You are herePenginjilan / Bagaimana Membimbing Anak Kepada Kristus?
Bagaimana Membimbing Anak Kepada Kristus?
Membimbing Anak kepada Kristus -- Apa Itu?
Sebelum kita memperhatikan alasan mengapa kita harus membimbing anak kepada Kristus, kita harus mempunyai gambaran yang jelas apa yang dimaksudkan dengan membimbing anak kepada Kristus itu.
Membimbing anak kepada Kristus tidak sama dengan menyuruh anak ke sekolah minggu atau mengikuti kebaktian di gereja. Membimbing anak kepada Kristus juga bukan masalah menolong anak agar ia mengikuti upacara gereja seperti dibaptis, disidi, dan mengikuti Perjamuan Kudus.
Satu hal yang harus senantiasa kita ingat ialah kekristenan yang sungguh-sungguh bukan sekadar mengikuti upacara, melainkan mengenal dan menerima Tuhan Yesus Kristus secara pribadi sebagai Juru Selamat.
Kekristenan adalah Kristus. Anak yang mempunyai ayah dan ibu yang beragama Kristen, juga kakek nenek yang beragama Kristen, tidak secara otomatis menjadi orang Kristen dalam arti yang sebenarnya. Karena kekristenan bukanlah tentang mengikuti upacara agama, tetapi tentang sikap hati -- jadi sifatnya sangat pribadi -- tentang percaya atau tidak kepada berita kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang mati untuk dosa manusia, dosa "saya" secara pribadi. Orang Kristen yang sesungguhnya tidak bisa lepas dari pribadi Yesus Kristus yang telah bangkit dan tetap hidup sampai sekarang ini. Salah satu keunikan kekristenan ialah tubuh setiap orang Kristen yang sesungguhnya menjadi rumah atau tempat kediaman Kristus yang sudah bangkit itu. Hubungan seseorang dengan pribadi Kristus itulah yang menentukan apakah seseorang itu Kristen dalam arti yang sesungguhnya atau sekadar mengaku Kristen karena kebetulan ia dilahirkan oleh orang tua yang beragama Kristen.
Bagi penganut agama Budha, pribadi Budha tidak penting, yang penting ialah ajarannya. Karena pribadi Budha tidak ikut menentukan apakah seseorang itu akan masuk Nirwana atau tidak. Ajarannya yang penting karena kalau para penganut itu melaksanakan ajarannya maka mereka dapat berharap semoga dapat masuk Nirwana.
Tetapi lain halnya dengan kekristenan yang alkitabiah. Segala sesuatu mengenai kekristenan ditentukan oleh pribadi dan apa yang dikerjakan Kristus Yesus, Orang Nazaret itu. Ajaran Kristen adalah ajaran mengenai Tuhan Yesus. Kristuslah asal mula kekristenan, dan Ia juga yang akan menggenapi apa yang diharapkan oleh yang percaya kepada-Nya.
Sekali lagi kekristenan adalah Kristus. Kalau kita tidak mengetahui tentang kematian Kristus, maka kita tidak mungkin dapat menghargai mengapa Kristus datang memasuki sejarah manusia. Tanpa kematian Kristus, tidak mungkin ada pengampunan dosa dan dengan demikian pula tidak mungkin ada keselamatan. Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan:
Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10).
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45).
Dalam kematian Kristus kita melihat keunikan lain dari kekristenan. Dalam kematian Yesus Kristus Allah sendiri sudah melakukan bagi manusia apa yang manusia sendiri tidak mampu lakukan. Allah menyediakan satu "Jalan", dan melalui "Jalan" ini manusia yang berdosa dan bejat ini dapat diampuni, disucikan, dan dipulihkan hubungannya dengan Allah Maha Pencipta, bukan atas dasar apa yang dilakukan manusia melainkan atas dasar apa yang sudah dilakukan oleh Allah sendiri melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.
Setiap agama di dunia ini mempunyai sistem yang pada dasarnya merupakan ajaran yang menyuruh para penganutnya untuk mengerjakan sendiri keselamatannya. Hanya di dalam Kristus keselamatan itu merupakan hadiah yang ditawarkan secara gratis, bukan karena manusia layak menerimanya melainkan semata-mata karena kebaikan kasih Allah yang tidak dapat kita mengerti. Salib Kristus merupakan pusat sejarah manusia. Tuhan Yesus adalah satu-satunya manusia yang lahir untuk mati (Ibrani 2:14). Kematian Kristus merupakan dasar, yang menyebabkan Ia layak menerima sembah dari segenap ciptaan-Nya, (Wahyu 5:9; 12; 13).
Kematian Kristus merupakan tema utama dan seluruh Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sejak di Taman Eden, ketika Allah mengutuk si "ular" dan menjanjikan seorang Pelepas (Kejadian 3:15). Nabi Yesaya menyampaikan janji yang lebih jelas mengenai Seorang yang akan mati karena dosa-dosa kita, umat manusia. Katanya, "Akan tetapi, dia ditikam karena pelanggaran-pelanggaran kita. Dia diremukkan karena kejahatan-kejahatan kita. Hukuman yang mendatangkan kesejahteraan -- bagi kita ditimpakan ke atasnya, dan oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan. Kita semua seperti domba yang tersesat, setiap orang mengambil jalan mereka sendiri. Akan tetapi, TUHAN telah membebankan ke atasnya seluruh kejahatan kita" (Yesaya 53:5-6). Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, memang mati disalib untuk menanggung dosa semua manusia tetapi tidak semua orang diselamatkan. Hanya mereka yang sudah mendengar berita Injil -- yaitu berita bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib itu karena dosanya (1 Korintus 15:3-4) dan dengan sepenuh hati percaya (memberi respons positif terhadap berita Injil itu!) yang dosanya dihapuskan, hatinya dibersihkan, hubungannya dengan Allah dipulihkan, diberi kemampuan untuk melaksanakan firman-Nya, dan kelak pasti mendapat tempat di surga. Dengan kata lain ia diselamatkan.
Kepada anak-anak pun berita Injil ini harus disampaikan sedini mungkin. Itulah yang dimaksudkan dengan membimbing anak kepada Kristus. Jadi membimbing anak kepada Kristus itu tidak lain daripada memberitakan Injil kepada anak itu, menginjili anak itu secara pribadi.
Keadaan Anak
Kalau kita membaca surat kabar maka sering kita dikejutkan oleh berbagai berita tentang kejahatan yang dilakukan anak-anak -- anak SMA yang menganiaya gurunya karena tidak lulus ujian, remaja memperkosa anak berusia lima tahun, anak SMP yang menodong dan merampok sopir taksi, anak SD yang membunuh teman sepermainannya hanya karena mengingini anting yang dipakai temannya itu, perkelahian massal, pemerasan sesama teman sekolah, kecanduan narkotika, cucu yang membunuh nenek karena tidak diberi uang jajan, kekurangajaran terhadap orang tua dalam berbagai bentuknya dan lain sebagainya. Mengerikan sekali!
Mengapa anak yang manis dan lucu tiba-tiba bisa melakukan sesuatu yang sama sekali di luar dugaan itu? Memang ada banyak faktor penyebabnya, tetapi yang terutama ialah sifat dosa yang sudah tertanam di dalam diri anak itu (Mazmur 51:7). Potensi untuk itu memang sudah ada di dalam diri setiap manusia. Rasul Paulus sendiri mengakui bahwa ia bergumul dengan hati itu, ia ingin mengalahkan dosa tetapi selalu dikalahkan oleh dosa (Roma 7). Penyelesaian untuk masalah dosa ini hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus!
Alasan Mengapa Harus Membimbing Anak kepada Kristus.
Amanat Kristus
Sesaat sebelum Kristus naik ke surga, di hadapan para murid, Tuhan Yesus menyampaikan Amanat Agung-Nya, "... Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." (Markus 16:15-16)
Tuhan Yesus memerintahkan agar Injil diberitakan kepada "segala makhluk". Anak juga merupakan makhluk yang harus mendengar Injil. Karena anak juga adalah orang berdosa, orang yang mempunyai sifat dosa bahkan sejak ia belum dilahirkan (Mazmur 51:7; Roma 3:23). Tanpa mendengar Injil anak tidak dapat percaya dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya secara pribadi. Tanpa percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat ia akan binasa -- akan masuk neraka!
Ayat 16 menyatakan bahwa "... siapa yang tidak percaya akan dihukum," tetapi tidak dikatakan bahwa siapa yang tidak dibaptis akan dihukum -- ini berarti walaupun anak belum sempat dibaptis asal ia sudah mendengar berita Injil dan percaya dengan sepenuh hati kepada berita Injil yang sudah didengarnya dan yang sampai batas-batas tertentu dimengertinya, ia akan selamat! Perintah untuk menginjili itu ditujukan kepada orang-orang yang mengaku sebagai murid Tuhan Yesus. Jadi kalau kita mengaku bahwa diri kita adalah orang percaya, pengikut Tuhan Yesus, maka mau tidak mau kita harus menginjili, harus memberitakan Injil karena ini perintah Tuhan! Dan memberitakan Injil tidak berarti harus pandai bicara di hadapan orang banyak. Tidak semua orang mendapat karunia untuk dapat berbicara di hadapan orang banyak. Menginjili berarti menyampaikan berita tentang Yesus, Anak Allah yang telah menjelma menjadi manusia dan mati di kayu salib untuk menanggung hukuman dosa kita. Barangsiapa yang percaya ia akan diselamatkan. Hanya itu, itulah menginjili, jadi tidak peduli apa pendidikan Anda, dan apa kedudukan Anda, jika Anda mengaku sebagai orang Kristen, Anda harus menginjili, termasuk menginjili anak-anak, paling tidak anak Anda sendiri!
Tuhan Yesus Adalah Satu-satunya Jalan ke Surga
Yohanes 14:6 mengatakan, "Kata Yesus kepadanya, 'Akulah jalan, dan kebenaran, dan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.'"
Kisah Para Rasul 4:12 mengatakan, "Dan, tidak ada keselamatan di dalam siapa pun lainnya karena tidak ada nama lain di bawah langit diberikan di antara manusia yang oleh nama itu kita dapat diselamatkan. Sejauh mana kita percaya pada apa yang dikatakan di dalam ayat-ayat ini? Memang banyak jalan ke Roma tetapi hanya ada satu jalan ke surga yaitu Tuhan Yesus. Jadi kalau kita tidak mau, anak-anak binasa, kita harus membimbing anak-anak kepada Kristus, kalau tidak anak itu akan binasa -- betapapun manisnya, pintarnya, atau lucunya, anak itu. Tidak menjadi soal apakah ia anak pendeta, majelis, atau orang yang sudah tujuh turunan beragama Kristen, apakah ia anak orang kaya atau orang miskin, anak orang berpangkat atau hanya orang kebanyakan saja, anak baik atau orang jahat. Anak pasti binasa jika tidak mendengar Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadinya.
Untuk Mendapat Pengertian Rohani dan Kemampuan untuk Menaati Segala Perintah Allah.
Di dalam Efesus 6:4 Rasul Paulus dengan pimpinan Roh Allah memerintahkan agar orang tua, khususnya para ayah, mendidik anak-anaknya dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Sedangkan semua perintah Tuhan yang tertera di dalam Alkitab tidak mungkin dapat dimengerti, apalagi dilaksanakan, tanpa pertolongan, yang dari Tuhan sendiri dari Roh Allah sendiri. Dan Roh ini baru diberikan kepada seseorang kalau orang itu, (termasuk anak-anak juga) sudah mendengar Injil dan memberi respons positif pada berita Injil itu.
Efesus 1:13 mengatakan, Dalam Dia, kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu, dan percaya kepada-Nya, dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan.
Di dalam 2 Korintus 3:6 Rasul Paulus mengatakan bahwa "huruf itu mematikan tetapi Roh menghidupkan" dan seorang anak yang belum mendengar Injil dan mengambil keputusan secara pribadi untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya hanya akan melihat segala macam ajaran Alkitab itu sebagai hukum yang mematikan karena menuntut dari dirinya, sesuatu yang tidak mungkin sanggup dilaksanakannya. Karena memang ia tidak mampu. Hal ini dijelaskan dalam 1 Korintus 2:14, "Tetapi manusia yang tidak rohani tidak menerima hal-hal yang berasal dari Roh Allah, karena hal-hal itu merupakan kebodohan baginya. Ia tidak dapat memahaminya karena hal-hal itu hanya dapat dinilai secara rohani".
Selain itu kalau kita perhatikan Amanat Agung Tuhan Yesus yang tertera dalam Matius 28:18-20, Yesus mendekati mereka dan berkata "Segala kuasa telah diberikan kepada-Ku, di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah dan muridkanlah semua bangsa, baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, ajarlah mereka untuk meaati semua yang Aku perintahkan kepadamu; dan lihatlah, Aku selalu bersamamu, bahkan sampai kepada akhir zaman."
Di sini kita dapat melihat urutan dari apa yang harus dilakukan oleh para murid.
Pertama, "muridkanlah semua bangsa", untuk membuat agar seseorang menjadi murid Tuhan Yesus dia harus terlebih dahulu mendengar Injil. Dengan kata lain ia harus diinjili dulu. Kedua, baru ia dibaptis. Ketiga, ia harus diajar melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Tuhan Yesus.
Jadi, sebenarnya yang diajar untuk melaksanakan firman Tuhan hanya mereka yang sudah diinjili dan dibaptis. Mengapa? Karena yang belum percaya Injil itu tidak mungkin sanggup menaati firman Allah. Seperti sudah dikemukakan, untuk dapat menaati firman Allah diperlukan kekuatan dan kemampuan yang dari Roh Allah sendiri. Dan Roh ini baru diberikan kalau seseorang sudah memberi respons positif pada Injil yang disampaikan kepadanya. Tetapi apa yang sering kita lakukan? Kita menyuruh anak menaati firman Allah, padahal anak itu belum diinjili, belum mempunyai perlengkapan untuk dapat melaksanakan apa yang diajarkan atau diperintahkan kepadanya. Pergumulan Rasul Paulus yang penuh kekalahan yang dilukiskan di dalam Roma pasal 7 baru berakhir setelah ia bertemu dengan Tuhan Yesus dan menyambut-Nya di dalam kehidupannya secara pribadi. Perhatikanlah betapa menyukakan sorak kemenangan yang didengungkannya di dalam Roma pasal 8. Terpujilah Dia yang bukan hanya memerintahkan untuk hidup benar tetapi juga memerlengkapi kita dan menyanggupkan, menyertai kita sampai pada akhir zaman.
Bagaimana Membimbing Anak kepada Kristus
Sebenarnya setiap orang tua Kristen, bahkan setiap orang Kristen harus dapat menjelaskan Injil kepada orang lain, yang ada di sekelilingnya. Dalam menjelaskan Injil kepada anak-anak satu hal yang perlu diperhatikan ialah berita Injil itu harus disampaikan dengan cara yang sangat sederhana. Bahasa yang dipergunakan harus yang dapat dimengerti oleh anak yang sedang kita injili. Jangan menggunakan istilah klise yang artinya samar.
Langkah pertama, terangkan kepadanya bahwa Allah sudah menyediakan tempat yang indah dan menyenangkan yang disebut surga (Yohanes 14:1-3; Wahyu 21:1-7, 10-12). Tanyakan apakah ia ingin ke surga?
Langkah kedua, buatlah supaya anak melihat kebutuhannya akan keselamatan. Jelaskan bahwa tidak semua orang akan ke surga, dan bahwa tidak ada seorang pun yang cukup baik sehingga dapat ke surga -- mereka tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Anak itu harus mengerti bahwa ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri; bahwa hanya Tuhan Yesus saja yang dapat menyelamatkannya; bahwa Tuhan Yesus bukan hanya mau tetapi juga mampu menyelamatkannya. Kebenaran ini harus dijelaskan dengan didukung ayat-ayat Alkitab (Roma 3:23; Wahyu 21:27; Yohanes 8:21, 24).
Langkah ketiga, terangkan jalan keselamatan dengan cermat lengkap, dan sederhana (Roma 6:23; Efesus 2:8-9; Titus 3:5; Wahyu 1:5b). Jelaskan bahwa Tuhan Yesus, Anak Allah sudah mati di kayu salib untuk menanggung hukuman dosanya dan bahwa Ia sudah bangkit dan tidak pernah mati lagi sampai sekarang ini. Pada umumnya anak sudah kemasukan ajaran yang salah yaitu ajaran yang mengatakan cara untuk diselamatkan ialah dengan jalan berbuat baik atau beramal, berdoa atau rajin ke gereja.
Langkah keempat, kita harus mendorong anak untuk menerima keselamatan yang ditawarkan Tuhan Yesus itu. Banyak orang yang mengabaikan hal ini. Kita harus ingat bahwa jika Tuhan Yesus tidak diterima oleh anak itu maka anak itu tidak akan diselamatkan (Yohanes 1:12, 13). Tidak cukup jika kita hanya memberitahu bahwa anak itu perlu menerima Kristus, kita harus memberinya kesempatan untuk mengambil keputusan untuk menerimanya. Namun, kita juga harus ingat agar kita tidak memaksa anak itu untuk menerima Tuhan Yesus. Cara yang dipergunakan di sini sangat berbeda-beda. Ada orang yang menyatakan bahwa anak harus berdoa dan meminta Tuhan Yesus menyelamatkannya atau meminta Tuhan Yesus masuk ke dalam hatinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan dalam Roma 10:13. Cara ini merupakan cara yang baik, tetapi bukan merupakan satu-satunya cara dan juga tidak selalu dapat diterapkan dalam segala macam cara penginjilan anak-anak.
Langkah kelima, anak harus dilayani agar mendapatkan kepastian bahwa ia sudah diselamatkan. Setelah ia menerima Kristus, kita harus mendorong dia agar melihat dari Alkitab, firman Allah bahwa sekarang ia sudah diselamatkan. Ada banyak ayat Alkitab yang meyakinkan orang percaya bahwa mereka sudah selamat, seperti Yohanes 3:36; Kisah Para Rasul 13:38, 39. Ayat-ayat itu harus ditunjukkan kepada anak supaya anak benar-benar yakin berdasarkan firman Allah bahwa ia sudah diselamatkan. Penting sekali bagi si anak untuk percaya dan menyadari bahwa sekarang ia sudah diselamatkan. Pada waktu kita menerangkan berdasarkan firman Allah maka Roh Allah akan memberi keyakinan di dalam hatinya.
Di dalam setiap langkah pada waktu kita membimbing seorang anak kepada Kristus berdoalah dan berharaplah agar Roh Kudus meyakinkan anak akan dosanya, menyatakan kebenaran Injil, dan menerangi pikiran dan hati anak itu supaya ia dapat memahami dengan benar kebenaran yang menyelamatkan itu.
Kesimpulan
Sebagai orang tua kita memang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anak-anak -- memberikan makanan yang bergizi, pakaian yang up to date, pendidikan formal yang setinggi-tingginya, memerlengkapi anak dengan berbagai keterampilan (kursus piano, berenang, tenis, golf, gambar dan lain sebagainya). Semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit, tetapi dengan segenap tenaga orang tua berusaha untuk memenuhinya. Seandainya anak Anda kelak sudah "menjadi orang" berkat jerih payah Anda, berapa tahun ia dapat menikmati apa yang sudah dicapainya itu? Seratus tahun? Tentu saja tidak. Lima puluh tahun pun belum tentu bukan? Setelah itu apa yang akan terjadi dengan dirinya? Tentu saja, mungkin Anda sendiri tidak akan menyaksikannya. Meninggalkan dunia ini secara terhormat, banyak bunga, banyak pelayat, dan mungkin meninggalkan warisan yang aduhai. Tetapi, bagaimana dengan jiwanya? Apakah sudah diselamatkan dan pasti ke surga? Berapa tahun jiwa anak Anda akan tinggal di tempat penghukuman yang kekal? Selama-lamanya. Alkitab mengatakan, "Apakah untungnya jika seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?"
Mana lebih berharga jiwa atau tubuh ini? Mana yang bersifat kekal? Kita berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mendandani tubuh dan memperlengkapi otak tetapi apa yang sudah kita lakukan untuk jiwa anak-anak kita? Berapa banyak usaha dan waktu yang Anda sediakan demi kesejahteraan jiwa anak Anda yang sifatnya kekal itu?
Jangan kita mengabaikan makanan yang bergizi, pendidikan yang tertinggi dan lain sebagainya, tetapi lengkapilah itu semua dengan membimbing anak Anda kepada Kristus, dan membimbing dia di dalam pengenalan akan Allah yang dikenalnya di dalam Tuhan Yesus. Maka di dunia ini ia akan sanggup menolak kejahatan, dan hidup benar serta memuliakan Allah, dan kelak pun jiwanya akan hidup senang di hadirat Allah di surga.
Sumber:
Handbook On Child Evangelum oleh J.I. Overhalt 3 er
Know How You Believe oleh Paul Little
Diambil dari: | ||
Judul Majalah | : | Sahabat Gembala, Agustus/September 1991 |
Judul Artikel | : | Bagaimana Membimbing Anak Kepada Kristus? |
Penulis | : | Pauline Tiendas, MA |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup -- Gereja Kemah Injil Indonesia Bandung |
Halaman | : | 28 -- 36 |
- Login to post comments
- 6049 reads