13)

Ayat-ayat yang paling baik mengenai disiplin terdapat dalam Ibrani 12:5-13. Kita harus mendisiplin orang yang berada di bawah pimpinan kita; tetapi kita jangan menghukum! Tujuan penghukuman adalah penghentian suatu kebiasaan atau pelanggaran, tetapi tujuan disiplin ialah memulihkan persekutuan dengan Allah.

Berterus terang dan terbuka dengan orang lain mengenai dosa mereka merupakan suatu hal yang sukar, namun perlu sekali dilakukan. Teguran dan nasihat bukan saja merupakan cara tercepat menuju pemulihan dan pertumbuhan rohani, tetapi juga menyatakan kasih yang luar biasa pada pihak penasihat. Tidak banyak orang yang bersedia mengambil risiko kehilangan suatu hubungan baik karena harus mendisiplin.

Paulus mempergunakan bermacam-macam kata untuk menggambarkan konfrontasi penuh kasih: menegur, menasihati, menempelak, memperbaiki, bahkan menghibur. Jika orang tua rohani memperkenankan muridnya terus saja tidak menaati firman Allah tanpa menegur dia penuh kasih, ia gagal untuk menunjukkan kasih yang sejati dalam hubungannya.

Mendisiplin dengan kasih sekarang ini perlu sekali jika murid-murid itu kelak harus bertumbuh dengan mengasihi kesucian dan berusaha hidup saleh. Dari benih-benih dosa yang kecil, tumbuh pohon-pohon besar yang menghalangi terang yang bersinar dari maksud rencana Allah. Kegagalan untuk memperbaiki dan mendisiplin anak-anak kita sendiri ketika mereka masih kecil, berarti bahwa kekurangan-kekurangan yang kecil itu kelak bertumbuh menjadi masalah yang besar. Hal ini benar juga dalam hubungan kita dengan anak-anak rohani. Betulkan ketidaktaatan dengan segera. "Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat." (Pengkhotbah 8:11)

Bertahun-tahun kemudian, mereka yang telah ditegur dengan penuh kasih akan memandang ke belakang dengan sukacita bahwa Allah cukup mengasihi mereka sehingga menjamah kehidupan mereka melalui seseorang yang menaruh perhatian cukup sehingga bersedia mendisiplin mereka. "Siapa yang menegur orang akan kemudian lebih disayangi daripada orang yang menjilat." (Amsal 28:23)

Bagaimana Menegur dengan Kasih

Apabila memberitahukan dosa dalam kehidupan murid-murid, lakukan dengan mengingat 2 Korintus 13 dan Galatia 6:1-3. Apabila Roh Kudus memimpin Anda untuk menghadapi murid, berikut ini ada beberapa peraturan dasar untuk mendekatinya.

  1. Firman Allah selalu merupakan dasar bagi teguran. Penting sekali kita mengetahui bahwa pelanggaran itu jelas berlawanan dengan Alkitab (Titus 2:1).

  2. Bertindaklah dengan bijaksana. Waktu yang tepat sangat penting. Kadang-kadang Allah menghendaki agar kita menerapkan kebenaran ini, "Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran." (Amsal 19:11)

  3. Orang yang membina murid harus memenuhi persyaratan yang disebut dalam Galatia 6:1, "kamu yang rohani". Kita harus dikuasai oleh Roh Kudus. Kita harus memunyai kemenangan dalam hati kita sendiri atas kesalahan yang nyata, dalam kehidupan orang lain itu.

  4. Kita tidak terpanggil untuk menghadapi setiap orang yang memunyai masalah dosa. Memenangkan hati orang itu merupakan kunci bagi tanggapan yang positif, tetapi hal itu memakan waktu. Kita juga bukan orang tua rohani bagi setiap orang.

  5. Teguran itu harus masuk akal, diberikan dengan sikap yang penuh kasih dan harus menyatakan belas kasihan dan kelemahlembutan (2 Korintus 2:4).

  6. Menasihati orang lain harus dilakukan dengan lemah lembut (Galatia 6:1). Ingatlah, hal yang sama ini bisa terjadi pada diri Anda juga pada suatu hari nanti (atau mungkin sudah terjadi). Berbicaralah dengan hati-hati, dan dengan rendah hati.

  7. Lakukanlah bila berduaan dengan orang itu saja (Amsal 25:9 dan Matius 18:15).

  8. Lakukanlah dengan ketekunan. Jangan membiarkan diri menjadi bosan atau berkecil hati. Nasihatilah dengan tekun, tetapi jangan mengomel. Setelah perkara ini selesai, jangan diungkit-ungkit lagi (Amsal 13:19 dan 28:23).

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Penggandaan Murid-Murid
Judul asli buku : Multiplying Disciples
Penulis : Waylon B. Moore
Penerbit : Gandum Mas Malang, 1981
Halaman : 97 -- 103

e-JEMMi 12/2009