Bagian G. Bahaya-bahaya Dalam Penerapan

Banyak di antara kita yang percaya bahwa pemahaman Alkitab harus disertai dengan pertanyaan: "Apa perubahan yang terjadi pada diri saya setelah mempelajari Alkitab kita?" dan "Bagaimana penerapannya dalam hidup saya?" Kita telah melihat bahwa generasi-generasi sebelum kita dapat mempelajari Wahyu, Daniel dan nabi-nabi kecil dengan tekun tanpa sampai kepada masalah-masalah yang membuat mereka gelisah, hirarkis, kompetitif, mati perasaan, menuntut, cerewet, kasar dan tamak.

Bagian D. Mengapa Kristus Menjadi Ancaman Bagi Religi?

Orang-orang religius menilai Yesus berbahaya. Dia menimbulkan kericuhan yang mengancam stabilitas religius dan kemantapan politik Israel. Dia banyak melakukan hal-hal yang sulit dijelaskan. Dia mengajar dengan kuasa dan mengalihkan perhatian dari hal-hal religi yang lahiriah kepada sikap hati yang mendalam. Dia mengajarkan bahwa Allah tidak mencari orang yang berbuat baik sesuai dengan tuntutan religi, melainkan orang yang:

  • Miskin rohani, yang mengakui ketergantungan mereka pada Allah dalam setiap aspek kehidupan.
  • Berdukacita, yang meratapi hakekat dan akibat dosa dalam diri mereka sendiri maupun orang lain.
  • Lemah-lembut, yang mau hidup dibawah kuasa Allah.
  • Lapar dan haus akan kebenaran, yang menerima kebenaran yang datang dari Allah.
  • Berbelas kasihan, yang memberi pertolongan tanpa pamrih kepada orang lain yang hidup dalam kesusahan.
  • Murni hatinya, yang bersih secara spiritual.
  • Pembawa damai, yang bekerja untuk mendamaikan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesamanya (Mat 5:1-9)

Bagian C. Bagaimana Bentuk Religi Pada Masa Pelayanan Yesus?

Yesus mengetahui bahaya-bahaya religi. Dia dibenci oleh orang-orang paling religius di Yerusalem. Sementara orang-orang berdosa dan terbuang dari masyarakat tertarik padaNya, orang-orang religius pada masa pelayananNya, yaitu orang-orang Farisi, ahli Taurat, Saduki, dan para Imam, dengan perkecualian kecil, menjadi musuh-musuh besarnya.

Bagian B. Apa Perbedaan Keduanya

Religi dan Kristus tidak bertentangan, namun keduanya sangat berbeda. Yakobus, salah seorang penulis Perjanjian Baru dan saudara Kristus, menulis, "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia" (Yak 1:27). Religi boleh jadi sangat baik, namun tetap tidak dapat menggantikan Kristus.

Bagian A. Bahayanya Bersikap

Orang religius seringkali mirip dengan tokoh Peppermint Patty dalam cerita komik Peanuts. Dalam salah satu episode, kartunis Charles Schultz menggambarkan Patty sedang berusaha mengerjakan tugas sekolah -- membuat laporan baca tentang buku Kamarazov Bersaudara. Yang menjadi masalah, ia belum membaca buku tersebut. Dengan pensil di satu tangan dan gagang telpon di tangan lainnya, ia menghubungi temannya, Charlie Brown, untuk menanyakan apakah ia dapat menceritakan isi buku tersebut. Chuck (nama panggilan Charlie) menjawab, "Nah, ada tiga orang bersaudara, dan...." Segera Patty menyela sambil menulis, "Oh, jadi ada tiga orang, ya? Terima kasih Chuck. Saya dapat merekayasa kelanjutannya."

Bagian 0. Kata Pengantar

Apakah bermanfaat membedakan antara religi dan Kristus? Bukankah ini sebenarnya hanyalah masalah istilah? Perlukah kita merasa bangga membaca hasil pengumpulan pendapat bahwa 85% orang Amerika sangat religius? Mungkin kita perlu berpikir sekali lagi berdasarkan fakta pada masa pelayanan Yesus; bukankah Dia justru dibenci oleh orang-orang religius yang fanatik?

Buku kecil ini ditulis berdasarkan asumsi bahwa ada perbedaan yang mendasar antara Kristus dan religi. Dan penelitian tentang kaum Farisi pada masa pelayanan Kristus dapat memberi kita pengertian, bukan saja tentang perbedaan ini, tetapi juga tentang hidup kita sendiri.

Martin R. De Haan II
Subscribe to Buku Misi