You are hereArtikel Misi / Panggilan Istimewa
Panggilan Istimewa
Mendapatkan kepercayaan adalah suatu kehormatan; terlebih lagi jika pemberinya istimewa. Kepada Yesaya, Tuhan bersabda, "Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yesaya 49:6b)
Sesuai dengan rancangan-Nya yang kekal, Tuhan menghendaki agar berita keselamatan disampaikan kepada segala bangsa. Karena itu, Yesaya tidak hanya diutus untuk melayani suku Yehuda atau Israel saja, tetapi segala bangsa (Yesaya 49:7a). Yohanes memahami keuniversalan berita Injil ketika ia berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa isi dunia." (Yohanes 1:29) Begitu juga Lukas, "Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa." (Lukas 24:47) Tidak keliru, perintah untuk membawa Injil kepada segala bangsa memang harus disebut Amanat Agung (Matius 29:19-20).
Akan tetapi, tugas penyebarluasan berita keselamatan di dalam Kristus merupakan panggilan, dan bukan sekadar alternatif, "Aku membuat engkau." Di sini ketaatan menjadi keharusan. Paulus tahu persis akan hal ini, dan ia menanggapinya dengan meninggalkan semuanya demi menggenapi tugas ini: "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:7) Buah ketaatan Paulus nyata sekali; Injil menerobos Asia, masuk ke Eropa, "ujung bumi" pun dicapai. Maka, bukan suatu kebetulan jika Lukas menerapkan mandat penugasan Yesaya ini kepada Paulus (Kisah Para Rasul 13:47). Tepat sekali, Paulus telah membuka hidupnya, sehingga di dalam dirinya, rancangan agung ilahi ini menemukan realisasinya secara utuh.
Nasib dan masa depan dunia ditentukan di dalam berita ini. Karena itu, Iblis berjuang keras untuk menggagalkan panggilan ini dengan beragam cara. Intinya, ia akan membelokkan ketaatan itu kepada yang lain. Yang paling populer, mengimbau kita untuk hidup baik dan kaya dalam kebajikan, berusaha menjadi garam dan terang. Teknik lain, ia menjebak kita dengan kesibukan (yaitu pelayanan, atau kegiatan gerejawi) pengganti yang memang terlihat masuk akal, berguna, dan memuaskan, kecuali dalam pandangan Tuhan.
Kenyataannya, ketaatan dalam pemberitaan Injil merupakan kebutuhan yang teramat mendesak. Bangsa-bangsa masih menantikan datangnya berita keselamatan, bahkan dengan kerinduan yang jauh lebih mencekam daripada yang diungkapkan oleh wanita Makedonia itu (Kisah Para Rasul 16:9). Paling tidak, apakah tanggapan kita terhadap 16 hingga 20 ribu suku bangsa dunia ini, yang masih tersembunyi dari Injil? Bukankah keadaannya tidak berbeda jika kita sejenak menoleh ke sekeliling? Apakah yang telah kita lakukan bagi sepuluh kelompok suku di sekeliling kita ini, di mana berita Injil masih berupa pengharapan?
Jutaan jiwa tengah berbaris menuju neraka. Kesadaran inilah yang menggerakkan William Carrey untuk melupakan kenikmatan Eropa dan dengan berani menantang kehidupan keras di India. Dengan motivasi yang sama, Adoniram Judson menyerahkan hidupnya untuk Myanmar, Hudson Taylor untuk bangsa Cina. Bukankah karena alasan yang sama, maka Nomensen, Lyman, dan Munson bahkan telah mengorbankan nyawanya demi menuntun suku Batak kepada pengenalan terhadap anugerah keselamatan dalam Kristus? Daftar tokoh-tokoh iman yang telah menempuh lorong ini masih dapat diperpanjang. Benar, jika rumah kita tengah dilanda amukan api memang tidak ada waktu untuk menghiasi dindingnya dengan lukisan kesayangan.
Tiba waktunya untuk mengerahkan semua potensi guna melaksanakan panggilan mendesak ini. Kita harus mulai dengan sumber daya terpenting -- doa. Pengalaman Zinzendorf dan gereja Moravia menjadi contoh klasik, doa mampu mengerjakan banyak perkara dalam penginjilan sedunia. Marilah kita genangi dunia yang sesat ini dengan kuasa dari surga melalui doa dan permohonan. Kita minta agar Tuhan mengutus pekerja-pekerja pergi ke ladang-Nya. Juga, agar pintu pemberitaan terbuka di mana-mana (Kolose 4:3), dan agar Ia berkenan menggunakan semua sarana yang tersedia untuk menuntun banyak jiwa kepada pertobatan.
Berikutnya dana kita. Kita terlalu bersemangat mendanai bermacam-macam program, kecuali penginjilan. Termakan bujukan dunia, kita habiskan uang kita untuk membeli benda-benda yang hanya memuaskan nafsu. Akibatnya, kita tidak melihat pengumpulan dana untuk penginjilan sedunia sebagai prioritas. Jika mau, kita dapat mengumpulkan dana dalam jumlah besar. Barangkali ini berarti suatu panggilan untuk mengatur kembali prioritas penggunaan penghasilan. Mungkin juga keharusan untuk mengubah gaya hidup. Bila kita rela mendisiplin diri, tidak ada alasan untuk tidak dapat melakukan lebih banyak lagi demi penyebarluasan Injil ke seluruh dunia.
Di samping itu, kesatuan dan kerja sama harus semakin dipupuk dan dikembangkan. Bukan waktunya lagi untuk bersikeras menekankan perbedaan; sebaliknya, kita harus lebih memusatkan pada kesamaan. Demi suksesnya kesaksian Injil, kita harus bersedia bergandengan tangan dengan semua orang percaya, apa pun latar belakang gereja, suku, budaya, atau batasan lainnya. Kita sedang berada di tengah medan perjuangan; jangan sampai keliru dalam menandai siapa "musuh" kita sebenarnya. Marilah kita amalkan prinsip Kristus yang satu ini, "Sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." (Lukas 9:50) Kristus telah menetapkan kita untuk menjadi terang kepada segala bangsa. Usahakan agar cahaya-Nya semakin cemerlang.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Sepadan dengan Panggilan Allah |
Judul bab | : | Hidup sebagai Seorang Pelayan |
Judul artikel | : | Panggilan Istimewa |
Penulis | : | Petrus Maryono |
Penerbit | : | Yayasan Andi, Yogyakarta 2002 |
Halaman | : | 53 -- 56 |
- Printer-friendly version
- 7555 reads