You are hereBagian C. Bagaimana Bentuk Religi Pada Masa Pelayanan Yesus?

Bagian C. Bagaimana Bentuk Religi Pada Masa Pelayanan Yesus?


Yesus mengetahui bahaya-bahaya religi. Dia dibenci oleh orang-orang paling religius di Yerusalem. Sementara orang-orang berdosa dan terbuang dari masyarakat tertarik padaNya, orang-orang religius pada masa pelayananNya, yaitu orang-orang Farisi, ahli Taurat, Saduki, dan para Imam, dengan perkecualian kecil, menjadi musuh-musuh besarnya.

Kaum Farisi: Kelompok orang Yahudi religius yang berusaha membebaskan bangsa Israel dari pengaruh buruk orang-orang kafir, dengan berpegang teguh pada Kitab Suci tradisi-tradisi lisan yang menerapkan Hukum Allah secara terinci dalam kehidupan sehari-hari.
Para Ahli Taurat: Ahli hukum Alkitab (juga disebut ahli-ahli hukum), yang banyak didapati di antara orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi menggantungkan diri pada para ahli Taurat dalam mencari tafsiran firman Allah yang benar.
Kaum Saduki: Kelompok Yahudi elit religius yang menolak tradisi lisan orang Farisi dan menekankan tafsiran yang kaku dan kesetiaan pada Hukum Musa.
Para Imam: Keturunan Harun yang mewarisi tanggung jawab untuk melayani upacara-upacara di Bait Allah di Yerusalem. Mereka sering berkelompok dengan orang-orang Saduki.

Yesus tidak memuji para pemimpin yang religius ini. Dia tidak menilai mereka sebagai orang baik yang kebetulan saja melakukan kesalahan. Yesus berkata bahwa jika mereka mengenal BapaNya, mereka akan mengenal Dia. Dengan terus terang Yesus menyebut mereka munafik, pemimpin buta yang memimpin orang-orang buta lainnya.

Kenyataan ini mungkin tidak diduga oleh banyak orang Kristen. Kita mungkin menduga bahwa musuh-musuh Yesus muncul dari antara orang-orang atheis, pemikir sekuler dan pelaku kriminal dalam masyarakat. Namun ternyata tidak demikian. Rakyat kecil justru tertarik kepadaNya. Orang-orang berdosa menjadi sahabat-sahabatNya. Bahkan Pilatus, gubernur Romawi untuk daerah Yudea yang tidak mengenal Allah, mau memberikan pertimbangan untuk menolak tuduhan-tuduhan terhadapNya. Namun, orang-orang Saduki dan Farisi religius di Yerusalem selalu berusaha mendiskreditkan Yesus. Mereka tidak memerlukan Dia, dan yakin bahwa dunia akan menjadi lebih baik tanpa Dia.

Pengamatan Lebih Dekat Terhadap Kaum Farisi.
Tidak semua orang Farisi jelek. Sebagian dari mereka disegani sebagai orang Yahudi yang dekat Allah dan tekun secara spiritual, mereka adalah:

  • Theis, yang karena keyakinan mereka terhadap Allah Israel, menganjurkan hidup berpusat pada Allah.
  • Separatis, yang bertekad untuk melindungi Israel dari bahaya berkompromi, bergabung dan berbaur dalam dunia kafir.
  • Alkitabiah, yang percaya bahwa masa depan Israel bergantung pada, apakah mereka menghormati dan melakukan hukum-hukum Allah.
  • Merakyat, banyak di antara mereka adalah pengrajin dan pedagang, sehingga mereka menyatu dalam masyarakat.
  • Pragmatis, yang bergumul bukan saja terhadap apa yang dikatakan oleh hukum Allah, tetapi bagaimana hal itu dipandang dan diterapkan secara detil dalam kehidupan sehari-hari.
  • Tradisionalis, yang dengan hati-hati menghapal, mengulang dan mempertahankan cara-cara hidup nenek moyang mereka.

Namun orang-orang Farisi melakukan penyimpangan dalam upaya mereka untuk menjadikan hukum-hukum Allah relevan dan praktis. Ketika mereka berusaha menunjukkan bagaimana firman Allah harus diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari, penerapan-penerapan kongkret mereka berubah menjadi tujuan akhir. Segera mereka hanyut dalam cara pelaksanaannya, dan menurut Yesus, "ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Mat 15:9). Mereka memusatkan diri pada penerapan secara detil dan kehilangan jiwanya.