Renungan Misi

Tuhan bicara tak hanya lewat firman-Nya tapi lewat berbagai macam cara, salah satunya adalah lewat bahan renungan. Kami berharap renungan-renungan yang kami tampilkan dapat menjadi sarana bagi Anda untuk mengetahui apa yang Ia inginkan dalam hidup Anda.

Tahun Baru

Tiba lagi saatnya kita mengingat tahun yang telah lalu dan mulai memikirkan tentang Tahun Baru yang akan kita lewati. Sering kali kita merasa bahagia karena telah meninggalkan segala penderitaan dan permasalahan yang terjadi seiring dengan berakhirnya tahun 2001.

Tahun baru

Di banyak negara, Tahun Baru merupakan waktu yang terpenting. Beberapa kelompok masyarakat merayakan Tahun Baru pada tanggal yang berbeda-beda. Hari keempat Divali ('Festival of Lights' yang dirayakan di India dan beberapa kelompok masyarakat Asia selama bulan Oktober) dianggap sebagai permulaan Tahun Baru sesuai dengan kalender Vikrama. Pada hari tersebut, setiap orang mengharapkan nasib baik dan hubungan yang baik di Tahun Baru. Umat Islam merayakan Idul Adha berdekatan dengan dimulainya tahun Islam. Hari tersebut mengingatkan banyak orang pada kesiapan Abraham untuk mengorbankan anaknya, namun kemudian Allah mengirimkan binatang sebagai penggantinya. Di Eid, orang-orang mengampuni musuh-musuhnya dan membuat resolusi-resolusi baru.

Banyak orang memutuskan untuk membuat sebuah "Resolusi Tahun Baru" dan mencoba mengubah cara mereka bertingkah laku di tahun yang baru. Sering kali mereka memilih hal-hal seperti: berhenti merokok, mengurangi minum beralkohol, atau lebih berhati-hati dalam menggunakan uang, dsb. Seberapa lama resolusi-resolusi tersebut dapat bertahan? "Saya hanya dapat bertahan selama seminggu," kata Dave, 19. Dave telah mengemukakan pokok permasalahannya, yang juga menjadi permasalahan setiap orang. Sangatlah sulit bagi kita untuk berubah. Kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan ternyata memberikan pengaruh besar dalam diri kita.

Banyak orang sering khawatir tentang segala sesuatu yang akan mereka alami di tahun yang baru. Sering kali mereka berpikir bahwa ramalan bintang ataupun ramalan nasib akan memandu mereka dalam memasuki Tahun Baru.

Kesimpulannya, Tahun Baru menunjukkan pada kita tentang dua permasalahan besar:

  1. Bagaimana kita dapat menemukan kekuatan untuk mengubah kebiasaan dan tindakan kita sehingga menjadi lebih baik?
  2. Bagaimana kita dapat bertahan dan mengatasi kesulitan- kesulitan yang akan kita hadapi di tahun yang baru ini?

Bagaimana kita dapat mengubah hidup kita? Apakah ada cara untuk melindungi kita dari hal-hal yang jahat dan menolong kita untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat? Apakah kita perlu meramalkan nasib kita di tahun yang baru?

Dengan kematian-Nya, dia mengambil alih semua hukuman setiap orang yang mau menerima-Nya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Yesus menjanjikan kepada kita kehidupan yang berkelimpahan. Dia dapat memberikan kuasa Roh Kudus dalam diri kita yang memampukan kita hidup dengan cara yang baru. Dia ingin menjadi seorang teman yang akan menolong dan menuntun kita dalam menghadapi waktu-waktu sulit yang akan terjadi di tahun 2002. Sama seperti rumah-rumah yang bersinar terang pada saat Divali, Yesus dapat menjadi terang dalam kehidupan kita. Kematian-Nya sama seperti binatang yang dikorbankan sebagai pengganti anak Abraham. Dengan kematian-Nya, dia mengambil alih semua hukuman setiap orang yang mau menerima-Nya. Kita dapat merasakan kebebasan di tahun 2002. Kita dapat menaruhkan harapan dan masa depan kita kepada Yesus.

[Sumber: SOON, Issue no. 170]

Rencana Agung Penginjilan

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)

Masalah dalam metode Penginjilan

Yesus menginjili

Setiap usaha penginjilan harus diuji dengan dua ukuran: Pertama, apakah usaha itu mempunyai tujuan tertentu; kedua, apakah usaha ini mempunyai arti bagi dunia sekarang ini. Kedua hal ini saling berhubungan, dan keserasian hubungan keduanya akan menentukan makna segala kegiatan kita. Kecakapan ataupun kesibukan dalam mengerjakan sesuatu belum berarti bahwa kita telah menghasilkan sesuatu. Karena itu, dalam setiap kegiatan, kita harus selalu bertanya, "Apakah usaha ini sangat penting?", "Apakah usaha ini akan mencapai tujuannya?"

Demikian pula, semua usaha penginjilan di gereja-gereja harus terus-menerus diuji: "Apakah segala usaha kita telah dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi amanat Yesus?", "Sebagai hasil usaha ini, apakah jumlah kader pekerja-pekerja rohani untuk memberitakan Injil semakin bertambah?" Memang kita sibuk dengan berbagai program penginjilan, tetapi apakah usaha kita sedang mencapai tujuan yang benar?

Tujuan Menentukan Cara

Apabila kita menggunakan kedua ukuran itu -- tujuan dan arti -- kita perlu menyusun rencana kerja yang mantap untuk dilaksanakan hari demi hari dalam usaha mencapai tujuan jangka panjang. Jika kita ingin mengalami sukacita dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah jelas ada manfaatnya itu, kita harus tahu cara bertindak yang sesuai dengan rencana Allah yang menyeluruh bagi kehidupan kita itu. Inilah yang harus kita perhatikan dalam menyusun rencana ataupun cara untuk memberitakan Injil. Seperti sebuah gedung yang dibangun menurut rencana penggunaannya, demikian pula halnya dengan sesuatu yang kita kerjakan harus mempunyai tujuan. Kalau tidak, segala usaha kita sia- sia dan kacau.

Penyelidikan dari Sumber Lain

Buku-buku dalam bidang ini jarang ditemukan. Memang hampir setiap karangan tentang kehidupan Tuhan Yesus menjelaskan juga prinsip- prinsip dasar penginjilan-Nya. Buku-buku penyelidikan mengenai metode-metode pengajaran Tuhan Yesus dan buku-buku yang menceritakan kehidupan serta pekerjaan-Nya, biasanya mengandung prinsip-prinsip dasar ini juga. Sebuah buku yang paling berfaedah bagi kita ialah "The Training of the Twelve" (Latihan terhadap Kedua Belas Murid) oleh A.B. Bruce. Buku ini pertama-tama diterbitkan tahun 1871, dan diredaksi kembali tahun 1899, mengisahkan pertumbuhan murid-murid di bawah asuhan Tuhan Yesus. Sebuah buku yang lain, yaitu "Pastor Pastorum" (Pelayanan Pendeta) oleh Henry Lathan, ditulis tahun 1890, mengupas cara Tuhan Yesus melatih orang-orang. Kemudian terbit beberapa buku kecil yang menguraikan pekerjaan Yesus.

Baru-baru ini ditambah beberapa buku lagi mengenai kehidupan dan pelayanan gereja, khususnya, mengenai pertumbuhan kelompok-kelompok kecil dan kesaksian kaum awam. Walaupun pengarang buku-buku itu kurang menekankan strategi penginjilan, namun kita harus berterima kasih atas penjelasan mereka mengenai prinsip-prinsip dasar dari pelayanan dan pekerjaan Tuhan kita.

Bagaimanapun juga prinsip-prinsip dasar penginjilan yang dipergunakan Tuhan Yesus ini merupakan pusat perhatian kita, karena itu kita memerlukan penyelidikan dan penjelasan lebih lanjut, khususnya dari Alkitab.

Rencana Penyelidikan Kita

Untuk dapat memahami dengan baik rencana kerja Tuhan Yesus, kita harus mempelajari Kitab Perjanjian Baru, khususnya keempat Kitab Injil. Hanya kitab-kitab inilah sebenarnya yang memberikan kesaksian yang benar mengenai Yesus dan pekerjaan-Nya (Lukas 1:2-3; Yohanes 20:30; 21:24; 1 Yohanes 1:1).

Kesempurnaan Tuhan yang mulia tidak dapat dibatasi oleh pengertian manusia.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Keempat Kitab Injil itu pertama-tama ditulis untuk menunjukkan kepada kita bahwa Yesuslah Mesias. Anak Allah, dan supaya kita oleh iman memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31). Tetapi, kadang-kadang kita tidak menyadari bahwa pernyataan itu juga mencakup cara hidup-Nya sendiri dan cara hidup yang diajarkan-Nya kepada orang lain. Para penulis Kitab Injil bukan sekedar melihat cara hidup Yesus yang benar, namun kehidupan merekapun telah diubah oleh kebenaran itu. Itulah sebabnya mereka menuliskan hal-hal yang telah membuat mereka meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus. Tentu saja tidak semua hal diceritakan. Seperti halnya para penulis sejarah, para penulis Injilpun melukiskan suatu gambaran yang lengkap dengan menonjolkan beberapa pribadi pilihan serta pengalaman mereka, dan peristiwa yang penting. Akan tetapi, kita yakin bahwa segala sesuatu yang telah dengan cermat dipilih dan dituliskan di bawah pimpinan Roh Kudus itu bertujuan untuk mengajar kita bagaimana mengikut Yesus. Itulah sebabnya riwayat kehidupan Tuhan Yesus di dalam Alkitab merupakan penuntun yang terbaik mengenai metode penginjilan.

Rencana penyelidikan ini juga dimaksudkan untuk mengikuti langkah-langkah yang dipergunakan Tuhan Yesus seperti yang ditunjukkan dalam keempat Injil -- meneliti riwayat hidup-Nya dari berbagai sudut untuk memahami cara pelayanan-Nya, dan menganalisis rencana pelayanan-Nya secara umum untuk menanggapi makna yang lebih luas dari metode-metode yang dipakai-Nya dalam pelayanan. Memang tugas ini tidak mudah dan masih banyak yang harus dipelajari. Kesempurnaan Tuhan yang mulia tidak dapat dibatasi oleh pengertian manusia. Makin lama kita memandang Dia, makin jelas kita melihat kebenaran itu.

Kristuslah Teladan yang Sempurna

Tidak ada penyelidikan yang lebih menguntungkan selain penyelidikan mengenai kehidupan Kristen. Walaupun kita dapat memahami seluruhnya, kita tahu bahwa Yesuslah Guru yang sempurna. Ia tidak pernah berbuat salah. Sebagai manusia, Ia sering dicobai seperti kita, tetapi Ia tidak pernah berbuat dosa. Ia tidak dibatasi oleh keadaan tubuh manusiawi yang diterima-Nya demi kita. Sekalipun Ia tidak mempergunakan sifat keilahian-Nya, namun pikiran-Nya jernih. Ia senantiasa tahu apa yang benar, dan sebagai Manusia yang sempurna, Ia hidup sebagai Allah yang hidup di antara manusia.

[Sumber:]
Judul buku : Rencana Agung Penginjilan
Penulis : Robert E. Coleman
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 7 -- 10
CD-SABDA : Topik No. 18332

Kita Juga Akan Hidup

Masih ada banyak tempat pemakaman yang lebih megah daripada makam yang dipakai untuk membaringkan tubuh Juru Selamat yang tidak bernyawa dua ribu tahun yang lalu. Di Mesir, dapat ditemukan tempat peristirahatan para firaun termasyhur yang terbaring dalam kekayaan yang mewah dalam makam-makam yang dirancang secara artistik.

Gambar: Kubur Yesus

Taj Mahal di India merupakan makam yang paling memesona dari makam- makam yang lain. Makam Nabi Muhammad dijaga di Madinah dan dikunjungi oleh muslim-muslim yang beribadah. Di Red Square, Moscow, terbaring peti kristal Lenin yang telah dikunjungi oleh jutaan orang. Namun, letak makam Yesus tidak diketahui dengan pasti dan tidak dapat dibuktikan.

Sementara makam-makam yang lain merupakan bukti kematian dan kebusukan, makam Kristus merupakan bukti kehidupan. Hari ini kita mendengar kembali tantangan malaikat di taman, "Mengapa engkau mencari Yang Hidup di antara yang mati?"

Walaupun masih ada para pengejek yang menuntut, "Di mana terletak bukti mengenai kehidupan yang akan datang? Di mana terletak bukti kebangkitan?", bagi kita orang-orang Kristen, kebangkitan, makam yang kosong, merupakan inti dari iman kita. Tanpa kebangkitan kita tidak memiliki apa-apa.

Para ahli sejarah menerima suatu peristiwa sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, apabila peristiwa itu dapat memperlihatkan serangkaian bukti-bukti. Kebangkitan disaksikan oleh ratusan kesaksian di Perjanjian Baru yang melihat Kristus, berbicara dan makan dengan-Nya, berlutut di hadapan-Nya serta menyambut Dia sebagai Juru Selamat mereka. Jika pernyataan-pernyataan mereka yang memberikan kesaksian tentang kebenaran kebangkitan tidak diterima sebagai bukti untuk mengambil kesimpulan, tidak akan ada kesaksian atau bukti apa pun yang dapat menetapkan kebenaran pada masa-masa tertentu dalam sejarah.

"Melalui mujizat kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Yesus meletakkan meterai jaminan pengampunan dosa bagi kita. (Billy Graham)"

Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Siapakah yang mentransformasi kumpulan murid yang pertama, yang gemetar ketika bersembunyi di belakang pintu yang terkunci, ke dalam kemenangan Tuhan mereka yang disalib? Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang pemimpin yang mati. Sang Pemimpin itu haruslah Pemimpin yang Hidup, Kristus, Sang Pemenang. Kuasa dan pengaruh apa yang mengubah salib dari alat penyiksa menjadi lambang yang paling mulia dan dikasihi di antara lambang-lambang yang lain? Orang-orang Romawi telah menyalibkan ribuan orang sebelum dan sesudah penyaliban Yesus di Kalvari. Jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, tidak ada seorang pun yang berpikir sehat yang akan memuliakan salib yang merupakan alat penyiksa yang begitu mengerikan.

Siapakah yang memberikan kepada laskar Kristen yang begitu besar, para martir dan misionaris, kasih dan kuasa untuk menghadapi kematian, menembus hutan-hutan yang berbahaya, menyeberangi gurun pasir dan mempercepat datangnya akhir dunia dengan semangat mereka memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus? Inilah kenyataan lahiriah kebangkitan, kebenaran yang abadi mengenai penaklukan kematian oleh Sang Juru Selamat.

Melalui mujizat kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Yesus meletakkan meterai jaminan pengampunan dosa bagi kita. Kristus yang mati tidak dapat menjadi Juru Selamat kita. Sebuah makam yang tidak terbuka tidak akan pernah dapat membuka pintu surga. Dengan memutuskan mata rantai pada pintu makam, Yesus membuktikan diri-Nya sebagai penakluk dosa sepanjang zaman. Pengorbanan di Kalvari telah mencapai maksudnya, tebusan yang dibayar bagi dosa saya dan Anda telah diterima Allah. Haleluya! Dialah Sang Juru Selamat.

Gambar: He Is Risen

Makam yang terbuka menjadi janji Allah bahwa Anda dan saya, selama kita percaya kepada Kristus, akan hidup untuk selamanya. Masalah besar mengenai jiwa manusia mendapatkan pemecahannya pada makam yang kosong. Melalui kebangkitan Kristus, kita belajar bahwa hidup kita yang singkat dan penuh dengan kebimbangan, sebagaimana kita jalani segala-galanya: kita tidak dikubur untuk kemudian menjadi busuk. Dengan tergulingnya batu besar pada pintu masuk makam Yesus, segala keraguan dan segala sesuatu yang merintangi kekekalan kita telah disingkirkan.

Jadi, dalam terang PASKAH dan dalam kuasa kemuliaan kebangkitan, biarlah Roh Allah membawa hati Anda pada jaminan bahwa Anda akan menerima anugerah hidup yang kekal. Kita yang percaya kepada Yesus Kristus dapat mengatakan pada dunia, "Karena Dia telah bangkit, karena Dia telah hidup, kita akan hidup juga!"

DISKUSI DAN REFLEKSI

Apa yang meyakinkan Anda untuk percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati?

Kita memperoleh kepastian bahwa melalui iman kepada Kristus, kita akan memperoleh hidup yang kekal. Bagaimana kepastian ini mempengaruhi cara Anda memandang kematian?

Sebagai orang-orang Kristen, kita merayakan kebangkitan setiap hari ketika menjalani hidup baru kita bersama Yesus. Perubahan-perubahan apa yang Anda butuhkan agar dapat menjalani hidup baru ini dengan lebih penuh?

Download Audio

Diambil dari:
Judul buku : Kristus dalam Paskah
Penulis : Billy Graham
Penerjemah : Kristina Santi Prijatna
Penerbit : BPK Gunung Mulia, 1998
Halaman : 67 -- 69

Kenaikan-Nya Menerobos Keterbatasan Manusia

Manusia yang lemah selalu diikat dengan berbagai keterbatasan, baik itu keterbatasan: stamina tubuh, inteligensi, kekayaan, dll. Acap kali pekerjaan Tuhan terhambat oleh adanya berbagai keterbatasan itu. Namun, kenaikan Yesusmenerobos beberapa keterbatasan yang menghalangi pekerjaan Tuhan.

1. Kenaikan Yesus menerobos keterbatasan orientasi waktu.

Gambar: Jam

Murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kisah Para Rasul 1:6). Pertanyaan itu menunjukkan bahwa murid-murid masih berorientasi waktu pada masa lalu, yakni pada masa kejayaan kerajaan Israel yang dipimpin oleh Daud dan Salomo.

Ada sebagian orang yang selalu mengenang atau dihantui oleh masa lalu; baik itu masa lalu yang gemilang ataupun kegagalan. Masa lalu (sejarah) dibutuhkan untuk mengenal identitas diri. Oleh karena itu setiap siswa perlu belajar sejarah Indonesia, supaya mereka bisa mengenal identitas mereka sebagai orang Indonesia.

Namun, jangan hanya puas atau diikat dengan masa lalu. Tuhan ingin bertanya dua hal: apa yang sedang engkau lakukan sekarang ini? Dan apa rencana masa depanmu bagi kemuliaan nama-Nya?

Rasul Paulus menyatakan tekadnya yang penting, "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan Sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13b-14).

Ini bukan berarti, bahwa Paulus menjadi "amnesia" (lupa) terhadap masa lalunya. Akan tetapi, konteks Filipi 3 adalah membahas tentang masa lalu Paulus yang pernah menjadi orang yang "hebat" di dalam masyarakat Yahudi. Ia pernah mencapai beberapa "prestasi" yang bisa dibanggakan menurut versi agama Yahudi. Ia disunat pada hari kedelapan; dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, anggota Farisi; pernah menganiaya orang Kristen yang dibenci oleh orang Yahudi; dan ia tidak bercacat di dalam menaati Taurat (lihat Filipi 3:5-6).

Namun, apa yang pernah dibanggakan Paulus pada masa lalu, sekarang ia anggap sebagai sampah. Sekarang, Paulus melupakan kegemilangan masa lalu yang sia-sia itu. Ia bertekad untuk mengatakan pandangannya ke depan kepada tujuan yang sudah ditetapkan oleh Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Orang yang berjiwa muda selalu berkata, "Nanti saya akan melakukan ini dan itu." Hidupnya menjadi dinamis. Tetapi orang yang berjiwa tua selalu berkata, "Dahulu aku pernah melakukan ini dan itu." Hidupnya sekarang ini "mandek" dan statis.

Bukankah ada sebagian orang yang sering berkata, "Dahulu aku pernah menjadi anggota majelis. Aku pernah menjadi guru sekolah minggu. "Itu bagus, namun, Tuhan bertanya kepada mereka, "Apa yang kalian lakukan sekarang ini bagi kemuliaan nama-Ku?"

2. Kenaikan Yesus menerobos keterbatasan kesukuan dan geografis.

Murid-murid Yesus hanya memikirkan kerajaan bagi bangsa Israel. Mereka terkungkung oleh keterbatasan bangsa dan suku. Ruang lingkup mereka pun hanya dibatasi oleh geografis Palestina yang luasnya hanya: 192 x 64 km saja. Padahal sasaran penginjilan tidaklah terbatas pada satu suku/bangsa saja, juga tidak terkungkung pada satu tempat/negara saja.

Gambar: Peta Dunia

Ada sebagian orang berkata, "Agama Kristen itu agamanya orang Barat." Apakah pendapat itu benar? Bukankah kekristenan muncul di Timur Tengah (Israel), bukan di Barat? Yesus Kristus bukan hanya untuk satu suku/bangsa, tetapi Dia mau menjadi Juru Selamat bagi semua suku bangsa di dunia.

3. Kenaikan Yesus menerobos keterbatasan fisik.

Kerajaan Daud dan Salomo pernah memiliki tentara-tentara yang andal dan disegani oleh banyak bangsa di sekitarnya. Namun, itu berbeda dengan Kerajaan Allah. Yesus pernah berkata kepada Pilatus, "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yohanes 18:36)

Kerajaan Allah yang didirikan oleh Yesus dimulai dengan hal-hal yang rohani, yakni pemerintahan Allah di dalam setiap hati orang yang percaya, seperti yang tertulis di dalam Lukas 17:20b-21, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."

Juga Paulus menjelaskan di dalam Roma 14:17, "Sebab Kerajaan Allah (terj. sehari-hari: "Sebab kalau Allah memerintah hidup seseorang") bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."

Karena sifatnya yang rohani, maka Kerajaan Allah tidaklah terbatas pada teritorial atau bangsa tertentu. Allah dapat memerintah hidup siapa saja dari berbagai suku bangsa, warna kulit, dan bahasa, asalkan orang itu mau taat kepada kehendak-Nya.

4. Kenaikan Yesus menerobos sikap hidup yang terpaku pada masalah sendiri.

"Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kisah Para Rasul 1:6). Pada waktu itu orang Israel sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Seolah-olah para murid Yesus berkata kepada-Nya, "Tuhan selesaikan dulu masalah interen bangsa kami. Bebaskan kami dahulu dari penjajahan orang Romawi." Namun Yesus menjawab, "Pergilah kamu, jadilah saksi-Ku."

Gambar: Orang yang Frustrasi

Hal yang melumpuhkan banyak gereja Tuhan di dalam bermisi adalah suatu nasihat yang kedengarannya 'bijaksana', "Selesaikan dahulu masalah interen gereja kita; baru pikirkan program misi ke luar." padahal apabila kita mempelajari sejarah gereja, tidak ada satu gerejapun yang bisa terlepas dari masalah interen. Gereja mula-mula di Yerusalem pernah mempunyai masalah ketidakjujuran yakni dalam kasus "Ananias dan Safira" (lihat Kisah Para Rasul 5); pernah terjadi kekecewaan dari sebagian orang dalam hal pelayanan diakonia yang terabaikan (lihat Kisah Para Rasul 6).

Di dalam gereja Korintus pernah terjadi "klik-klikan" di antara para anggota (lihat 1 Korintus 3); terjadi dosa "kumpul kebo" antara seorang pemuda dengan mama tirinya (lihat 1 Korintus 5); dan pernah terjadi penyalahgunaan karunia-karunia tertentu dari Roh Kudus (lihat 1 Korintus 12).

Di gereja-gereja yang hanya memikirkan diri sendiri malah akan muncul banyak masalah interen. Sedangkan di gereja yang sibuk bermisi, para anggota mengonsentrasikan perhatian mereka kepada pelayanan, sehingga tidak ada waktu untuk bergosip dan mencari-cari masalah di antara sesama anggota.

5. Kenaikan Yesus menerobos kelemahan manusia.

Pernahkah Anda bayangkan, seorang Petrus dari desa Galilea, dengan latar belakang profesi hanya sebagai nelayan yang sederhana, tetapi sekali berkhotbah dapat membawa 3000 jiwa sekaligus untuk percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat?(lihat Kisah Para Rasul 2:41)

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

FacebookTelegramTwitterWhatsApp

Ketika Paulus dan Silas sampai di Tesalonika, kaum Yahudi yang menyebut mereka sebagai "orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia" (Kisah Para Rasul 17:6c). Kalimat ini menyatakan bahwa pelayanan Saulus dan Silas berdampak sampai ke seluruh dunia.

Apakah yang menyebabkan dampak pelayanan mereka menjadi luar biasa? Hal itu karena Tuhan Yesus yang naik ke surga mengirimkan Roh Kudus untuk memberikan kuasa bagi umat-Nya yang ingin melayani. Yesus berkata, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu ...."

Kata kuasa di sini di dalam bahasa Yunaninya adalah dunamis. Dari kata ini muncullah kata dynamite dalam bahasa Inggris. Dynamite berkuasa untuk menghancurkan bukit batu. Demikian pula kuasa Roh Kudus diberikan kepada umat-Nya agar mereka dapat melayani dengan kuasa untuk menghancurkan "bukit-bukit batu" di dalam hati manusia, sehingga mereka dapat bertobat dari kehidupan mereka yang salah.

6. Kenaikan Yesus menerobos rasa takut yang keliru.

Gambar: Orang Ketakutan

Dosa telah memutarbalikkan banyak hal di dunia ini. Seharusnya manusia berani berkata benar, dan takut berdusta. Namun karena dosa, manusia menjadi berani berdusta, tetapi takut berkata benar.

Murid-murid sebelum dipenuhi Roh Kudus, yang diutus oleh Yesus setelah naik ke surga, tidaklah berani bersaksi tentang Sang kebenaran. Namun setelah dipenuhi oleh Roh, mereka memiliki keberanian yang luar biasa (lihat Kisah Para Rasul 2:7-31).

Kata "saksi" didalam bahasa Yunani adalah martus. Dari kata ini muncullah kata martyr di dalam bahasa Inggris. Jadi maksudnya, setiap orang yang ingin menjadi saksi Kristus, harus bersiap-sedia juga untuk menjadi martyr (bandingkan Wahyu 1:5).

7. Kenaikan Yesus menerobos konsep yang salah tentang penginjilan.

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)

Bagaimanakah penginjilan itu dilaksanakan? Apakah harus menunggu sampai semua penduduk Yerusalem diinjili dahulu, baru kemudian seluruh penduduk Yudea, lalu seluruh penduduk Samaria, akhirnya ke negara-negara lainnya. Ternyata tidak demikian. Kata sambung "dan" yang diulangi beberapa kali dalam Kisah Para Rasul 1:8 mempunyai arti serempak. Maksudnya, Yerusalem perlu diinjili, bersamaan dengan itu Yudea, Samaria, dan daerah-daerah lainnya.

Aniaya yang menimpa jemaat Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 8:1b-3 merupakan koreksi Tuhan terhadap sikap orang Kristen pada waktu itu yang hanya mengonsentrasikan pelayanan mereka di Yerusalem saja. Aniaya mencerai-beraikan mereka ke berbagai tempat di negeri Israel sambil memberitakan Injil (lihat Kisah Para Rasul 8:4).

Download Audio

Diambil dari:
Judul buku : Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga
Penulis : Dr. Roby Setiawan
Penerbit : Abbalove Ministries, Jakarta
Halaman : 94 -- 101

Mengucap Syukur Setiap Pagi

Bulan November setiap tahun di Amerika dikenal sebagai bulan Pengucapan Syukur (Thanksgiving Month) karena Thanksgiving Day jatuh pada hari Kamis terakhir setiap bulan November. Gereja-gereja mengadakan acara khusus pada bulan Thanksgiving tersebut, tidak ketinggalan gereja kita yang sudah mentradisikan mengadakan retreat setiap tahun. Demikian pula dengan persekutuan-persekutuan dalam gereja, masing-masing mengadakan acara khusus dengan makanan khusus. Keluarga-keluarga juga tidak mau ketinggalan mengadakan acara Thanksgiving, menghidangkan kalkun panggang sambil mengundang sanak-keluarga serta teman.

Mengadakan acara-acara Thanksgiving selama bulan November adalah baik dan perlu dilestarikan. Namun, bagaimana setelah bulan November berlalu? Masihkah kita terus mengucap syukur? Dapatkah setiap pagi kita mengucap syukur atau kita hanya mengucap syukur pada bulan November saja? Umumnya kita mengucap syukur pada Thanksgiving Day karena pemeliharaan dan kecukupan yang telah diberikan Allah selama setahun tersebut. Namun, apabila kita mau memperhatikan pula berkat-berkat rohani yang kita terima dari Tuhan maka saya percaya kita akan mengucap syukur setiap pagi.

Gambar: Thanksgiving

Adapun berkat-berkat rohani tersebut paling sedikit ada tiga hal yang patut kita syukuri. Yang pertama, bersyukurlah karena kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Pernahkah Anda merindukan untuk memperoleh kedudukan yang tinggi dalam hidup ini? Tidak semua dari kita menjadi orang yang berkedudukan tinggi dalam hidup ini, tetapi kita semua dapat menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah bukan saja berarti bahwa kita mendapat hidup baru dan kekal serta layak masuk ke surga kelak, tetapi juga selama di dunia kita menjadi anggota keluarga Allah, di mana Allah menjadi Bapa kita sehingga kita dapat dengan leluasa bersekutu atau bergaul dengan Allah. Begitu tinggi dan suci kedudukan yang kita peroleh hanya dengan beriman pada Tuhan Yesus Kristus dan yang tidak dapat dibandingkan dengan kedudukan apa pun juga di dunia ini. Untuknya kita patut bersyukur setiap pagi! Adakah kita menggunakan kesempatan untuk bergaul dengan Allah melalui doa setiap pagi?

Yang kedua, kita patut bersyukur setiap pagi karena kita dipilih menjadi sahabat-sahabat Kristus. Pernahkah Anda merindukan untuk bergaul dengan orang-orang besar dan termasyur, menjadi sahabat para selibriti dunia ini? Tidak semua dari kita dapat menjadi kawan para selibriti tersebut, tetapi kita semua dapat menjadi sahabat-sahabat Kristus (Yohanes 15:15-16a). Tuhan telah menyampaikan apa yang didengar-Nya dari Allah Bapa dalam Alkitab. Rahasia-rahasia dan jawaban-jawaban terhadap masalah kehidupan terdapat dalam firman-Nya. Untuk itu kita patut bersyukur setiap pagi! Adakah kita menggunakan kesempatan untuk bergaul dengan Allah setiap pagi dengan mempelajari dan menaati firman Allah?

Bersyukurlah karena kita diangkat menjadi anak-anak Allah. (Bob Jokiman)
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Yang ketiga, kita patut bersyukur setiap pagi karena kita dipanggil menjadi pelayan-pelayan Kerajaan Allah. Pernahkah Anda merindukan untuk melakukan suatu pekerjaan yang agung dan mulia dalam hidup ini? Ketika remaja saya sangat senang membaca riwayat hidup dan mengagumi banyak tokoh sejarah, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan. Mereka telah mengerjakan tidak sedikit karya-karya yang agung dan mulia. Tidak semua dari kita dapat menjadi seorang "tokoh". Namun, kita semua dapat menjadi pelayan-pelayan Kerajaan Allah (1 Petrus 4:10). Menjadi pelayan-pelayan Kerajaan Allah bukan berarti setiap kita menjadi pendeta, melainkan setiap kita melayani sesuai dengan karunia masing-masing. Bila kita melakukannya dengan setia, maka hal itu akan memberi makna yang agung dan mulia bagi hidup kita, sekalipun kita tidak terkenal dan termasyur. Untuk itu kita patut bersyukur setiap pagi! Adakah kita memanfaatkan karunia tersebut untuk melayani sesama setiap hari? Kiranya Tuhan menolong kita bukan hanya setahun sekali mengucap syukur, melainkan setiap pagi. Amin.

Download Audio

Diambil dari:
Judul Buletin : Newsletter GKI Monrovia, Tahun XI No. 11, Nop. 1997
Judul Renungan : Mengucap Syukur Setiap Pagi
Penulis : Pdt. Bob Jokiman
Penerbit : GKI Monrovia, Monrovia, CA
Alamat Situs : http://www.gki.org/

Doa Paulus untuk Orang-Orang Kristen di Tesalonika

(1 Tesalonika 3:9-13)

Paulus berdoa

Ini merupakan doa yang menyatakan bahwa Paulus dapat kembali ke Tesalonika untuk "menambahkan apa yang masih kurang pada iman" mereka (ayat 10).

Doa Paulus biasanya dimulai dengan ucapan syukur Allah atas mereka semua dan segala sukacitanya di hadapan Allah. Paulus bersukacita atas segala sesuatu yang telah dilakukan Allah di dalam mereka. Itu adalah pekerjaan Allah dan Paulus tidak mengambil kehormatan bagi dirinya sendiri. Suatu gagasan yang baik jika kita ingin menegur, maka mulailah dengan apa yang dapat kita puji.

Paulus berdoa siang dan malam bagi kesejahteraan rohani mereka dan supaya Allah memungkinkan dia mengunjungi kembali orang-orang Kristen di Tesalonika.

Paulus bukan hanya ingin sekadar mengunjungi mereka, tetapi ia menginginkan supaya ia dapat mengajar dalam kesempatan itu untuk menyempurnakan apa yang masih kurang pada iman mereka. Sungguh hal itu merupakan suatu tujuan yang agung! Doa Paulus merupakan suatu doa kerinduan hati supaya iman mereka tetap teguh menghadapi ujian dari Allah.

Paulus berdoa supaya Allah membuka jalan baginya untuk bertemu dengan mereka. Paulus berdoa kepada Allah Bapa kita dan kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Ada suatu persamaan di sini. Paulus mempersatukan kedua nama itu. Ia menekankan ketuhanan Yesus Kristus. Bukankah Yesus mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30)? Sesungguhnya, Allah adalah Bapa dari semua orang yang beriman dalam Yesus Kristus dan telah menerima Dia sebagai Juru Selamatnya pribadi.

Penyerahan diri orang Kristen kepada Allah harus sempurna dan sepenuh hati.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Paulus berdoa supaya orang-orang Kristen di Tesalonika bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain. Sebagaimana kasih karunia Allah berkelimpahan di dalam diri mereka, begitu juga kasih mereka harus berkelimpahan satu sama lain. Kasih yang didoakan Paulus untuk mereka harus dapat mencapai semua orang, sekalipun itu untuk orang yang tidak menyenangkan.

Paulus berdoa supaya Allah menguatkan hati mereka supaya tak bercacat dan kudus di hadapan Allah pada waktu kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus. Paulus ingin agar kekudusan mereka menjadi sempurna. Tak bercacat dan kudus mengandung arti dipisahkan bagi Allah, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Etika hidup yang tinggi semacam inilah yang dituntut dari orang Kristen. Penyerahan diri orang Kristen kepada Allah harus sempurna dan sepenuh hati.

Paulus berdoa supaya mereka tidak bercacat apabila Kristus datang sebagaimana dinyatakan dalam 1 Tesalonika 4:13-17. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali merupakan dorongan yang kuat untuk kekudusan hidup (1 Yohanes 3:3) dan untuk memenangkan jiwa. Apakah Anda berdoa, seperti Paulus, bagi mereka yang Anda bimbing kepada Kristus?

[Diambil dari:]
Judul Buku : Doa-doa dalam Perjanjian Baru
Judul artikel : Doa dalam Surat Paulus yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika
Penulis : J. Wesley Brill
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1993
CD SABDA : Topik 18177g

Di manakah Anak Itu?

Oleh: Luis Palau

Hadiah Natal

Beberapa tahun yang lalu sebuah keluarga kaya memutuskan untuk mengadakan upacara pembaptisan bayi di rumah mereka yang megah. Lusinan tamu diundang untuk menghadiri upacara tersebut dan mereka semua tiba dengan mengenakan pakaian-pakaian model terbaru. Setelah menyimpan mantel-mantel elegan mereka di sebuah tempat tidur, di kamar tidur yang ada di ruang atas, para tamu dihibur secara meriah. Akhirnya tiba waktunya puncak acara dari pertemuan tersebut, yaitu upacara pembaptisan bayi. Namun, di manakah bayi itu? Tidak ada seorang tamu pun yang tahu.

Pengasuh bayi itu segera berlari ke ruang atas, dan dia kembali dengan wajah yang putus asa. Setiap orang mencari di mana bayi itu. Lalu seseorang berteriak karena telah melihat bayi itu sedang tertidur di salah satu tempat tidur. Bayi itu tertidur dan tersembunyi dibalik tumpukan mantel, jaket, dan mantel bulu dari para tamu. Obyek perayaan saat itu telah terlupakan, terabaikan, dan nyaris tersembunyi!

Saya teringat cerita itu saat berjalan-jalan di sepanjang jalan kota yang sibuk selama musim liburan ini. Di setiap tempat saya lihat banyak lampu, hiasan-hiasan dari kertas perak dan kertas emas, dan juga hiasan-hiasan natal. Banyak orang berbelanja dan membeli hadiah-hadiah mahal yang kemungkinan baru lunas pembayarannya tahun depan. Dan saya bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini arti Natal?"

Di manakah Anak yang Ulang Tahun-Nya Kita Rayakan Ini?

Pada Natal pertama, orang-orang majus dari Timur datang ke Betlehem mencari bayi Kristus. Mereka datang untuk mencari Seseorang yang akan menjadi Juru Selamat dunia. Saat ini, jika kita mencari Yesus di rumah-rumah dan di jalan-jalan yang ada di kota kita, akankah kita menemukan-Nya?

Natal yang Lain

Seperti yang Anda ketahui, sebenarnya ada dua jenis Natal. Jenis Natal pertama adalah komersialisme, makan-makan dan belanja yang berlebihan. Natal jenis kedua adalah kasih, sukacita, harapan, damai dan penghormatan kepada Dia yang mengundang kita untuk merayakan Ulang Tahun-Nya.

Menurut Alkitab, Natal sesungguhnya adalah pernyataan yang jelas tentang kasih Allah:

"Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yohanes 4:9-10).

Yesus Kristus adalah anugerah kasih Allah kepada dunia. Dia turun ke dunia, dilahirkan dari seorang anak dara, dan tinggal bersama manusia. Bayi Kristus yang lahir pada Natal pertama telah menjadi Seseorang yang mengorbankan diri-Nya sampai mati guna menebus dosa dunia dan bangkit kembali karena kuasa Allah. Itulah alasannya, seperti yang tertulis dalam Roma 6:23, "... karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."

Untuk mengalami dan menerima karunia Allah yaitu hidup yang kekal, Anda harus menerima Kristus. "... semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yohanes 1:12).

Suatu Hadiah Natal bagi Anda

"... semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yohanes 1:12).
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Tahun ini, Natal akan menjadi liburan paling menyenangkan yang pernah Anda alami. Jika Anda menerima hadiah Allah -- yaitu Kristus -- maka Natal ini akan menjadi sungguh berarti bagi Anda. Anda akan merasa damai bersama Allah dan kedamaian itu ada dalam hati Anda, suatu damai yang berbeda dengan damai yang diberikan oleh dunia.

Di manakah Bayi Kristus dalam Natal Anda?

Cara terbaik yang saya tahu untuk menempatkan Kristus kembali dalam Natal Anda hanya dengan mengakui semua dosa kita kepada Allah, dengan iman kita percaya bahwa kematian Kristus adalah untuk membayar semua dosa itu, dan menerima hadiah cuma-cuma dari-Nya yaitu hidup yang kekal. Jika itu keputusan Anda, maka katakan hal itu sekarang kepada Allah dalam doa di mana pun Anda berada. Anda juga dapat menggunakan doa berikut ini:

"Bapa kami di surga, saya ingin merayakan Natal yang sesungguhnya. Saya percaya apa yang dilakukan Putra Natal, Yesus Kristus, bagi saya di kayu salib ketika Dia mati bagi dosa-dosa saya. Saya belum mengerti sepenuhnya tentang hal itu, namun saya menerimanya karena iman. Saya ingin menjadi anak-Mu juga. Saya mengundang-Mu untuk masuk dalam hidup saya. Karena Engkau telah mengampuni saya, maka saya mau mengikuti-Mu dan menaati-Mu selamanya." Amin.

[Sumber: http://www.palau.org/articles/]

[Cat.Red.: Simak kolom Sumber Misi untuk ulasan mengenai situs LPEA dan artikel lain tentang "Ide-ide Penginjilan di Hari Natal".]

Menghargai Natal di dalam Hati Kita

Oleh: James Montgomery Boice

Bagaimana kita seharusnya merayakan Natal? (Renungkan Lukas 2:8-20)

Jika Anda bukan orang Kristen, cara yang terbaik untuk merayakan Natal adalah dengan menjadi orang Kristen, yaitu dengan percaya kepada Tuhan Yesus, meminta Dia agar masuk ke dalam hati Anda dan mengambil keputusan untuk mau mengikut Dia sebagai murid-Nya.

Tetapi mungkin Anda sudah menjadi orang Kristen. Mungkin Anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau demikian, bagaimana seharusnya Anda merayakan Natal?

Kisah tentang Maria, para gembala, dan para malaikat akan memberikan beberapa petunjuk.

Tetapi mungkin Anda sudah menjadi orang Kristen. Mungkin Anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau demikian, bagaimana seharusnya Anda merayakan Natal?

Kisah tentang Maria, para gembala, dan para malaikat akan memberikan beberapa petunjuk.

PERTAMA, para gembala "memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu" (Lukas 2:17). Ini berarti mereka menjadi saksi-saksi Tuhan Yesus. Bahwa Allah memakai mereka untuk menyebarluaskan berita surgawi ini, tentunya membuat mereka tercengang. Para gembala merupakan orang dari kalangan bawah yang dianggap rendah di dalam masyarakat Palestina pada awal abad pertama. Keadaan mereka menyebabkan mereka tidak dapat mengikuti upacara-upacara, yang mempunyai arti yang sangat penting bagi orang-orang yang beragama. Para gembala juga dianggap tidak dapat dipercaya dan bahkan tidak diperkenankan memberi kesaksian di depan pengadilan.

Tetapi para malaikat datang kepada para gembala membawa berita yang besar, yaitu bahwa Kristus Tuhan -- Juru Selamat dunia -- telah lahir di kota Daud (ayat 11). Dan bertentangan dengan anggapan orang lain terhadap diri para gembala, para gembala itu dapat mengerti bahwa orang yang sesat itu perlu mendengar berita besar itu. Keadaannya masih tetap sama sampai sekarang. Tuhan Yesus adalah Juru Selamat dunia. Dan tanpa Tuhan Yesus manusia masih tetap dalam keadaan tersesat.

Natal

KEDUA, orang yang mendengar berita itu "heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka" (ayat 18). Orang pada zaman sekarang hampir tidak heran terhadap apapun juga, tetapi sulit sekali untuk dapat melihat orang yang dapat memahami apa yang dimaksudkan dengan Natal tanpa ia menjadi heran dan kagum. Natal adalah kisah tentang Allah yang menjadi manusia, seperti kita, supaya dapat menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Kebenaran ini sungguh sangat mengherankan, sehingga orang percaya, termasuk para gembala! Tetapi, apakah Anda juga merasa heran dan kagum apabila Anda memikirkan tentang apa yang telah dilakukan Allah untuk kita? Ya, masih ada banyak hal mengenai "Allah yang menjadi manusia" yang tidak dapat kita pahami, tetapi seandainya kita dapat memahami sedikit saja tentang hal ini, kita seharusnya masih merasa heran dan kagum.

KETIGA, "Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya" (ayat 19). Apa yang dilakukan Maria sudah lebih daripada sekedar heran, meskipun ia merasa kagum dan bertanya-tanya. Wanita yang luar biasa ini juga mencoba mengingat segala sesuatu yang terjadi pada dirinya pada hari-hari itu dan membayangkan apa artinya setiap peristiwa itu. Maksudnya Maria menyediakan waktu untuk memikirkan tentang hal-hal rohani, sebagaimana yang seharusnya kita lakukan. Natal adalah waktu yang sangat sibuk. Tetapi waktu kita akan digunakan sia-sia, apabila kita membiarkan diri terlibat dalam segala kesibukan Natal sehingga kita tidak dapat membaca cerita Natal berulang-ulang serta merenungkannya.

KEEMPAT, "Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat" (ayat 20). Ini berarti bahwa mereka tidak hanya berbicara kepada orang lain tentang kelahiran Tuhan Yesus. Mereka juga berbicara kepada Tuhan Allah dan memuji Dia untuk hal ini. Mereka memandang kelahiran Tuhan Yesus sebagai sesuatu yang telah dilakukan Allah dan mereka hendak berterima kasih kepada-Nya.

Tuhan Yesus adalah Juru Selamat dunia. Dan tanpa Tuhan Yesus manusia masih tetap dalam keadaan tersesat.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Di sini ada satu saran. Seandainya Anda ingin mencoba merayakan Natal seperti Maria dan para gembala, janganlah mulai dengan ayat 17, yang mengatakan agar kita menceritakan kepada orang lain tentang Tuhan Yesus. Mulailah dengan ayat 18-20, yang mengatakan agar kita merasa heran terhadap kelahiran Tuhan Yesus, merenungkan apa artinya, dan memuji Allah untuk hal itu. Pujilah Tuhan, karena Ia mengutus Tuhan Yesus. Coba Anda pikirkan, mengapa Tuhan Yesus datang dunia pada malam yang dingin ribuan tahun yang lalu? Dan biarlah kita merasa heran dan kagum atas kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus sehingga Anda tidak perlu mengalami penghakiman Allah yang adil atas doa-doa Anda, sebaliknya Anda telah diselamatkan dari semua itu.

Apabila Anda sudah dengan sungguh-sungguh memikirkan hal ini dan berterima kasih kepada Allah atas itu semua, kembalilah kepada ayat 17 yang menyatakan agar Anda menceritakan kepada orang lain, sebagaimana yang dilakukan oleh para gembala itu. Dan akhirnya, pikirkan tentang apa yang dapat Anda berikan kembali kepada Tuhan atas karunia-Nya yang sangat menakjubkan itu.

PERTANYAAN DAN RENUNGAN

1. Sebutkan beberapa hal yang membuat Anda paling merasa takjub mengenai cerita Natal?

[Sumber:]
Judul Buku : Kristus di dalam Natal -- Perayaan Advent di Tengah Keluarga
Judul Artikel : Menghargai Natal dalam Hati Kita
Pengarang : M. James Montgomery Boice
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1996
Halaman : 205 - 207

Dan Mereka Menutupi Muka-Nya

(Lukas 22:64; Markus 14:65)

Dilihat dari segi sejarah, kesengsaraan Kristus sama sekali adalah termasuk masa silam. "Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah" (Roma 6:10) dan sesudah itu tidak mati lagi; maut tidak lagi memegang kuasa atas diri-Nya. Tetapi secara rohani, kesengsaraan Kristus tetap ada dan berulang-ulang terjadi. Kita menyalibkan Dia lagi. Yesus Kristus terus-menerus dikhianati, ditinggalkan, ditolak, ditudungi, diludahi, didera, diejek, dan kemudian disalibkan.

Tiap peristiwa dalam kisah penderitaan-Nya mempunyai ciri tersendiri. Dalam arti rohani kita berada di sana ketika "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci." (1 Korintus 15:3)

"Dan orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: 'Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?' Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia, menutupi muka-Nya dan meninju-Nya sambil berkata kepada-Nya: 'Hai nabi, cobalah terka! Malah para pengawalpun memukul Dia.'" (Lukas 22:63-64; Markus 14:65)

Hal ini terjadi di halaman istana Kayafas, pagi-pagi benar sebelum fajar menyingsing. Sinar bulan purnama menerangi tempat kejadian itu dan nyala api unggun yang dikobarkan memancarkan sinar dan bayangannya atas halaman itu: Dengan muka-Nya yang ditutupi Yesus duduk di tengah-tengah sekumpulan orang yang tanpa alasan membenci-Nya. Pelayan-pelayan dari Majelis Besar, orang-orang bayaran dari Imam Besar; dan mungkin semua mereka adalah orang-orang Yahudi yang sebangsa dengan Tuhan Yesus. Ada yang mengenal Dia dan pernah mendengar kata-kata yang diucapkan-Nya. Mereka telah menyaksikan keajaiban-keajaiban yang dibuat-Nya.

Yesus di Taman Getsemani

Di taman Getsemani mereka berkisut melihat pandangan-Nya. Sekarang mereka menutupi muka-Nya dan mengejek-Nya. Kegelapan apakah yang menguasai hati-hati yang dapat berbuat seperti ini dan tahan melihatnya! Betapa matinya perasaan terhadap kasih dan kebenaran; kebutaan apa yang membuatnya tidak melihat keindahan kesucian; dan betapa jahatnya pikiran dan keringnya hati nurani! Dan hal ini mereka lakukan terhadap Yesus dari Nazaret, yang pernah membuka mata seorang yang lahir buta di Yerusalem.

Mereka menutupi muka-Nya. Apakah Malkus ada di antara mereka? Apakah Kayafas turut? Apakah Petrus melihat sesuatu sebelum dia keluar dan menangis sedih? Kemudian dia menulis tentang malam buruk itu ketika dia berdiri dan memanaskan dirinya -- tetapi jiwanya menggigil -- di dekat api: "Kristuspun telah menderita ... tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil .... oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:21-24) Ya, Petrus tentu melihatnya, paling sedikitnya dari jauh. Rasa malu dan kesakitannya mendera hatinya. Pandangan terakhir dari Kristus sebelum mata-Nya ditudungi diarahkan kepada Petrus, yang juga menyangkal Dia di depan pelayan-pelayan ini.

Betapapun ringkasnya kesaksian ini, kita dapat membaca di antara baris-baris tersebut sifat pengecut, kekejaman, dan kebodohan dari kebencian mereka terhadap Juru Selamat itu. Mengapa timbul pikiran pada mereka untuk menutupi mata Yesus? Bukankah karena mata-Nya penuh dengan keheranan suci akan ketidakpercayaan mereka, mata yang penuh belas-kasihan akan kebodohan mereka tetapi juga berkilat dengan sinar yang mendera hati nurani mereka seperti nyala api? Mereka tak tahan melihat-Nya dengan berhadapan muka, maka seperti Markus katakan, ketika beberapa orang mulai "meludahi Dia" yang lain "menutupi muka-Nya dan memukul-Nya."

Kekecutan hati mereka hanya dapat diimbangi oleh kebencian mereka, Mereka memukul Dia. Mereka mengejek-Nya. "Dan banyak hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya." Dan kebencian mereka adalah tidak pantas. "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" (Markus 14:65; Lukas 22:64-65) Bukanlah perseorangan yang memukul Dia, melainkan bangsa itu; umat manusia seluruhnya.

Segala kekecutan hati dari pendurhakaan dan ketidakpercayaan yang berabad-abad itu dilambangkan oleh peristiwa ini. Ada orang yang selalu takut dan oleh karena itu tidak rela untuk berhadapan muka dengan Kristus. Orang mencoba mengelakkan Yesus dalam sejarah dengan mengatakan, bahwa cerita itu adalah dongeng; atau mereka tidak mau berhadapan muka dengan Dia. Betapa banyaknya sejarah-sejarah populer dan buku-buku pelajaran menutupi muka Yesus dengan memakai suatu ayat sebagai dalih yang sama sekali tidak menyingkapkan sejarah hidup Yesus Kristus yang sebenarnya.

Ketidakpercayaan menudungi Alkitab dengan menutupi sampulnya dan dengan demikian merintangi amanatnya mencapai dunia kanak-kanak atau dengan membiarkannya tergeletak begitu saja di rak buku, sebuah buku klasik yang menjadi buah bibir tiap orang, tetapi yang tak pernah dibaca orang. Orang-orang menutupi muka Yesus di atas mimbar atau dalam pers dan kemudian mengejek jasa-Nya sebagai nabi, dan kemuliaan-Nya sebagai Mesias. Kalau pendurhakaan dan kemurtadan menutupi muka Juru Selamat, maka mereka juga menampar muka-Nya, Valtaire, Nietzsche, Rennan, Bebel, Paine; Ingersoll dan yang lainnya yang sependapat dan sejiwa dengan mereka, semuanya menutupi muka Yesus dahulu sebelum mereka mengingkari ketuhanan-Nya; menyembunyikan muka-Nya sebelum mereka mendera kemuliaan-Nya.

Sungguh menyakitkan saat membaca dalam Injil mengenai Kristus yang muka-Nya ditutupi ini, namun terutama mengenai cara orang-orang menutupi muka-Nya berulang-ulang selama sembilan belas abad dan kemudian mengejek-Nya. Dendam dari ketidakpercayaan sama jelasnya pada masa sekarang dengan dahulu dalam ruangan pengadilan Kayafas. Orang-orang tidak dapat membiarkan Kristus tenang. Muka-Nya memikat perhatian. Mata-Nya adalah nyala api. Dia menarik atau membuat orang jijik. Dahulu Dia berbuat demikian dan sekarang pun juga.

Di depan mata Yesus kubuka kehidupanku dan isi hati yang keruh Di depan mata Yesus.

Di depan mata Yesus yang suci b'laka apinya, kulihat cahya sayang-Nya, Di depan mata Yesus. (Nyanyian Rohani 136)

Orang-orang percaya dari Perjanjian Lama ingin melihat kemuliaan Allah pada muka yang diurapi. Inilah doa Musa, harapan Daud, dan keinginan Yesaya,

"Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2)

"Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!" (Mazmur 31:16)

"Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur." (Mazmur 143:7)

"Siapakah yang buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhan-Ku dan yang tuli seperti hamba TUHAN?" (Yesaya 42:19)

Dengan demikian mungkin ramalan Yesaya itu terwujud.

Kalau kita merenungkan kata-kata seperti ini, maka mulailah kita sadari apa artinya bagi Tuhan Yesus kalau muka-Nya ditutupi dan dengan demikian mengalami pada diri-Nya dan dalam diri-Nya segala kebodohan dan kebutaan dari ketidakpercayaan yang disengaja terhadap Allah dan utusan-utusan-Nya. Ini bukan sesuatu yang baru. Sepanjang zaman orang-orang selalu menuntut bukti dari mereka yang membuat kesaksian bagi Allah. Apakah keajaiban-keajaiban-Nya? Tanda-tanda apa yang diberikan-Nya? Kapankah ramalan-ramalan-Nya dipenuhi?

Mereka yang memalingkan mukanya dari Kristus atau menutupi muka-Nya tetap tidak percaya dan tetap tidak menyadari dosanya. Pelayan- pelayan Imam Besar, tidak melihat apa-apa. Tetapi Petrus didera dalam hati nuraninya dengan satu pandangan saja. Dia dapat menyesal karena dia tidak menutupi muka Yesus. Dan demikianlah selalu halnya.

Maka kita tidak usah heran, kalau orang menutupi muka Juru Selamat kita, memukul-Nya atau menghina-Nya di muka umum sekarang.

Tiap agama baru atau falsafah yang menjauhkan orang dari Injil hanya berhasil dengan menutupi muka Kristus. Mereka yang melihat mata-Nya tidak memerlukan cahaya lain. Mereka yang telah melihat muka-Nya tidak mengikuti pemimpin lain. "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa; yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan; tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: Dari dalam gelap akan terbit terang ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus." (2 Korintus 4:3)

Mereka yang berjalan dalam gelap dengan mata hati yang buta sering mematikan sendiri lampu dengan lebih dahulu menutupi muka Kristus dari Allah. Kekuasaan Iblis merintangi kita untuk melihat kemuliaan Juru Selamat kita. Semangat zaman yang mencakup pendapat yang berubah-ubah, pepatah-pepatah duniawi, renungan-renungan lihai, ilham-ilham yang tak murni, dan maksud-maksud untuk menciptakan suatu suasana kesangsian dan ketidakpercayaan telah mencekik segala kepercayaan. Kebutaan mendahului ketidakpercayaan dan merupakan sebabnya. Kebutaan itu dilaksanakan dengan menutupi Injil, dengan menggelapkan firman yang jelas dari Allah, dan dengan menutup mata kita terhadap kebenaran.

"Aku datang," kata Tuhan Yesus, "ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (c)

Lihatlah lagi gambar yang mengibakan hati dari Kristus yang diselubungi itu di tengah-tengah gerombolan Majelis Besar itu. Tataplah muka itu, diterangi sinar matahari pagi -- berdarah, dipukuli, diselubungi, "Pandanglah wajah orang yang Kau urapi," (Mazmur 84:10) kata penulis Mazmur -- dan di sini kita melihat wajah itu sebagai gambar sejati dari Juru Selamat yang sedang menderita itu.

"Lihatlah manusia itu!" Diikat, penat, luka memar, dihina, tetapi tetap diam dengan ketenangan kasih yang menderita. "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" Kita pasti harus mendapat jawabannya dalam hati nurani kita sendiri.

Betapa banyaknya sejarah-sejarah populer dan buku-buku pelajaran menutupi muka Yesus dengan memakai suatu ayat sebagai dalih yang sama sekali tidak menyingkapkan sejarah hidup Yesus Kristus yang sebenarnya.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

"Kristuspun telah menderita" untuk kita, bukan hanya untuk menebus kita dari dosa dan membebaskan kita dari laknatnya, tetapi Dia menderita "dan telah meninggalkan teladan" bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. (1 Petrus 2:21). Dalam tiap peristiwa dari kesengsaraan itu Pemikul Salib itu berseru dalam telinga kita: "Ikutlah Aku. Hiduplah dengan penuh keberanian, berbahaya, lengkap, tanpa puasa. Terimalah lumpur dan lendir, terik-panas dan kemelaratan penuduh-penuduhmu. Tahanlah menderita dan beranilah demi Aku dan demi Injil. Janganlah tolak untuk minum bersama Aku dari cawan kegagalan yang sering lebih pahit daripada cawan kematian -- kesakitan ejekan yang mendahului kesengsaraan salib."

Kalau kita ingat ruangan pengadilan dan Kristus yang diselubungi itu yang menanggung bantahan yang hebat dari orang-orang berdosa terhadap diri-Nya, kita tidak akan bertambah lelah atau akan pingsan mendengar celaan atau nista.

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi- nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:11-12)

Ini adalah kebahagiaan yang terakhir dan yang terbesar. Kebahagiaan mereka yang mengikuti Kristus sepanjang jalan sampai akhir.

Diedit dari sumber:
Judul Buku : Kemuliaan Salib
Judul Artikel : Dan Mereka Menutupi Mukanya
Penulis : Samuel Zwemer
Penerbit : Badan Penerbit Kristen, 1970
Halaman : 23 - 28

Kelahiran Yang Sederhana

Oleh: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati

Kelahiran Kristus

Natal dimulai ketika Kristus menjadi miskin karena kita. Kemiskinan Kristus terlihat jelas dari segala hal yang Ia dapatkan ketika memasuki sejarah hidup manusia (2 Korintus 8:9a). Kelahiran-Nya ke dunia sungguh sangat sederhana.

Yesus lahir bukan di Yerusalem, melainkan di kota kecil Betlehem; bukan di istana, melainkan di kandang yang hina dan berbau; bukan di singgasana, melainkan di palungan tempat makan binatang; bukan sebagai raja dengan kekuasaan dan jubah kebesaran, melainkan sebagai bayi yang tak berdaya dan terbungkus di kain lampin yang papa; bukan lahir dari gadis idaman yang penuh tuntutan, melainkan seorang gadis yang taat dan sederhana.

Peringatilah Natal sebagai hari di mana kita beroleh kebebasan untuk meninggalkan kenikmatan yang fana dan memilih kesederhanaan yang telah ditunjukkan Kristus melalui kelahiran-Nya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Jika Kristus datang ke dunia dengan segala kesederhanaan, tidakkah kita seharusnya meneladani hikmah yang ditunjukkan-Nya? Kesederhanaan pasti sesuatu yang ingin diajarkan-Nya kepada kita, para pengikut-Nya. Bukannya tidak bisa Yesus lahir di dunia dengan segala kemewahan, tetapi Ia memilih untuk tidak menggunakannya. Gaya hidup untuk tidak menggantungkan diri pada hal-hal materi merupakan suatu pilihan. Kristus memilih untuk tidak membiarkan diri-Nya dibuai oleh kefanaan dunia. Manusia rohani yang hidup di dunia yang selalu memburu kenikmatan yang fana seharusnya berani mengambil tindakan yang sama seperti Kristus, yaitu memilih untuk hidup di dalam kesederhanaan.

Dunia mendefinisikan Natal sebagai perayaan pesta pora dan hadiah-hadiah bermateri. Tapi ingatlah bahwa Kristus lahir di dunia untuk menyelamatkan manusia dari kehidupan yang fana. Karena itu, peringatilah Natal sebagai hari di mana kita beroleh kebebasan untuk meninggalkan kenikmatan yang fana dan memilih kesederhanaan yang telah ditunjukkan Kristus melalui kelahiran-Nya

Bahwa Kita Harus Menaruh Segala Harapan Kita Kepada Allah

Datangnya tahun 2008 cukup menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang, termasuk orang Kristen. Selain masalah ekonomi dan politik, saat ini dunia juga sedang diancam oleh berbagai masalah lingkungan hidup, seperti pemanasan global, pencemaran lingkungan, dan lain-lain. Tidak seperti generasi-generasi sebelumnya, para orang tua generasi zaman ini tidak lagi dapat berkata kepada anak cucunya bahwa masa depan mereka akan lebih baik dibandingkan masa-masa sebelumnya. Kekhawatiran-kekhawatiran ini perlahan-lahan akan membawa manusia pada titik di mana ia harus mengambil sikap hidup yang akan menguji iman percaya mereka pada Tuhan. Bagaimana dengan Saudara? Sikap hidup seperti apakah yang akan Anda ambil untuk bertahan dalam menghadapi tantangan di tahun 2008?

Simaklah doa yang ditulis oleh Thomas A. Kempis di bawah ini. Melalui doa ini, marilah kita belajar kepada siapa seharusnya kita menaruh pengharapan kita.

BAHWA KITA HARUS MENARUH SEGALA HARAPAN KITA KEPADA ALLAH

Tuhan, apakah yang menjadi kepercayaanku selama hidup di dunia ini; atau apakah yang merupakan penghiburanku yang paling besar di antara segala sesuatu yang ada di bawah langit ini?

Bukankah Engkau, ya Tuhan dan Allahku, yang sungguh Maharahim?

Bilamanakah aku pernah baik keadaanku tanpa Dikau? Atau bilamana aku pernah jelek keadaanku, jika Engkau bersama aku? Aku lebih suka melarat bersama Dikau, daripada kaya tanpa Dikau.

Aku lebih suka mengembara bagaikan orang asing bersama Dikau di dunia ini, daripada memiliki surga, tetapi tanpa Dikau. Di mana Engkau berada, di situlah surga; dan di mana Engkau tidak berada, di situ merupakan maut dan neraka.

Engkaulah seluruh harapanku, kepada-Mulah aku harus mengeluh, berseru, dan memohon.

Akhirnya, tak seorang pun yang dapat kupercaya sepenuhnya untuk menolong aku dalam kemalanganku sebaik-baiknya, kecuali Engkau, ya Allahku.

Engkaulah pengharapanku, kepercayaanku, dan sahabatku yang paling setia.

Semua orang mencari kepentingan diri sendiri; tetapi Engkau hanya menghendaki keselamatan dan kesempurnaanku, dan segalanya Engkau arahkan bagi kebahagiaanku.

Juga bila Engkau membiarkan aku tertimpa pencobaan-pencobaan dan kesusahan-kesusahan, semuanya itu pun Engkau tujukan untuk kebahagiaanku. Sebab dengan bermacam-macam jalan Engkau biasa menguji orang-orang yang Engkau cintai.

Dan waktu tertimpa pencobaan-pencobaan itu, maka aku tidak boleh kurang mencintai dan memuliakan Dikau, daripada jika aku merasa tertimbun oleh-Mu dengan hiburan-hiburan surgawi.

Maka kepada-Mu, ya Tuhan Allah, aku menaruh segala harapanku dan kepada-Mu aku berlindung; kepada-Mu kuserahkan segala kesusahan dan ketakutanku; sebab segala sesuatu yang di luar-Mu, tampaklah lemah dan goyah.

Sebab banyak sahabat tidak akan berguna bagiku dan pelindung-pelindung yang kuasa tidak akan mampu menolong aku; tiada penasihat bijaksana yang akan dapat memberi nasihat yang berguna, dan buku-buku yang tertulis oleh sarjana-sarjana tak ada yang akan mampu memberi penghiburan kepadaku; tiada barang suatu pun yang berharga dapat menolongku dan tak ada sesuatu tempat, sekali pun tersembunyi dan menarik hati, akan mampu memberi perlindungan kepadaku, jika Engkau sendiri tidak menolong, membantu, memperkokoh, menghibur, mengajar, dan melindungi aku.

Sebab segala sesuatu yang kelihatannya memberi tenteram dan bahagia, sesungguhnya bukan apa-apa jika Engkau tidak besertanya; dan sebenarnya semua itu tidak memberi kebahagiaan sedikit pun juga.

Engkaulah tujuan terakhir dari segala yang baik, Engkaulah yang memenuhi kehidupan dan merupakan sumber segala kebijaksanaan; dan menaruh harapan kepada Dikau melebihi segala sesuatu, itulah hiburan yang terkuat bagi hamba-hamba-Mu.

Kepada-Mu aku mengarahkan pandanganku; kepada-Mu kutaruh kepercayaanku, ya Allah, Bapa segala rahim (2 Korintus 1:3).

Berkatilah dan kuduskanlah jiwaku dengan berkat surgawi, agar menjadi tempat tinggal-Mu yang suci dan merupakan takhta kemuliaan-Mu yang kekal. Semoga dalam kenisah keallahan-Mu ini tiada terdapat sesuatu pun yang tidak berkenan kepada Wajah-Mu.

Sudi apalah kiranya memandang kepadaku dengan kebaikan yang sangat besar dan dengan belas kasihan-Mu yang tak terhingga itu, dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang hina ini, yang jauh dari-Mu, bagaikan orang buangan merantau di dalam negeri yang penuh kegelapan maut ini.

Lindungilah dan peliharalah jiwa hamba-Mu yang berada di tengah bahaya-bahaya dalam kehidupan yang fana ini; dan hendaklah menuntun jiwaku ini dengan dikawal rahmat-Mu, melalui jalan ketenteraman masuk ke tanah air kemuliaan abadi. Amin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Mengikuti Jejak Kristus
Judul artikel : Bahwa Kita Harus Menaruh Segala Harapan Kita Melulu kepada Allah
Penulis : Thomas A. Kempis
Penerbit : Obor, 1997
Halaman : 235 -- 238

e-JEMMi 1/2008

Berpikir Layaknya Anak Kecil di Penjara

Ketika berada di Australia, saya menerima kabar bahwa menantu perempuan saya mengalami luka serius dalam kecelakaan mobil di California, yang telah meremukkan mobilnya. Anak perempuannya yang berusia 9 tahun juga ikut terluka. Ketika saya menghubunginya untuk mendengar bagaimana kecelakaan tersebut terjadi, cucu perempuan saya, saat menjawab pertanyaan-pertanyaan berteriak, "Aku mempunyai kabar gembira! Seseorang memberikan seekor kucing kepadaku sebagai hadiah!" Lalu diikuti dengan penjelasannya mengenai rupa kucing itu.

Anak-anak

Yesus mengajarkan kita menjadi seperti anak kecil, untuk mengambil suatu cara pandang berbeda atas peristiwa-peristiwa, bahkan peristiwa-peristiwa tragis sekalipun. Kita mungkin berdarah, kita mungkin menjadi trauma, tetapi kita masih dapat menikmati sukacita untuk hal-hal kecil yang mungkin dianggap seperti anak kecil atau kampungan. Inilah apa yang sebenarnya terjadi pada saya di dalam penjara.

Saya menghabiskan 14 tahun hidup di dalam penjara-penjara komunis. Tidak lama menurut standar komunis, karena Pendeta Harapov dari gereja Baptis Rusia dipenjara selama 28 tahun; Katolik Paulaitis selama 35 tahun; Michail Ershow seorang biarawan Orthodox dipenjara lebih dari 40 tahun. Kami kelaparan, dipukuli, disiksa. Selama bertahun-tahun, kami masing-masing dikurung di dalam sel-sel isolasi, di mana kami tidak dapat mendengar suara apa pun, bahkan suara berbisik pun tidak.

Tidak ada buku-buku atau alat-alat tulis, selain Alkitab. Kami tidak pernah melihat anak kecil, wanita pun jarang. Kami tidak dapat melihat berbagai warna; dunia kami berwarna abu-abu. Tembok-tembok berwarna abu-abu, seragam kami abu-abu, bahkan wajah kami pucat keabu-abuan. Karena begitu lama, kami sudah lupa bahwa ada warna biru, hijau, merah, dan violet.

Selama panjangnya masa abu-abu, tahun-tahun yang gelap, apa yang kami pikirkan saat itu? Sudah tentu bukan mengenai ajaran komunis atau penderitaan. Pikiran kami seperti anak-anak yang dikuasai oleh peristiwa-peristiwa. Shakespeare, menurut Henry IV menulis, "Pikiran adalah budak kehidupan".

Kami bebas untuk bersukacita di dalam misteri-misteri firman Tuhan.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Filosofi humanisme juga menyatakan bahwa kondisi jasmaniah menentukan bagaimana pikiran kita bekerja. Ini mungkin saja benar bagi orang dewasa, tetapi tidak untuk anak-anak. Seorang anak yang terbaring di rumah sakit karena kecelakaan, dapat memiliki keinginan kuat di pikirannya untuk dibelikan sebuah boneka. Kami pernah merasakan hal yang sama. Kami sering memikirkan mengenai hal-hal yang sepenuhnya tidak ada hubungannya dengan penderitaan yang kami alami. Akankah ada banyak cacing di sup kami hari ini? Akankah paling tidak ada lima kacang di dalam sup kami, atau mungkin lebih? Bagaimana seharusnya aku berbohong kepada orang yang menyiksa aku untuk tidak menyerahkan yang lain dan mengakibatkan penahanan mereka? Akankah aku dibebaskan? Kami mempunyai masalah, tetapi kami tidak membiarkan permasalahan ini menguasai kami.

Sementara di penjara, kami tidak hidup dalam masalah. Membiarkan para penjaga memukuli, menghina, dan membuat kami kelaparan. Dengan hal-hal seperti ini, para penyiksa kami menyibukkan diri mereka sendiri. Kami bebas untuk bersukacita di dalam misteri-misteri firman Tuhan.

Diambil dari:
Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Mei - Juni 2008
Penulis : Richard Wumbrand
Penerbit : Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2008
Halaman : 2

Dilahirkan Sebagai Pelayan

Apa reaksi Anda jika tahu bahwa anak Anda dilahirkan untuk menjadi seorang pelayan? Tentunya tidak mudah untuk menerimanya, bukan? Biasanya orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik, bukan pelayan. Namun, itulah yang digariskan Tuhan atas Yohanes, putra Zakharia dan Elisabet. Ia tidak dilahirkan untuk menjadi "lakon utama" dalam karya keselamatan Allah. Ia dilahirkan "cuma" untuk menjadi "lakon pembantu", merintis jalan bagi sang "lakon utama".

Yohanes Pembaptis

Peristiwa Natal, kelahiran Kristus yang terjadi sekitar 2.000 tahun yang lalu, tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Natal atau kelahiran pribadi lain yang kemudian dikenal sebagai Yohanes Pembaptis. Ia dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus. Ia dilahirkan hanya beberapa bulan sebelum kelahiran Kristus. Ibunya, Elisabet, adalah saudara Maria, ibu Yesus. Maria bahkan sempat tinggal di rumah Elisabet selama 3 bulan sejak Yohanes berusia 6 bulan dalam kandungan ibunya (Lukas 1:39-40). Sekalipun demikian, tampaknya Yohanes muda tidak punya kesempatan untuk tumbuh bersama-sama dengan Yesus. Sejak usia kanak-kanak, Yesus sudah dibawa orang tuanya tinggal di Nazaret, Galilea, jauh dari kampung halaman Yohanes di pegunungan Yudea. Yohanes sendiri kemudian tinggal di padang gurun untuk mempersiapkan diri memulai pelayanan kenabiannya (Lukas 1:80).

Nama Yohanes sendiri berasal dari kata Ibrani yang berarti "Allah yang Pemurah". Nama pemberian Allah itu menyatakan bahwa penyebab kehadiran Yohanes adalah kemurahan hati Allah semata. Dialah yang mengaruniakan seorang putra bagi kedua orang tua Yohanes dalam usia lanjut mereka, apalagi ibunya mandul (Lukas 1:7). Dan bukan cuma itu, nama itu juga menyatakan kemurahan hati Allah pada umat-Nya. Setelah 400 tahun Tuhan mengambil sikap diam seribu bahasa terhadap mereka, kini ia mengutus nabi-Nya untuk menyuarakan pesan-Nya kepada mereka.

Misi Yohanes adalah "berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia ..." (Lukas 1:17). Dalam pengharapan Israel kala itu, umat meyakini bahwa Elia akan datang mendahului kehadiran Sang Mesias (Maleakhi 4:5-6). Kehadirannya menandakan bahwa Sang Mesias yang dinanti-nantikan akan segera datang. Seruan pertobatan yang dikumandangkan Yohanes, jubah bulu unta, dan ikat pinggang kulit yang dikenakannya, juga tempat tinggalnya di padang gurun menyatakan digenapinya nubuat tentang Elia yang akan datang untuk mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias!

Seruan pertobatan yang dikumandangkan Yohanes tidak tanggung-tanggung. Tanpa tedeng aling-aling, ia menyebut para pemimpin agama Yahudi "keturunan ular beludak" (Matius 3:7). Tajam sekali! Pesannya pun sangat keras: "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api" (Matius 3:8-10).

Yohanes terus menyuarakan pesan kenabiannya dengan berani dan setia. Hingga suatu saat, karena tegurannya yang keras terhadap kejahatan Herodes Antipas, penguasa wilayah Galilea dan Perea, ia dipenjarakan lalu mati dipenggal kepalanya. Jalan hidupnya tidak banyak berbeda dengan para pendahulunya, nabi-nabi Perjanjian Lama, yang dengan setia menyerukan kebenaran ilahi dan harus menanggung berbagai kesulitan, bahkan malapetaka, gara-gara seruan mereka.

Selain keberanian dan kesetiaannya yang luar biasa dalam menyuarakan kebenaran, Yohanes memiliki satu hal lain yang tidak kalah pentingnya. Ia sangat rendah hati. Di puncak popularitasnya, ketika banyak orang bertanya-tanya apakah dia Sang Mesias yang ditunggu-tunggu, ia tidak tergoda untuk mengultuskan dirinya. Dengan tegas, ia menyatakan dirinya sebagai "suara yang berseru-seru di padang gurun, "Luruskanlah jalan bagi Tuhan!" (Yohanes 1:23). Dengan rendah hati, ia menegaskan bahwa pelayanannya hanyalah "pengantar" dari pelayanan Sang Mesias.

Yang lebih mencengangkan adalah pernyataannya: "Membuka kasut-Nya pun aku tidak layak" (Yohanes 1:27b). Di Palestina kuno, biasanya seseorang mengenakan kasut (sepatu sandal yang terbuka) untuk bepergian. Bisa dibayangkan, betapa kotor kakinya setelah menempuh suatu perjalanan. Tugas seorang budak adalah untuk membuka tali kasut tamu yang datang berkunjung ke suatu rumah. Kala itu, seorang guru biasanya tidak dibayar. Sebagai gantinya, murid-muridnya akan mengerjakan berbagai pekerjaan baginya. Namun, tentang membuka tali kasut, peraturan kerabian berkata, "Setiap jenis pelayanan yang dilakukan oleh seorang budak bagi tuannya haruslah juga dilakukan oleh seorang murid bagi gurunya, kecuali melepaskan tali kasutnya". Jadi, melepas tali kasut kala itu dianggap sebagai pekerjaan yang terlalu rendah untuk dilakukan seorang murid. Bagaimanapun, Yohanes menganggap dirinya tidak layak bahkan untuk melakukannya bagi Sang Mesias! Betapa rendah hatinya!

"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yohanes 3:30).
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Kerendahan hati Yohanes bukan sekadar basa-basi. Terbukti ketika para pengikutnya akhirnya beralih mengikuti Sang Mesias (Yohanes 3:26), ia berkata, "Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh" (Yohanes 3:29). Ia mengenal dirinya dengan baik, sehingga ia bisa bersukacita dengan apa yang terjadi. Bahkan, kemudian ia berkata, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yohanes 3:30).

Inilah sukacita sejati yang bisa kita peroleh di hari Natal. Bukan sukacita karena menjadi yang utama. Bukan sukacita karena beroleh pujian dari manusia. Bukan sukacita karena mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan. Melainkan sukacita karena mengerti panggilan Tuhan dalam hidup kita dan dimampukan untuk menunaikannya. Sudahkah Saudara memiliki sukacita semacam itu?

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul Buku : Harta Karun Natal
Penulis : Sutrisna
Penerbit : Mitra Pustaka dan Literatur Perkantas, Jawa Barat 2005
Halaman : 76 -- 80

Hati Allah Sepanjang Masa

Jika seseorang ingin menyenangkan hati orang yang dikasihinya, maka ia akan berupaya untuk mengetahui apa yang ada di dalam hati sang kekasih dan dengan berbagai upaya memenuhi keinginan hatinya itu. Demikian halnya dengan sikap kita terhadap Allah, bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu yang ada di dalam hati Allah? Bahkan, di dalam hati-Nya yang terdalam dan terpendam sepanjang masa?

Hati Yesus

Ada tiga cara untuk mengetahui bahwa sesuatu itu ada, bahkan terpendam di dalam hati Allah sepanjang masa. Pertama, sesuatu itu haruslah telah ada di hati-Nya sejak lama. Sesuatu itu bukanlah hal yang baru muncul di hati-Nya dan dengan sekejap sirna, seperti Coca-cola atau 7-Up.

Kedua, untuk memenuhi atau menggenapkan sesuatu itu, maka Dia haruslah rela membayar harga yang sangat besar. Jika seorang pemuda rajin bekerja agar dapat menabung demi memeroleh sebuah rumah, maka kita tahu bahwa dia benar-benar membutuhkan rumah. Dari kerajinannya, kita tahu bahwa rumah itu ada di dalam hatinya.

Ketiga, ketika saat-saat penggenapan itu sedang berlangsung, maka sesuatu itu tetap harus diperoleh sekalipun harus menghadapi faktor kesulitan yang sangat tinggi (super sulit). Sekalipun edelweiss itu ada di pegunungan, tapi jika itu ada di dalam hati kekasih Anda, tentu Anda tetap berupaya memerolehnya, bukan?

Lalu pertanyaannya, hal apakah yang sungguh-sungguh merupakan isi hati Allah? Untuk dapat menemukan jawabannya, tentu ketiga hal di atas harus dapat dijadikan ukurannya. Dan dengan menggunakan ketiga hal tersebut, maka jawabannya adalah: Misi! Ya, hati Allah adalah misi.

Mengapa "misi"? Misi berarti pengabaran Injil secara lintas budaya. Pengabaran Injil itu sendiri berarti menyampaikan pribadi dan karya Yesus Kristus kepada orang lain. Itu berarti Yesus harus hadir dahulu di atas muka bumi ini jika kita ingin dapat menceritakan-Nya kepada orang lain.

Sejak lama, kehadiran Yesus di atas bumi itu sendiri tidak terjadi secara instan atau seketika, melainkan sudah direncanakan "jauh-jauh" hari sebelumnya, yaitu sejak Kejadian 3:15. Bahkan sebelum ayat itu diucapkan-Nya, yaitu sejak Allah mulai memikirkannya "di dalam hati-Nya". Ayat itu berbunyi, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kejadian 3:15). Kemudian ayat tersebut digenapi dalam Yohanes 3:16. Dengan demikian, "misi" memenuhi kriteria pertama -- sudah ada di dalam hati Allah sejak lama, kurang lebih empat ribu tahun sebelum kelahiran Kristus.

HARGANYA MAHAL

Dalam masa penantian yang sangat panjang itu, Allah tidak berdiam diri atau berpangku tangan saja. Dia terus berinteraksi dengan umat-Nya di zaman Perjanjian Lama. Mukjizat yang dilakukan-Nya, nabi yang dihadirkan-Nya, serta firman/perintah/nubuat yang diucapkan-Nya, semuanya tidak boleh bertentangan, bahkan harus berpusat dan mengarah kepada kehadiran Yesus Kristus.

Ini tentu bukan hal yang mudah. Dia harus secara terperinci memertimbangkan setiap mukjizat yang akan dilakukan-Nya, memerhatikan perilaku para nabi yang dipilih-Nya, dan kata-kata yang diucapkan-Nya sepanjang Perjanjian Lama. Bahkan harga yang paling mahal adalah ketika menghancurkan kepala si ular dan memulihkan hubungan manusia yang sudah jatuh dalam dosa, Dia harus mengutus Anak-Nya sendiri!

SUPER SULIT

Untuk dapat menghancurkan kepala si ular itu, Yesus harus mati di atas kayu salib dan bangkit dari kematian. Untuk itu, Dia harus menjelma menjadi manusia. Jika kita tahu betapa besar penderitaan-Nya ketika Dia harus menempuh cara demikian, maka kita tahu pula bahwa dalam keberadaan-Nya sebagai manusia, Dia sudah membayar harga yang sangat mahal! Cara demikian adalah cara yang "super sulit".

Apakah kita rindu dikenal sebagai seorang yang berupaya memerhatikan isi hati Allah dan terlibat di dalam-Nya?
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Bukan hanya itu saja, harga yang mahal juga harus dibayar-Nya ketika Dia harus meninggalkan budaya kehidupan yang selama ini telah dijalani-Nya bersama dengan "Kedua Pribadi Allah Tritunggal" di surga. Budaya itu adalah kasih, kehormatan dan kemuliaan, serta kesucian. Kini Dia harus masuk dalam budaya manusia yang penuh dengan iri hati, pengkhianatan, dan egosentrisme. Ya, inkarnasi Yesus memang bersifat "lintas budaya". Dengan demikian, "misi" memenuhi ketiga kriteria tentang isi hati Allah. Misi adalah hati Allah.

Lalu bagaimana tanggapan kita? Apakah kita rindu dikenal sebagai seorang yang berupaya memerhatikan isi hati Allah dan terlibat di dalam-Nya? Misi-Nya masih harus diteruskan kepada segenap suku bangsa di seluruh muka bumi secara lintas budaya! Kapan? Menunda adalah tindakan yang tidak mencerminkan kasih yang kuat.

Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buletin : MISSION.COM No. 6/Tahun ke-2/2005
Penulis : Tidak Dicantumkan
Halaman : 12 -- 13

Ikutilah TeladanKu

Paulus bukan saja memercayai Yesus sebagai Juru Selamat dan Penebus Dosanya, tetapi ia juga mengikuti teladan kehidupan Yesus. Perilaku hidup sehari-harinya juga diusahakan seperti Yesus Kristus. Selama di dunia ini, ia hanya menghabiskan hidupnya menjadi hamba untuk melayani orang lain. Ia tidak mencari reputasi meski ia makin terkenal. Sebaliknya, dalam kehidupan sehari-harinya, ia menampakkan kesederhanaan dan hidup bersahaja. Ia benar-benar tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri.

Saya mengenal Bapak Tom White, yang dulu pernah dipenjara di Kuba karena membagikan Injil keselamatan bagi orang-orang Kuba. Sebagai direktur Voice of the Martyrs (VOM) di Amerika, ia dibantu oleh sekitar 70 orang staf dan puluhan sukarelawan. Namun demikian, ia memiliki kehidupan yang sangat sederhana.

Ia banyak melakukan perjalanan ke negara-negara di mana orang-orang Kristen teraniaya. Mulai dari Timur Tengah, Asia, dan banyak belahan dunia lainnya. Ke negara mana saja yang dikunjunginya, termasuk ke Indonesia, ia tidak pernah peduli hotel bintang berapa atau penginapan macam apa yang akan ditinggalinya. Yang dibawanya hanyalah sebuah tas kecil berisi dua potong pakaian untuk kunjungan yang cukup lama di beberapa negara. Saya terkejut melihat foto rangkaian kegiatan sejak kedatangannya hingga ia pulang. Ia nyaris memakai baju yang sama!

Di saat senggang, yang dibicarakannya selalu tentang pekerjaan Tuhan atau bagaimana menolong atau melayani orang lain dengan lebih baik.

Rekan saya yang tinggal di Amerika bercerita, suatu hari seorang donatur ingin melihat bagaimana kehidupan pribadi Bapak Tom. Orang tersebut datang ke rumah Bapak Tom, dan pada saat itu ia mendapati istri Bapak Tom sedang menyediakan waktu untuk menjaga anak-anak orang lain, sehingga di rumahnya banyak anak-anak kecil yang diurusnya. Singkat cerita, banyak hal tentang kesederhanaan dan kerelaan melayani orang lain yang didapati pada keluarga Bapak Tom yang membuat orang tersebut terkejut.

Di negara maju yang modern dan serba individualis ini, masih ada orang yang hidup dengan amat sederhana dan tidak memikirkan diri sendiri. Akhirnya orang tersebut tahu bahwa selama ini bantuan yang telah diberikannya telah dikelola oleh orang yang tepat.

Yesus datang ke dunia ini hanya untuk melayani orang lain dan tidak memedulikan kehidupan-Nya sendiri. Paulus mengikuti teladan-Nya dan kita telah melihat buahnya. Bapak Tom White juga mengikuti teladan-Nya, dan jutaan orang Kristen teraniaya telah diberkati dan dikuatkan imannya oleh pelayanan VOM. Bagaimana dengan kita?

Diambil dari:

Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, November -- Desember 2004
Penulis : Tim Kasih Dalam Perbuatan
Penerbit : Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 1

e-JEMMi 47/2011

Imigran yang Jadi Penguasa

Kita semua telah mendengar dan mengetahui kisah Yusuf. Ia adalah seorang imigran, tetapi tak ada seorang pun yang menolak atau menyangsikan kemampuannya menjadi pemimpin. Bahkan, Firaun pun kagum dan berkata, "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah." (Kejadian 41:38) Kita pun setuju jika semua orang memuji dan ingin seperti dia. Mengapa? Sebab Yusuf memang layak dan pantas mendapatkan semua itu. Perbedaannya dengan Firaun hanyalah takhta kerajaan Mesir (Kejadian 41:40b). Akan tetapi, satu hal yang pasti, ia tidak mendapatkannya secara instan atau tiba-tiba. Ujian dan halangan demi halangan itulah yang membentuknya jadi pemimpin. Cara Yusuf menghadapi semua itulah yang membedakan serta membuktikannya sebagai pemimpin tulen. Nah, bukankah kita mau menjadi seperti Yusuf?

Yusuf

Seorang pemimpin tidak dilahirkan melainkan dibentuk. Demikian pula Yusuf. Ia menjadi seorang pemimpin karena ia mau dibentuk dan melakukan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh, tanpa memikirkan untung ruginya.

Sejak awal, Yusuf telah mengalami penolakan dari saudara-saudaranya yang membencinya, hanya karena ayah mereka lebih mengasihi Yusuf. Bahkan, mereka berikhtiar untuk membunuh Yusuf karena kepolosannya dalam menceritakan mimpi yang didapatnya. Pikirkan, apakah Yusuf menjadi orang yang minder dan tertolak? Ternyata tidak. Yusuf tidak membiarkan rasa mengasihani diri sendiri itu menguasainya dan lebih dari itu, Yusuf bahkan mengampuni dan merindukan saudara-saudaranya (Kejadian 41:51). Bayangkan, masihkah ada pelajar seperti Yusuf sekarang ini? Mungkin Anda adalah orangnya.

Yusuf adalah seorang anak kesayangan ayahnya, tetapi tanpa disangka-sangka, tiba-tiba ia menjadi seorang budak belian tanpa ia tahu alasannya. Menjadi orang asing dan sendirian tanpa ada saudara ataupun teman. Namun, apa yang terjadi? Yusuf tidak mengeluh dan ia tidak meninggalkan Tuhan, melainkan ia menyatakan hubungannya yang intim dengan Tuhan, walaupun sendirian di negeri orang. Bagaimana dengan kita? Saat kita sendirian dan tanpa teman, apakah kita tetap berani membawa nama Yesus dan status Kristen pada lingkungan kita? Jadilah seperti Yusuf.

Seorang pemimpin tidak dilahirkan melainkan dibentuk.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Di Mesir, Yusuf menjadi seorang budak yang dikasihi tuannya. Namun sekali lagi, dedikasi dan integritasnya yang takut akan Tuhan menjadikannya seorang narapidana tanpa ada pembelaan atau penghargaan karena sikapnya itu. Apakah Yusuf marah? Sayangnya, tidak. Ia tidak marah, pada Tuhan sekali pun. Apakah Yusuf tergoda akan rayuan istri Potifar? Yang terjadi adalah Yusuf lari dan tidak membiarkan dirinya melakukan dosa tersebut karena ia tidak mau mengambil keuntungan dari situasi saat itu. Inilah sikap yang harus ada pada kita, yang walaupun digoda beratus-ratus istri Potifar lewat pacaran, VCD, majalah, atau bahkan tempat pelacuran, tetap memilih untuk lari dan tidak membiarkan diri kita melakukan dosa. Kitalah pelajar yang berani membela nama Tuhan, dengan mengambil sikap bersih hati dan murni tangan di hadapan Tuhan. Ya, kitalah angkatan itu. Kembali, Yusuf yang menjadi seorang narapidana dan menafsirkan mimpi juru minuman dan juru roti, tidak membiarkan dirinya dikecewakan oleh orang yang telah diselamatkannya. Walaupun 2 tahun telah berlalu, Yusuf tetap percaya akan waktu Tuhan yang paling tepat baginya. Saat Tuhan itulah yang menjadikan Yusuf, tidak hanya sebagai mangkubumi di Mesir tetapi juga pemelihara kehidupan suatu bangsa yang besar (Kejadian 50:20). Sangat indah, bukan?

Ya, Tuhan tidak hanya membentuk Yusuf menjadi seorang yang rendah hati, tetapi juga orang yang bergantung penuh pada Tuhan. Ini baru pemimpin! Mari belajar dari Yusuf.

Imigran yang Jadi Penguasa

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul Majalah : Abbalove, Edisi 6, Bulan 9, Tahun 1999
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Abbalove Ministries, 1999
Halaman : 3 -- 5

Kedatangan Kristus ke Dunia Membawa Misi Keselamatan Bagi Manusia

Yesus membawa keselamatan

Jika kita memahami makna Natal yang sebenarnya, tidak dapat disangkali bahwa peristiwa Natal adalah anugerah Allah yang terbesar untuk manusia. Mengapa? Karena Allah yang adalah Raja di atas segala raja mau turun ke dalam dunia dalam pribadi Yesus Kristus yang miskin dan hina. Mengapa Allah mau datang ke dunia? Karena Allah mengetahui masa depan manusia yang berdosa, yaitu kebinasaan. Dan tidak mungkin manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari penghukuman kekal tersebut. Ia tahu bahwa apa pun usaha manusia, betapapun banyak perbuatan baiknya, tidak akan mungkin melepaskan manusia dari murka Allah dan kembali bersatu dengan Allah, Sang Pencipta. Ia begitu mengasihi manusia dan Ia ingin kita dapat bersatu kembali kepada-Nya.

Itu sebabnya Allah rela datang ke dalam dunia, dalam pribadi Yesus Kristus, untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Tidak ada jalan lain kecuali mengirim seseorang yang suci tanpa dosa untuk hidup sebagai manusia yang terbatas dan menjadi pengganti manusia untuk menerima penghukuman atas dosa. Hanya Yesuslah yang sanggup memberikan jaminan bahwa kedatangan-Nya ke dunia akan membawa damai dan keselamatan bagi umat manusia (Yoh. 14:6; Kis. 4:12). Itulah misi kedatangan-Nya ke dunia.

Ia begitu mengasihi manusia dan Ia ingin kita dapat bersatu kembali kepada-Nya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Bagi kita yang telah menerima dan mendapatkan kasih dan anugerah keselamatan-Nya itu, mari kita beritakan Kabar Baik ini kepada saudara-saudara, sahabat-sahabat, dan orang-orang yang ada di sekitar kita yang belum mendapatkan anugerah keselamatan dari-Nya. Perayaan Natal dapat menjadi kesempatan yang sangat tepat untuk membicarakan tentang kasih Tuhan dan Kabar Baik ini. Berdoalah agar Tuhan memberikan kesempatan itu dan juga kreativitas agar kita dapat menceritakan kasih Kristus dengan cara yang tepat untuk mereka.

Kuasa di Atas Kejahatan

"Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan." (Lukas 9:1)

Pada saat Yesus akan pergi berkhotbah, Dia mulai membangun jemaat-Nya. Setelah berdoa semalam, Dia memilih 12 murid. Salah seorang dari ke-12 murid itu adalah Yudas. Walaupun demikian, Yesus berkata, "Aku mengenal orang-orang yang telah Aku pilih."

kuasa Salib

Jangan terkejut bahwa Yesus menunjuk seorang manusia yang lemah, seseorang yang tidak dapat melawan godaan, dan bahkan seseorang yang memberikan dirinya untuk dikuasai iblis (1 Korintus 12:22). Jemaat dibentuk bukan hanya terdiri dari orang-orang yang kuat saja, melainkan juga terdiri dari orang-orang lemah. Tidak ada jemaat tanpa ada anggota tubuhnya yang lemah. Jika yang lemah tidak ada, kepada siapa yang kuat menunjukkan kasih mereka?

Seseorang mungkin bertanya mengapa Tuhan menunjuk Yudas sebagai murid-Nya. Jawabannya sederhana, para pengkhianat akan selalu tinggal di antara orang-orang Kristen. Daud bernubuat untuk Yesus dengan berkata, "Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku." (Mazmur 41:9) Menyedihkan melihat bagaimana seorang teman dekat berubah menentang teman seimannya.

Beberapa orang mengatakan bahwa Yudas sudah dikutuk dari awal sehingga dia tidak dapat berperilaku secara berbeda. Akan tetapi, apakah itu mungkin? Apakah mereka lupa bahwa Allah penuh belas kasihan? Apakah mereka lupa bahwa Yesus tidak melakukan hal yang lain selain kebaikan, bahwa Dia mati bagi semua pendosa tanpa pengecualian? Jika seorang individu tidak menerima keselamatan, ini disebabkan karena dia tidak menginginkan keselamatan itu. Nyatanya, Yesus menangisi Yerusalem, dengan berkata, "Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu ... tetapi kamu tidak mau!" (Matius 23:37) Yesus mau menyelamatkan, tetapi manusia tidak mau diselamatkan.

Manusia bebas untuk memilih. Begitu pula Yudas. Dia tidak diprogram untuk menjadi seorang pengkhianat. Dia sendiri bertanggung jawab menjadi seorang pengkhianat. Setelah Yesus disalibkan, Yudas mengaku dengan mulutnya sendiri, "Aku telah berdosa dengan mengkhianati orang yang tidak bersalah." Oleh karena itu, dia sendiri menyadari bahwa semua kesalahan adalah karena dia, bukan karena Allah.

Jika seorang individu tidak menerima keselamatan, ini disebabkan karena dia tidak menginginkan keselamatan itu.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Mari kita pikirkan ini baik-baik! Sebelum Yudas benar-benar menjadi iblis, dia adalah teman dekat Yesus. Lalu, mengapa kita harus kecewa jika malaikat tidak ada di sekitar kita? Mari kita menahan iblis, seperti Yesus menolak nasihat-nasihat Yudas. Ketika Yesus memberikan kuasa kepada murid-murid-Nya untuk menguasai setan-setan, Yudas termasuk orang yang juga menerima kuasa itu, walaupun dia adalah seorang yang lemah di dalam iman. Bukan hanya yang kuat imannya yang menerima kuasa, melainkan juga yang lemah. Adalah penting memiliki iman. Seperti murid lainnya, Yudas diberi kuasa untuk menguasai iblis dan mengalahkan tipu muslihat musuh. Yesus juga memberikan kuasa kepada kita, bagi orang-orang yang lemah atau kuat untuk tetap setia.

Allah menciptakan Adam sesuai dengan gambaran-Nya (Kejadian 1:28). Namun, seekor perayap yang menyebabkan kejatuhannya, bukan karena Adam tidak memiliki kuasa untuk mengalahkannya, melainkan lebih dikarenakan dia tidak menggunakan kuasa yang telah diberikan kepadanya. Kadang kala, kita juga membiarkan diri diperhamba oleh hal-hal yang lebih daripada Yesus. Alkitab berkata, "Karena itu setiap orang yang berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi" (1 Yohanes 3:6-10).

Sekali diterima di antara murid-murid Yesus, Yudas juga memperoleh jalan masuk menuju sumber kuasa untuk tidak melakukan dosa. Akan tetapi, dia tidak menggunakan kuasa tersebut. Ini sama seperti yang dilakukan oleh banyak orang Kristen sekarang, yaitu meninggalkan dan tidak menggunakan kuasa itu. Saudara-saudara yang terkasih, "Kuatlah di dalam Tuhan dan di dalam kuasa kebesaran-Nya, yang membuatmu dapat tetap tegak berdiri melawan tipu muslihat iblis."

Kuasa di Atas Kejahatan

Diambil dan disunting dari:
Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November -- Desember 2003
Penulis : Richard Wumbrand
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 2

Kurban Sejati Atau Manipulasi

Penjangkauan sesama membuat hidup kita menjadi berarti. Kenyataan membuktikan bahwa semakin kita banyak memberi dan berbagi, semakin kita banyak menerima dan mendapat balasannya. Ketika kita mengasihi dan melayani dengan berbuat baik kepada sesama, segala kebajikan dan hal-hal yang baik akan mendatangi kita. Tetapi, kita mungkin akan berpikir sejenak, bagaimana dalam kondisi sulit seperti sekarang kita masih bisa bermurah hati dan rela berkurban?

murah hati

Rasanya sikap rela berkurban sudah semakin langka saat ini. Nilai pengorbanan juga terasa semakin luntur ketika hidup makin diwarnai prinsip "berikan dan terimalah", "tidak ada makan siang yang gratis", atau prinsip "elu elu - gua gua". Jika ada [yang mencoba tanpa pamrih], itu pun dilakukan dengan berbagai pertimbangan "apakah imbalan yang akan kuterima?" atau "apa manfaatnya bagiku?" Tampaknya, kita perlu merenungkan kembali, masih adakah kurban yang sejati [tanpa pamrih]? pengorbanan sebagai suatu tindakan nyata tanpa pamrih, tidak dimotivasi keinginan mendapat balasan atau menghitung-hitung manfaat yang kita akan terima secara langsung. Manfaat semacam itu baru akan dipetik dalam jangka waktu panjang, dalam bentuk kita memperoleh kasih, penghormatan, dan kemurahan dari orang lain. Kita mungkin menerima pertolongan orang lain pada saat yang tidak terduga, tepat ketika kita membutuhkannya.

Mengapa Berkurban Itu Penting?

  1. Karena kehidupan memiliki siklus tabur dan tuai. Secara kodrati, Tuhan telah menetapkan prinsip umum hukum alam bahwa segala sesuatu yang ditanam pasti akan bertumbuh dan menghasilkan buah. Demikian pula dengan setiap tindakan yang kita lakukan pasti akan menghasilkan balasan entah kapan waktunya.
  2. Jika tidak ada kerelaan berkurban, bumi penuh dengan kefasikan. Bayangkan jika semua orang ingin menang dan berhasil, termasuk dengan menghalalkan segala cara! Setiap kejatuhan dan kesusahan dianggap sebagai peluang untuk memenangkan persaingan, kegagalan orang lain disambut sebagai seleksi alami [siapa] yang kuat si pandai pemenangnya dan sukses. Tanpa hati nurani, dunia serasa hanya dipenuhi dengan semak berduri.
  3. pengorbanan membuat hidup itu bernilai. Mandat untuk hidup diwujudkan dengan berkarya dan mengusahakan bumi ini secara penuh tanggung jawab. Bukti dari keberhasilan setiap jerih lelah dan prestasi ditandai dengan berbagai bentuk pengorbanan dan kerelaan melakukan sesuatu yang terbaik.
  4. Penghargaan muncul dari setiap pengorbanan. Kita tidak dapat membeli penghargaan dan tidak bisa memaksa orang lain untuk menaruh hormat kepada kita, sebab penghargaan itu hanya berasal dari sikap dan tindakan rela berkurban. Ini pasti menginspirasi pemikiran dan memotivasi banyak orang untuk melakukan perbuatan positif yang sama.
  5. Ketika perhatian kita hanya terpusat pada diri sendiri, kita sulit memerhatikan keadaan dan kebutuhan orang lain. Setiap pertimbangan hanya diukur semata-mata dari keuntungan dan kesenangan pribadi. Motivasi di balik setiap tindakan perlu diterawang lebih jauh agar kita tidak keliru dan menyimpang dari setiap pemikiran dan perbuatan yang dianggap sebagai sikap berkurban dan bajik. pengorbanan yang berpamrih sebenarnya adalah sikap manipulatif terhadap orang lain bahkan terhadap diri sendiri, dan justru kenyataannya sering sangat tersamar, lazim, dan tidak disadari dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian dan kurban yang sejati itu tidak bersyarat. Tidak menuntut balasan. Tidak menghitung untung rugi. Dilakukan dengan tulus, tanpa keluh kesah, spontan, yakin, dan tidak mengkhawatirkan penolakan karena berfokus pada kepentingan dan kebaikan orang lain.

Pemahaman Mengenai Sikap dan Tindakan Manipulatif:

  1. Penipuan yang disamarkan sebagai kebenaran.
  2. Penyalahgunaan kesempatan, jabatan, hak, kewajiban, dan otoritas.
  3. Aktivitas yang tampaknya baik tetapi diselubungi motif egoisme.
  4. Sikap mental yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur dan tulus.
  5. Pemanfaatan seseorang, sesuatu, keadaan, atau kondisi dengan maksud untuk mencari keuntungan diri sendiri.
  6. Membohongi dan tidak sesuai dengan hal-hal yang sifatnya sejati.
  7. Sikap berpura-pura, tidak ikhlas, dan bertujuan untuk memanfaatkan orang.
  8. Pengendalian kehendak orang-orang melalui pengaruh, cara-cara, tekanan, atau perlakuan tertentu.
  9. Menutup-nutupi keadaan, tidak jujur, dan tidak memperlihatkan jati diri yang sebenarnya untuk kepentingan pribadi.

Akibat Sikap Manipulatif

Mungkin tidak disadari, namun segala sesuatu yang tidak sejati pasti tidak akan bertahan lama. Sikap yang tidak tulus, cepat atau lambat akan tersingkap dan memengaruhi hubungan kita dengan keluarga, rekan, kolega, atau mitra kerja. Konsekuensinya, kita akan kehilangan kepercayaan orang lain dan kita akan sulit memiliki rekan, mitra, atau kolega yang sejati; terperangkap dalam sikap munafik, kehilangan kebenaran dan jati diri; dikejar perasaan bersalah dan kehilangan damai sejahtera; terlibat dalam berbagai bentuk persaingan tidak sehat dan memiliki tujuan yang menghalalkan segala cara.

Kurban Sejati adalah Pernyataan Kasih yang Tertinggi

Ibu Teresa mengisi hidupnya dengan mengasihi dan melayani orang-orang yang kekurangan di negara-negara miskin. Beliau menyelamatkan hidup banyak balita dengan sentuhan dan belaian tangannya ke tubuh-tubuh kurus kecil karena kekurangan gizi. Sesungguhnya, sentuhan manusia memiliki kekuatan merespons unsur-unsur kimiawi di dalam tubuh, yang sangat membantu pertumbuhan dan daya hidup. "Saya telah menemukan paradoks bahwa jikalau saya mengasihi sampai terasa sakit, rasa sakit itu akan hilang, dan yang tertinggal hanyalah lebih banyak kasih". (Ibu Teresa)

Sikap berkurban timbul dari kesadaran akan adanya kebutuhan orang-orang di sekitar kita. Jika kita mulai menjadi pemerhati, akan tampak begitu banyak kesempatan untuk berbuat baik dan menjadi jawaban bagi orang lain. Sikap berlapang hati untuk tidak sekadar mengkritisi orang lain atau keadaan, menguasai diri berhadapan dengan rasa memiliki, bebas dari rasa khawatir dengan membangun rasa aman, semua ini akan mendorong kita untuk mengembangkan sikap berkurban yang sejati.

Kurban yang sejati bukan sekadar menabur benih kebajikan untuk menolong orang lain, tetapi kita juga akan menuai hasilnya pada saat yang kita tidak ketahui.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Dalam penerapannya, pengorbanan senantiasa berbentuk pernyataan kasih yang tertinggi, yaitu ditunjukkan dengan kepedulian sejati kepada orang lain melalui tindakan nyata. Ia tidak mementingkan diri sendiri dan rela mendahulukan kepentingan orang lain, memberi dan berbagi tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih, bahkan ikhlas memberikan kesempatan atau peluang kepada orang lain yang membutuhkannya. pengorbanan adalah kesediaan untuk mendengar, melayani, dan membantu orang lain. Suatu bentuk kebaikan hati yang tidak menuntut pembayaran. Bahkan mungkin sebaliknya, berani membayar harga dan menghadapi risiko.

Pengorbanan sebagai teladan terbesar telah ditunjukkan oleh Kristus, ketika Ia menanggung apa yang seharusnya tidak diterima-Nya. Kematian-Nya menggantikan kita, yang seharusnya menanggung upah dosa itu, dan Ia memberikan kehidupan kekal yang sebenarnya tidak layak kita terima. Itulah pengorbanan karena bersedia membayar harga demi keselamatan orang banyak. Kurban yang sejati bukan sekadar menabur benih kebajikan untuk menolong orang lain, tetapi kita juga akan menuai hasilnya pada saat yang kita tidak ketahui. pengorbanan pada hari ini tidak akan pernah sia-sia pada hari esok.

Diambil dari:
Judul majalah : Bahana, Edisi Mei 2005, Volume 169
Judul artikel : Pengorbanan Sejati atau Manipulasi
Penulis : Jakoep Ezra
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta
Halaman : 60 -- 61

Masuki Pintu Kehidupan

Setiap orang yang tinggal di rumah akan masuk dan keluar melalui sebuah pintu. Pintu-pintu yang terpasang pada setiap rumah pada umumnya memiliki ukuran standar.

harapan dalam Kristus

Alkitab menuliskan: "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14) Ternyata, ada pintu yang tidak berukuran standar yaitu yang sesak; masuknya harus dengan berjuang, dan ada yang lebar, yang masuknya sangat gampang.

Yesus berkata dalam Yohanes 10, sebagai pintu: Setiap orang yang mau masuk ke Surga, harus melewati kehidupan Yesus -- bukan hanya percaya, tetapi harus belajar meneladani kehidupan Yesus.

Beberapa waktu lalu, saya menerima berita melalui SMS dari seorang yang melakukan pelayanan di tempat yang jauh dari kota. Ia menceritakan kalau pasangannya melakukan sesuatu yang kurang baik terhadap dirinya, sehingga ia membutuhkan dukungan doa. Pada lain waktu, ada berita lain tentang seorang istri yang harus mengalami perlakuan yang kejam dari suaminya, sampai ia diusir dan diteror oleh sang suami. Mereka adalah orang-orang yang memilih masuk melalui "pintu" yang sesak, walaupun ada "pintu" yang lebar, dan mereka tabah menjalaninya.

Sebagian orang yang masuk melalui "pintu" yang sesak, mungkin harus mengucurkan air mata. Sebagian yang lainnya mungkin hampir putus asa karena merasa terlalu berat, dan sebagian lagi yang lainnya mungkin merasa kehabisan tenaga untuk menghadapi semua rintangan tersebut.

Paulus berkata, "Kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita: suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu."

Bersyukurlah atas "pintu-pintu" sesak yang sedang Anda jalani. Jangan terpengaruh oleh "pintu" lebar yang membinasakan. Bertahanlah hingga Anda melewati "pintu" sesak itu, karena di baliknya terdapat kehidupan yang melegakan.

Masuki Pintu Kehidupan

Diambil dari:
Judul artikel : Masuki Pintu Kehidupan
Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Januari-Februari 2009
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 1

Melanjutkan Proses Transformasi: Allah Pencipta dan Ciptaan Baru

Allah Pencipta kita adalah Allah yang tidak berhenti menciptakan. Perbuatan kita manusia sering kali merusak (Mikha 7:13) dan Iblis adalah bapak perusak. Ia merusak hubungan antarsesama, merusak alam semesta yang telah dijadikan Tuhan dengan "amat baik".

Penciptaan

Namun, Allah menciptakan kembali apa yang telah dirusak oleh dosa manusia, apabila kita datang dan bertobat dari dosa-dosa kita (2 Tawarikh 7:14).

Allah yang kita percaya adalah Allah Pencipta. Di Kitab Yesaya, Ia dibedakan dari ilah-ilah lain yang merupakan berhala dan disembah oleh bangsa-bangsa waktu itu. Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara Allah yang sebenarnya dan yang bukan:

  1. Allah Pencipta kita adalah Allah yang menciptakan hal yang baru; dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan yang bukan Allah, diciptakan oleh manusia (Yesaya 44:2,9,10). Baik berupa patung ataupun dalam imajinasi manusia untuk menuruti keinginan manusia.
  2. Allah Pencipta kita, Dialah yang memelihara dan membela kita. Kita tidak perlu membela Dia, Ia bisa membela diri-Nya sendiri. Tetapi yang bukan Allah yang sebenarnya, perlu dipelihara dan dibela oleh manusia, perlu dijaga supaya jangan "diganggu" oleh siapa pun (Yesaya 46:4-5, 6-7).
  3. Allah menciptakan kembali apa yang telah dirusak oleh dosa manusia.
    1. Facebook
    2. Twitter
    3. WhatsApp
    4. Telegram
  4. Allah Pencipta kita telah memberitahukan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan-Nya melalui hamba-Nya -- para nabi (Yesaya 42:8-9). Sehingga pada waktu itu terjadi, kita tahu bahwa Dialah Allah yang sebenarnya. Karenanya, perkataan-Nya patut dipercaya dan ditaati. Bila kita menaati perkataan-Nya, maka kita juga akan alami kehadiran dan kuasa-Nya. Sedangkan yang bukan Allah, tindakannya sulit diprediksi. Hanya di dalam Kristus dan percaya kepada-Nya, kita mempunyai jaminan keselamatan. Di luar Dia, siapa yang berani memprediksi.

"Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." (Yesaya 43:19)

"Kamulah saksi-saksi-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 43:12b)

"Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku."
(Yesaya 43:21)

Diambil dari:
Judul buletin : VIP (Visi dan Prakarsa Menuju Transformasi Bangsa), Tahun VII/Edisi Juni 2005
Judul artikel : Melanjutkan Proses Transformasi: Allah Pencipta dan Ciptaan Baru
Penulis : I/L
Penerbit : LINK (Lembaga Informasi dan Komunikasi Kristen) Indonesia, Jakarta
Halaman : 1 -- 2

Mengapa Galilea?

Oleh: Pdt. Bob Jokiman (Gembala Sidang GKI Monrovia, California)

Jika Anda ditanya, danau manakah yang terindah di dunia? Sebagai orang Indonesia tentu kita akan menjawab Danau Toba sekalipun kita belum pernah ke sana. Kalau orang Amerika yang ditanya, mungkin akan menjawab Danau Michigan, Danau Huron, atau Danau Superior di Negara Bagian Michigan. Namun kalau kita bertanya kepada orang Israel, mereka akan menjawab `Danau Galilea`. Mengapa demikian? Karena menurut para Rabbi Yahudi, tatkala Allah menciptakan dunia ini, terakhir yang Dia ciptakan adalah Danau Galilea untuk dinikmati-Nya sendiri. Bagi yang pernah ke Israel tentu tahu dan mengagumi keindahan pemandangan Danau Galilea dan sekitarnya yang selalu ditonjolkan sebagai salah satu objek turis utama di Israel.

Danau Toba

Pada hari pertama kebangkitan Tuhan di hari Paskah, Dia memerintahkan murid-murid-Nya untuk berkumpul di Galilea (Matius 28:1-10). Mengapa Galilea? Bukan Betlehem tempat kelahiran-Nya? Dan bukan pula Nazaret di mana Dia dibesarkan? Juga bukan ke sungai Yordan di mana Dia dibaptiskan? Apakah Yesus ingin bersantai-santai dengan murid-murid-Nya sambil menikmati pemandangan Galilea yang menakjubkan itu setelah mengalami tekanan emosi dan keletihan jasmani akibat kekejaman serta tindakan para tentara Romawi dan pemimpin agama Yahudi? Sekarangkah waktunya untuk relaks dan istirahat? Sama sekali bukan! Yesus menyuruh murid-murid-Nya ke Galilea bukan saja untuk mengenang kembali saat yang indah di mana mereka banyak melewati waktu bersama, melainkan juga agar mereka memperoleh penyegaran rohani serta pembaharuan motivasi untuk tugas lebih lanjut. Mereka perlu ke Galilea agar mereka mempunyai kesempatan untuk merenungkan kembali serta mengevaluasi relasi mereka dengan Tuhan. Mereka diperintah-Nya ke Galilea untuk mengadakan semacam mini retreat bersama Tuhan, mundur sejenak untuk menemukan kembali panggilan dan jati diri yang semula.

Panggilan Menjadi Penjala Manusia

Penginjil Matius mencatat peristiwa panggilan pertama rekan-rekannya sebagai berikut: "Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Matius 4:18-22)

Bukan secara kebetulan Yesus memanggil murid-murid-Nya yang mula- mula untuk menjadi penjala manusia di Danau Galilea. Karena sebelumnya Dia sudah mengenal mereka seperti yang ditulis oleh Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:35-51. Yesus memanggil mereka di Danau Galilea untuk mengalami transisi hidup, suatu perubahan orientasi hidup. Danau adalah pertemuan antara tanah dan air, darat, dan danau atau laut; suatu lokasi di mana terjadi transisi, dari tanah ke air atau sebaliknya.

Bagi Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes Danau Galilea adalah tempat di mana mereka membersihkan perahu dan jala setelah mereka menangkap ikan. Danau Galilea adalah juga tempat mereka untuk berusaha dan bekerja keras serta mendapatkan nafkah. Dari Danau Galilea mereka berlayar ke tengah danau untuk menangkap ikan hidup menjadi ikan yang mati. Namun, dengan mematuhi serta mengikut panggilan Tuhan: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.", di Danau Galilea juga mereka mengalami transisi hidup, perubahan orientasi hidup. Di Danau Galilea mereka telah melakukan pilihan yang bukan saja mengubah arah dan tujuan hidup mereka, melainkan juga menentukan makna hidup mereka selanjutnya. Di Danau Galilea mereka membuat pilihan untuk meninggalkan comfort zone mereka. Ada batas yang harus dilangkahi, ada halangan yang harus diatasi, dan ada relasi yang harus digeser yaitu meninggalkan keluarga mereka. Namun yang terutama, ada kenikmatan tersendiri sebagai penjala ikan yang harus ditinggalkan lalu beralih menjadi penjala manusia yang mati dalam roh agar mendapatkan hidup baru di dalam Tuhan. Peralihan itu menuntut pengorbanan ekstra! Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh murid-murid-Nya berkumpul di Galilea bukan untuk kembali menjala ikan seperti yang dilakukan oleh Petrus dan kawan-kawan (Yohanes 21:1-3), melainkan untuk mengingatkan mereka kembali akan panggilan mereka mengikut Yesus dan menjadi penjala manusia.

Saudara, hendaknya peringatan Kebangkitan Tuhan mengingatkan kita juga akan tugas dan panggilan kita sebagai orang-orang percaya untuk menjadi penjala manusia. Setiap kita adalah penjala manusia, jika kita tidak menjala manusia maka kita bukanlah pengikut Kristus. Menjala manusia bukankah suatu pilihan bebas untuk orang percaya, menjala manusia adalah mandat untuk dipatuhi oleh setiap pengikut Kristus. Lihatlah dunia sekeliling kita, bukankah masih banyak manusia yang masih hidup dalam dosa dan mati di dalam roh? Mereka membutuhkan Juru selamat yaitu Tuhan Yesus Kristus yang adalah Anak Domba Allah Sang Penebus dosa dunia. Memang tidak semua kita terpanggil sebagai hamba Tuhan penuh waktu seperti pendeta atau penginjil, namun setiap kita dapat menjadi penjala manusia.

Seseorang dapat menjadi penjala manusia dengan menggunakan kail pendek dengan mata-pancing tunggal untuk menjangkau orang-orang setempat tinggal, sekantor, sekelas atau keluarga terdekat. Kita juga dapat menggunakan kail yang lebih panjang dengan mata-pancing berganda untuk menjangkau para tetangga, keluarga jauh atau orang- orang yang kita jumpai di pusat perbelanjaan dan sebagainya. Tentu ada juga yang dapat menjala di kebaktian-kebaktian istimewa seperti para pendeta atau penginjil untuk menjangkau massa yang lebih luas.

Rick Warren, gembala sidang Saddleback Valley Community Church di Lake Forest California Selatan, yang terkenal dengan seminar Purpose-Driven Church-nya, sehingga gerejanya dapat bertumbuh dari empat orang menjadi 15.000 anggota jemaat menggunakan berbagai strategi penginjilan untuk memenangkan jiwa. Salah satu nasihatnya yang terpenting adalah use more than one hook (gunakan lebih dari satu mata kail). Oleh karena itu apa pun cara atau metode yang hendak digunakan jadilah penjala manusia.

Di Galilea setelah kebangkitan Tuhan, para murid menemukan kembali tujuan panggilan mereka mengikut Tuhan. Setelah kenaikan Tuhan ke surga, mereka mengikut Tuhan dengan setia, bahkan kebanyakan harus mati sahid, menjadi martir Kristus yang terpencar ke seluruh penjuru dunia untuk menjala manusia. Sudahkah di hari Paskah ini kita juga menemukan kembali panggilan Galilea kita?

Percaya akan Kuasa Transformasi Tuhan

Di Galilea para murid bukan saja dipanggil untuk menjadi penjala manusia, namun mereka juga mendapatkan hak istimewa menyaksikan mukjizat pertama Tuhan yang menyatakan keilahian dan kemuliaan-Nya dengan mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan di Kana (Yohanes 2:11).

Apakah yang dipercaya mereka? Yang dipercaya mereka ialah bahwa Tuhan sanggup melakukan "hal-hal yang lebih besar" daripada sekadar mengetahui atau melihat terlebih dahulu Natanael berada di bawah pohon ara (Yohanes 1:43-51). Di Pesta pernikahan itu Yesus mengubah air yang dingin, tanpa warna, tanpa rasa, dan tanpa harga serta yang hanya digunakan untuk mencuci kaki menjadi anggur yang mempunyai warna, rasa, dan harga serta dapat menghangatkan tubuh. Tuhan membuat anggur dengan menggunakan apa yang tersedia yaitu tempayan dan air yang ada di situ, bukan mencari sesuatu yang luar biasa untuk membuat anggur. Air yang diubah menjadi anggur itu bukan saja menjadi berkat bagi sang pengantin tetapi juga bagi semua yang hadir di pesta itu. Itulah kuasa tranformasi Tuhan.

Dari tanda mukjizat pertama di Galilea itu Tuhan menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa seperti air yang diubah menjadi anggur itu, hidup mereka yang sederhana sebagai nelayan-nelayan dapat diubah Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang. Mereka mengalami kuasa tranformasi Tuhan dalam hidup mereka. Bagaikan anggur yang yang terus-menerus memberikan kehangatan serta rasa, warna, dan harga bagi orang-orang yang dilayani.

Yesus mengumpulkan murid-murid-Nya di Galilea agar sekali lagi mereka mau mendedikasikan hidup mereka kepada Tuhan. Hidup yang selama beberapa hari terakhir mengalami `pukulan` yang luar biasa. Guru yang mereka puja dan kagumi ternyata harus mati disalib bagaikan seorang kriminal yang tidak berdaya dan tidak bisa membela diri. Mereka semua melarikan diri ketika Tuhan ditangkap bahkan Petrus, murid andalan Yesus; menyangkal Tuhan sampai tiga kali. Mengingat semua kegagalan itu mereka pasti menganggap diri sudah tidak berguna lagi seperti air yang dingin tanpa rasa, tanpa warna, dan tanpa rasa itu; hanya layak untuk mencuci kaki saja.

Marilah kita datang pada-Nya sebagaimana adanya kita seperti Petrus yang berlari mendapat Kristus di Danau Galilea. Memohon pengampunan dan pemulihan-Nya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Dengan mengumpulkan murid-murid-Nya di Galilea Tuhan ingin sekali lagi mengingatkan dan menunjukkan mereka akan kuasa transformasi-Nya yang dapat mengubah hidup. Mereka yang menganggap diri tidak layak lagi melayani Tuhan karena telah bersikap pengecut dan penakut dapat dipulihkan dan dibentuk kembali menjadi utusan-utusan Kristus yang penuh kuasa ilahi. Transformasi tersebut dilakukan Tuhan tatkala Dia berdialog dengan Petrus sebagai `wakil` teman-temannya di Danau Galilea, karena memang selama ini Petrus selalu menjadi `juru bicara` rekan-rekannya. Ketika Tuhan sebanyak tiga kali berkata kepada-Nya: "Gembalakan domba-domba-Ku" (Yohanes 21:15-17) pada saat itulah bukan saja Tuhan mengampuni Petrus dan kawan-kawannya, melainkan juga dipercaya kembali untuk melaksanakan Amanat Agung Kristus, memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia. Dan selanjutnya kita tahu adalah sejarah! Karena kesetiaan Petrus dan rekan-rekannya serta pengikut-pengikut Kristus lainnya dalam waktu yang sangat singkat, hanya kurang lebih empat abad Injil telah diberitakan ke seluruh benua yang dikenal saat itu: Asia, Eropa, dan Afrika, melalui pemberitaan Injil yang penuh kuasa dan urapan Roh yang disertai manifestasi-manifestasi adi kodrati. Semua itu bisa terjadi karena mereka telah mengalami kuasa transformasi Tuhan di Galilea.

Bila Anda ke Dakota Selatan. Anda dapat melihat suatu karya seni patung yang menakjubkan yang dikerjakan oleh seorang pemahat bernama Gutzon Borglum (1871-1941). Borglum telah menghasilkan suatu karya seni yang tak pernah dipikirkan orang, yakni memahat empat wajah Presiden Amerika: George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt pada bukit karang Black Hills. Untuk memahat patung-patung tersebut Borglum bersama para pekerjanya bergelantungan pada tali di ketinggian kurang lebih 150 meter di atas dasar lembah. Mereka memakai berbagai alat, mulai dari pahat sampai dinamit untuk menciptakan wajah-wajah yang tingginya setara dengan gedung bertingkat lima itu. Borglum memerlukan waktu 14 tahun untuk menyelesaikan proyek tersebut. Sebagaimana Borglum telah mentransformasi bukit batu menjadi patung-patung yang indah dan menakjubkan demikian juga dengan kuasa transformasi-Nya Tuhan dapat mengubah hidup Anda.

Saudara, setelah kita memperingati Kebangkitan Tuhan hendaknya mengingatkan kita juga akan kuasa transformasi Tuhan yang bukan saja sanggup mengubah air menjadi anggur, melainkan juga murid-murid-Nya yang gagal menjadi berhasil dalam pelebaran kerajaan Allah. Mungkin selama ini saudara merasa sebagai Kristen yang gagal seperti murid- murid yang pengecut dan penakut itu. Marilah kita datang pada-Nya sebagaimana adanya kita seperti Petrus yang berlari mendapat Kristus di Danau Galilea. Memohon pengampunan dan pemulihan-Nya. Di Galilea setelah kebangkitan Tuhan, para murid murid-murid mendapatkan kesempatan kedua menemukan kembali jati diri mereka yang sebenarnya. Kiranya di hari Paskah ini kita juga mendapat kesempatan kedua menemukan kembali jati diri kita di Galilea kita masing-masing. Menjadi pengikut-pengikut Kristus yang ditransformasikan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Menjadi orang-orang percaya yang hidup berkemenangan seperti kemenangan Tuhan yang telah mengalahkan maut.

Nikmatnya Kemapanan

Pada dasarnya, dunia ini terus-menerus mengalami perubahan dan secara insting manusia bereaksi terhadap perubahan tersebut. Perubahan adalah keharusan, dan bereaksi terhadap perubahan adalah sifat dasar manusia. Dari detik ke detik, perubahan terus berlangsung, setidaknya perubahan dalam ukuran waktu. Hari ini tidak akan sama dengan hari esok dan hari kemarin tidak akan sama dengan hari ini, demikian seterusnya.

kemapanan

Bertahan terhadap perubahan merupakan reaksi normal manusia karena pada dasarnya bertahan dalam banyak hal, merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kemapanan diri. Penolakan terhadap perubahan biasanya muncul apabila perubahan yang terjadi dianggap mengancam eksistensi dan keselamatan. Namun, dalam banyak hal, sebenarnya perubahan itu sendiri ternyata lebih baik dijalani ketimbang dihindari. Lebih tegas lagi, perubahan memang tidak bisa dihindari. Menyikapi perubahan adalah hal yang berat, sekalipun perubahan itu terjadi dalam rangka menuju ke arah yang lebih baik. Manusia cenderung menghindari perubahan dan lebih menyukai kemapanan.

Yesus menggagas perubahan dalam konsep talenta (Matius 25: 14-30). Dalam perumpamaan tersebut, Yesus dengan jelas menceritakan dan mengajarkan tentang makna dan tujuan perubahan. Tampak dalam ilustrasi tersebut sifat dasar manusia dalam menghadapi perubahan, yakni radikal, gradual, dan statis. Ketakutan terhadap perubahanlah yang menyebabkan si penerima satu talenta mengembalikan talentanya; ia merasa lebih menikmati kemapanannya. Akan tetapi, meskipun ada sebagian orang yang menolak perubahan, tetapi pada dasarnya sebagian besar manusia menginginkannya.

Allah ingin agar kita menyerahkan secara total seluruh rencana hidup kita ke bawah otoritas-Nya. Di sinilah, kita sering tergelincir sebab kita kurang meyakini rencana Allah terhadap perubahan hidup kita. Mengapa ini bisa terjadi? Karena kedagingan kita masih menghasilkan berbagai pikiran dan gagasan yang manusiawi. Di samping itu, Iblis pun sangat gigih untuk memengaruhi jalan pikiran kita.

Nikmatnya Kemapanan

Diambil dari:
Judul majalah : Kalam Hidup, Januari 2007
Penulis : Drs. Elisa B. Surbakti, M.A.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2007
Halaman : 12

Pelajaran dari Ruang Operasi

Baca: Wahyu 7:9-17

"Kamu ... menerima pengajaran ... yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:21-24)

Ruang operasi

Dunia ruang operasi yang misterius sungguh menakutkan bagi mahasiswa, tapi aturan dasarnya adalah mempertahankan kesterilan. Saya pernah diizinkan melihat seorang ahli bedah plastik kenamaan bekerja. Ketika ia menunjukkan lukanya, semua siap untuk pembedahan, ia melangkah mundur dan menyenggol lengan saya. Saya tidak akan pernah melupakan pertanyaannya, "Kau menyentuhku?" Saya hanya menganggut dan merasa malu sekali ketika ia berkata kepada perawat, "Saya sudah tidak steril."

Hanya anugerah-Nya yang bisa membuat kita bersih dan tetap menjaga kebersihan kita.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Ketika Tuhan Yesus Kristus turun ke bumi, Ia sama sekali tak bercacat. Ia murni dan steril, sehingga Ia bisa membawa kesembuhan bagi dunia kita yang sudah tercemar. Saya membayangkan kehadiran-Nya di sini seperti kebalikan dari situasi di ruang operasi. Apa pun yang Ia sentuh menjadi bersih. Ketika Ia memilih untuk mati bagi dosa dunia, Ia mencemarkan diri-Nya sendiri, dan merasakan apa arti najis untuk pertama kalinya. Penderitaan dan penghinaan yang dialami-Nya tak terbayangkan. Untuk pertama kalinya, Ia tidak diperkenankan berdekatan dengan Bapa-Nya, dijauhkan dari semua yang Ia kasihi, karena Ia telah tercemar oleh dosa kita. Namun, Allah Bapa mampu, dengan kekuasaan-Nya yang menakjubkan, untuk memulihkan kesterilan Putra-Nya. Sekarang, melalui Tuhan Yesus, kita bisa dibalut dengan balutan steril -- pakaian keselamatan (Yesaya 61:10). Semua ini penting, sebelum kita, dengan yakin, bisa mendekati Allah.

Ketika kita memasuki ruang operasi dalam keadaan sebagaimana adanya, kita tidak steril dan dilarang masuk, kecuali kita sudah mencuci diri dengan sempurna dan memakai pakaian khusus. Demikian pula, kita tidak bisa mendekati Allah dengan mengandalkan kebaikan kita sendiri. Hanya anugerah-Nya yang bisa membuat kita bersih dan tetap menjaga kebersihan kita.

Sumber diambil dari:
Nama majalah : Sumber Hidup Praktisi Medis, Edisi 22 Januari 2006
Penulis : --

Pengantara Kita

"Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus."

(1 Timotius 2:5)

Yesus Kristus

Di dalam Alkitab Yesus berkali-kali disebut sebagai Pengantara. Seorang pengantara tidak pernah mewakili hanya satu pihak. Dia mendengarkan keluhan dari kedua belah pihak dan mencari jalan tengah untuk mendamaikan mereka.

Sesungguhnya, Allah memiliki banyak keluhan terhadap manusia. Dosa mereka melanggar hukum-Nya, walaupun sebagai Pencipta, Dia memiliki hak untuk menuntut kepatuhan mereka.

Di dalam Yesaya 5:1-3, ada lagu mengenai keluhan Allah, "Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur, lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam. Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu." Lalu Allah bertanya seperti ini, "Apakah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya?" (Yesaya 5:4)

Yesaya tidak memiliki jawaban atas pertanyaan ini, tetapi Allah punya. Dia tahu keluhan umat manusia dibenarkan juga. Dia melakukan satu hal yang lebih daripada yang seharusnya: Dia datang di tengah-tengah manusia, untuk menjadi satu dalam kehidupan manusia dengan segala penderitaannya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin seseorang mencela Allah yang telah menjadi miskin, menjadi manusia yang menderita sama seperti Anda? Allah yang mengizinkan penderitaan itu terjadi, harus terlebih dahulu menunjukkan bahwa Dia siap untuk menanggung penderitaan melalui diri-Nya sendiri. Inilah yang Yesus lakukan ketika Dia menjadi Allah di dalam daging. Dia juga secara meyakinkan telah menyelesaikan permintaan Allah untuk menyelamatkan jiwa manusia. Penebusan-Nya lunas bagi kita. Dia menanggung penghukuman atas dosa-dosa kita. Melalui ini semua perdamaian antara manusia dan Allah ditegakkan.

Saya punya satu cerita. Suatu saat, ada seorang pendeta yang tinggal selama semalam di suatu peternakan. Pada pagi harinya, pemilik peternakan tersebut menunjukkan kepada pendeta itu kandang ayamnya. Mereka berhenti berjalan dan berdiri di depan sebuah sangkar, tempat seekor ayam betina duduk di atasnya. Di bawah kedua sayapnya ayam ini melindungi anak-anaknya. "Sentuh induk ini Pendeta," kata peternak itu. Tubuh induk ini dingin, mati, tidak bergerak. Seekor musang telah mengisap darahnya, tetapi demi melindungi anak-anaknya, yang mana musang tersebut juga mau menyerang mereka, induk ini tidak bergerak. Sebuah contoh pengantara yang kita miliki di dalam Yesus.

Kita mungkin memiliki banyak keluhan kepada Allah. Yesus tidak membela diri, meskipun Dia berkata, "Tidak ada yang sempurna selain Allah." Daripada Dia berdebat dengan para pendosa, malahan Dia menunjukkan kasih-Nya, lalu mati demi mereka.

Pada Jumat Agung Dia mati, tetapi di bawah naungan sayap-Nya terdapat pengharapan. Satu minggu sebelum kematian-Nya, Dia meratap atas seluruh umat-Nya, "Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau." (Matius 23:37b)

Karena Yesus adalah Pengantara, Dia membagi waktu menjadi dua. Catatan sejarah membagi waktu ke dalam dua era, sebelum Kristus dan setelah Kristus (Anno Domini di tahun-tahun Tuhan kita). Bahkan, mereka yang membenci-Nya menandai zaman mulai dari kelahiran-Nya.

Gambaran orang yang paling dikenal sepanjang masa, menjadi suram tidak berarti ketika terang Yesus tampak, Anak Kebenaran. Sebuah puisi yang tidak diketahui penulisnya, membandingkan Yesus dengan Alexander Agung, Kaisar Makedonia yang menaklukkan banyak negara dari Yunani sampai Mesir pada abad ketiga SM.

Yesus dan Alexander mati pada umur 33 tahun; yang satu hidup dan mati demi dirinya sendiri, satu lagi mati demi Anda dan saya.

Yang satu mati di atas takhta, satunya lagi mati di atas salib; yang satu kelihatannya hidup berkemenangan, satunya lagi berkemenangan tetapi kehilangan.

Yang satu memimpin pasukan besar ke medan perang, satunya lagi berjalan sendiri; yang satu menumpahkan darah bangsa-bangsa, satunya lagi menumpahkan darah-Nya sendiri.

Yang satu menaklukkan dunia semasa hidupnya, dan kehilangan segalanya pada saat kematiannya; satunya lagi kehilangan nyawa-Nya, untuk memenangkan iman dunia.

Yesus dan Alexander mati pada umur 33 tahun; yang satu mati di Babilonia, dan satu lagi mati di Kalvari.

Yang satu memperoleh semua kejayaan untuk dirinya sendiri, dan satunya lagi diri-Nya sendiri Dia berikan.

Yang satu menaklukkan setiap takhta bangsa-bangsa, satunya lagi menaklukkan setiap kematian.

Dia memberikan kepada kita penebusan atas dosa-dosa kita dan janji dari suatu warisan yang kekal.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Dalam drama tulisan Shakespeare yang berjudul King Lear, yang baik dikalahkan. Cordelia, anak perempuan raja satu-satunya, terbaring tak bernyawa di kaki ayahnya, yang telah melakukan penolakan yang tidak pantas terhadapnya. Kisah di dalam semua drama yang bagus adalah sama dengan kehidupan nyata; kisah keduanya diakhiri dengan kematian. Oedipus, Medea, dan Clytemnestra; Macbeth, Othello, dan juga Richard maupun Henry di dalam drama Shakespeare, semua diakhiri dengan kematian para tokoh utamanya dan layar diturunkan. Apa yang mereka dapatkan, baik atau buruk, adalah kesia-siaan.

Saya membuat luka-luka Yesus sebagai bahan perenungan. Tetapi di mana luka-luka tersebut berada? Luka-luka tersebut terdapat di tubuh Yesus yang dimuliakan, di tubuh yang mana Dia memperoleh kemenangan atas kematian. Dia menunjukkan luka-luka tersebut kepada Thomas, dan semua para rasul melihat luka-luka tersebut sebagai bukti kebangkitan-Nya. Dia menjamin kita, juga dari suatu kebangkitan yang penuh kemuliaan.

Sebagai Pengantara dari suatu perjanjian baru, dalam arti akan kematian-Nya, Dia memberikan kepada kita penebusan atas dosa-dosa kita dan janji dari suatu warisan yang kekal.

Cacing-cacing, api, atau lautan mungkin melumatkan tubuh kita. Tetapi roh saya akan hidup di dalam suatu dunia, dengan tidak lagi mengembara dan mengalami pencobaan. Saya tidak perlu melewati reinkarnasi yang menyakitkan. Di atas kematian terdapat Surga.

Diambil dari:
Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Juli - Agustus 2004
Penulis : Richard Wumbrand
Penerbit : Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 2

Pengharapan

Harapan adalah keinginan yang belum terlaksana. Tak pelak lagi, perubahan juga sangat berkaitan erat dengan harapan. Itulah sebabnya setiap pergantian hari, kita menyambutnya dengan antusias disertai optimisme karena di sana terdapat harapan. Bukankah secara psikologis hidup kita senantiasa digairahkan oleh harapan? Harapanlah yang mendorong kita untuk bergairah, dinamis, mempunyai cita-cita, serta selalu rindu untuk menyongsong hari esok.

harapan

Harapan tidak bergantung pada kecerdasan, intelektual, atau perjuangan seseorang untuk mewujudkannya. Tidak juga pada apa yang dimiliki seseorang atau apa yang diperbuat orang lain bagi dia. Harapan adalah keyakinan bahwa Allah yang hidup akan bertindak dan berbuat untuk menepati janji-Nya. Kasus Abraham dan Sara adalah contoh konkret dalam hal ini. Tidak ada dasar atau keyakinan yang bisa membenarkan pengharapan Abraham akan lahirnya seorang anak dari rahim Sara yang sudah uzur, tetapi "Abraham berharap juga dan percaya" (Roma 4:18).

Harapan jugalah yang mendorong Abraham untuk berani tawar-menawar dengan Tuhan Allah mengenai nasib kota Sodom dan Gomora. Pengharapan Abraham jelas, ia tidak rela kedua kota itu dibumihanguskan Allah. Oleh karena itu, ia memberanikan diri untuk melakukan tawar-menawar. Sayang sekali, meskipun Allah sudah memperlunak persyaratan-Nya, tetapi syarat itu tetap tidak terpenuhi oleh penduduk Sodom dan Gomora, meski dalam peristiwa itu Allah sebenarnya sangat peduli terhadap pengharapan Abraham.

Pengharapan Alkitabiah

Harapan alkitabiah adalah pengharapan yang berlandaskan iman kepada Tuhan. Di dalam iman, kita menyaksikan kebajikan dan kebaikan Tuhan yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Artinya, percaya pada apa yang Tuhan telah kerjakan atas hidup kita pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Sebagai sumber pengharapan, Dia adalah satu-satunya sumber pengharapan kita yang tidak pernah kering dan selalu memenuhi harapan kita tepat pada waktunya.

Harapan bukanlah seperti kabut embun pagi yang menghilang karena panas matahari atau seperti perahu layar yang bergantung pada arah angin. Alkitab berkata, "Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir." (Ibrani 6:19) Selanjutnya, penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1)

Maknanya, karena imanlah orang Kristen yakin bahwa apa yang dia harapkan akan menjadi kenyataan (Ibrani 11:1), dan harapannya tidak akan mengecewakan dia sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus: "Pengharapan tidak akan mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5)

Yesus mengajar kita untuk tidak perlu khawatir menghadapi hari esok karena hari esok ada dalam kuasa-Nya.

Kebangkitan-Nya dari antara orang mati adalah karya terbesar Allah Bapa untuk membangkitkan pengharapan kita akan hidup kekal. Sebagai pusat pengharapan, Yesus memampukan kita untuk membuat hal-hal besar, untuk mengatasi dosa, dan mengalahkan kekhawatiran hidup. Ia dibangkitkan dari antara orang mati supaya iman dan pengharapan kita tertuju hanya kepada Allah saja (1 Petrus 1:21) dan oleh bilur-bilur-Nya pengharapan kita akan keselamatan terpenuhi (1 Petrus 2:24).

Sebagai pusat pengharapan, Yesus memampukan kita untuk membuat hal-hal besar, untuk mengatasi dosa, dan mengalahkan kekhawatiran hidup.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Tanpa kehadiran Yesus, manusia tidak akan pernah punya pengharapan kekal. Sebab, harapan manusia terkurung dalam pikiran sempit dan tercemar. Lagi pula, harapan kita sering kali dibelokkan oleh Iblis ke jalan yang sesat, seperti ungkapan Raja Salomo: "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 13:12) Tidak kalah pentingnya adalah perumpamaan hidup yang dikemukakan oleh Nabi Yesaya, sebagaimana dikutip oleh Rasul Petrus: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." (1 Petrus 1:24)

Rasul Paulus menegaskan bahwa Allah adalah sumber pengharapan yang memenuhi kita dengan sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kita berlimpah-limpah dalam pengharapan (Roma 15:13). Pengharapan membuat kita dinamis untuk menyongsong hidup "masa depan" (Ibrani 13:14), sekaligus menjadi pendorong menuju kesucian hidup, sebab: "Setiap orang yang menaruh pengharapan kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci." (1 Yohanes 1:3)

Pengharapan

Diambil dari:
Judul majalah : Kalam Hidup, Januari 2007
Penulis : Drs. Elisa B. Surbakti, M.A.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2007
Halaman : 13

Pengharapan di Balik Penderitaan

Pengharapan adalah menantikan sesuatu yang tidak kelihatan namun pasti (Roma 8:24). Pengharapan itu akan lebih terasa kekuatannya apabila dialami secara langsung. Pengharapan bukan sekadar teori atau kata orang lain. Ada tiga hal berkaitan dengan kekuatan sebuah pengharapan.

1. Pengharapan Membuat Orang Mampu Bertahan

Seorang tawanan Nazi Jerman mampu bertahan ketika yang lain meninggal satu per satu dianiaya. Pengharapan memampukannya bertahan hingga akhirnya ia selamat. Ia bersama tawanan lainnya dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang pengap dan gelap, di mana untuk dapat keluar hidup-hidup dari sana kemungkinannya sangat kecil. Selain kondisi penjara dapat membuat nyali seseorang ciut, para tawanan juga diharuskan menjalani kerja rodi. Mereka sering kali dihukum secara sadis. Keadaan yang berat ini menyebabkan para tawanan tidak mampu bertahan dan mati satu per satu.

Kematian mereka disebabkan beberapa faktor. Ada yang sakit, stres karena tidak mampu menahan siksaan yang kejam, dan berbagai perlakuan di luar batas kemanusiaan. Dari sekian banyak tawanan, ada satu orang yang mampu bertahan hidup. Kendatipun telah mengalami penderitaan di kamp konsentrasi selama sebelas tahun, akhirnya ia dapat keluar dengan selamat.

Kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II melawan sekutu, membuat situasi menjadi kritis. Kondisi itu menjadi celah yang memungkinkannya untuk bebas dari kamp konsentrasi. Ketika orang menyaksikan ia keluar dalam keadaan hidup, orang bertanya-tanya mengenai rahasia yang membuatnya mampu bertahan. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, ia hanya berkata bahwa kuncinya pengharapan. Dia berpikir bahwa satu kali kelak penderitaan ini pasti akan berakhir. Fakta menunjukkan bahwa akhirnya pengharapannya tidak sia-sia.

2. Pengharapan Membuat Orang Berhasil

Sebelum orang meraih keberhasilan, biasanya harus mengalami kegagalan berulang kali. Tetapi orang yang berpengharapan tidak mudah putus asa. Orang yang mudah menyerah akan patah semangat ketika mengalami kegagalan. Hal yang sama dialami seorang atlet renang internasional. Atlet ini telah berulang kali berhasil menyeberangi samudra Pasifik tanpa menggunakan alat bantu. Karena prestasinya, namanya dicatat dalam "Guiness Book of Record". Namun, pada suatu kali dia gagal menyelesaikan tugasnya. Setelah sampai di darat orang bertanya mengapa dia sampai gagal. Jawabannya sederhana yakni karena ia kehilangan pengharapan ketika tidak melihat ujung lautan.

3. Pengharapan Memberikan Ketegaran

Pengharapan membuat seseorang tetap tegar meskipun sedang berada di ambang kematian. Saya melihat hal ini dalam kehidupan seorang teman yang menderita sakit kanker stadium IV. Dokter memvonis bahwa usianya tinggal tiga bulan. Badannya tinggal tulang berbalut kulit dan wajahnya pucat. Berkali-kali dia menjalani kemoterapi, tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Bersyukur akhirnya dia disembuhkan Tuhan. Meski rambutnya sudah dua kali digunduli, tetapi dia pantang menyerah.

Dalam menjalani sisa hidupnya, ia setia melayani sebagai "singer" dan aktif di kelompok persekutuan. Kepada teman-temannya yang senasib, dia juga memberikan penghiburan dan dorongan semangat. Pengharapannya ditularkan kepada teman-temannya, dengan harapan mereka juga dapat bersikap tegar menghadapi kenyataan. Vonis dokter yang menyatakan usianya tinggal tiga bulan, akhirnya bertahan hingga tiga tahun. Ini terjadi karena ia memiliki pengharapan kepada Tuhan. Semangat dan pengharapannya yang kuat kepada Tuhan mampu melawan penyakit yang menggerogoti kesehatannya. Inilah kekuatan sebuah pengharapan.

Alkitab menyatakan bahwa pengharapan itu ibarat sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19). Tanpa sauh yang kuat, sebuah kapal tidak akan mungkin dapat berlayar dengan baik. Kapal akan terombang-ambing oleh gelombang lautan sebelum akhirnya karam diterjang badai. Sebagai orang percaya, Yesus adalah dasar pengharapan (1 Timotius 1:1).

Yusuf adalah salah satu figur yang mengalami langsung kekuatan sebuah pengharapan. Dia tidak goyah atau bimbang melihat keadaan yang berkembang semakin buruk. Yusuf harus mengalami dibuang ke dalam sumur kering, dijual sebagai budak di negeri asing, menjadi budak Potifar, difitnah, dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Yusuf akan menjadi orang besar dan berpengaruh, sesuai mimpi yang dialaminya.

Meski untuk mencapai jenjang puncak, ia harus melalui jalan panjang dan berliku, ia tidak patah semangat. Akhir penantiannya tidak sia-sia. Harapannya terwujud menjadi kenyataan. Yusuf menjadi orang nomor dua di Mesir. Semua orang sujud menyembahnya. Inilah bukti kekuatan sebuah pengharapan. Untuk mencapai semua itu diperlukan ketaatan dan kesabaran menanti waktu Tuhan. Sesuai dengan sifatnya, pengharapan itu baru akan terjadi di waktu yang akan datang, bukan sekarang. Untuk itu, diperlukan kesabaran menunggu. Sementara dalam proses menunggu, diperlukan sikap taat. Taat terhadap rencana dan kehendak Tuhan. Berjalan di jalur yang sudah ditetapkan Tuhan baginya. Dengan demikian kuasa pengharapan akan dapat dirasakan. Oleh sebab itu, ketika keadaan menjadi sulit dan tak terkendali jangan kecewa dan putus asa. Tetaplah berharap kepada janji Tuhan yang tidak pernah berubah. Kita dikasihi Allah agar kita mengejar kasih itu menjadi milik kita dan mempraktikkan dalam hidup yang nyata.

Diambil dari:

Nama majalah : Kalam Hidup, Januari 2007
Judul artikel : Pengharapan di Balik Penderitaan
Penulis : Tony Tedjo, S.Th.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup
Halaman : 14 -- 16

e-JEMMi 05/2012

Renungan Tsunami

Tsunami

Data terakhir dari musibah tsunami di Aceh saat saya menuliskan renungan ini berjumlah 22.000 jiwa tewas (versi reuters). Bisa jadi, besok angka itu akan bertambah lagi. Inikah jawaban Allah atas dosa-dosa manusia yang telah naik ke takhta Allah dan menampar pipi-Nya?

Sementara para pemimpin negara yang terkena musibah ini sibuk mengalkulasi berapa sumbangan yang harus diberikan, dan para sukarelawan memikirkan berapa orang yang harus menerima sumbangan itu, saya lebih cenderung berpikir, berapa jiwa telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat?

Jiwa manusia ... itulah yang menarik hati Allah. Bagi-Nya, harga satu jiwa manusia itu melebihi intan segede gunung. Dan itulah yang menjadi alasan bagi Yesus untuk datang ke bumi dan mencari yang dinamakan jiwa itu. Selama ini, gereja mematok harga yang berbeda-beda bagi jiwa manusia. Coba saja tengok kalau ada artis yang bertobat, maka gemanya sampai ke mana-mana dan undangan kebaktian yang dihadiri oleh artis itu laris manis. Setiap gereja penginnya mengundang si artis untuk bersaksi. Kita bersorak dan bersukacita. Tetapi sebaliknya, seorang gelandangan yang menerima Yesus sebagai Juru Selamat, tidak ada satu pun dari kita yang peduli. "Nilai jualnya" rendah. Secara profit, tidak menguntungkan. Tetapi camkanlah: kedua orang yang berstatus sosial bak langit dan bumi itu disambut oleh malaikat Allah dengan sorak-sorai yang sama. Pesta surgawi yang diadakan, sama meriahnya. Dan Yesus pun tersenyum dengan senyuman yang sama lebarnya.

22.000 jiwa yang tewas bukanlah angka yang kecil. Hati kecil saya ingin berandai-andai, andaikan semua jiwa itu telah diselamatkan rohnya, tetapi saya tidak dapat menipu diri sendiri bahwa sebagian besar dari mereka belum menemukan kasih di balik salib Kristus. Ke manakah saya harus meletakkan tanggung jawab memenangkan jiwa ini? Pemerintahkah? Yayasan sosialkah? Atau malaikat Allah? Jelas tidak! Hanya gereja yang telah mengalami keselamatan yang dapat memberitakan keselamatan kepada jiwa yang terhilang.

Mungkin Anda adalah seorang marketing yang sukses dan rajin mengetuk pintu para customer untuk menjajakan dagangan, tetapi maaf, apakah Anda menganggap bahwa Yesus itu hanyalah seorang komisaris Kerajaan Surga yang miskin, sehingga Anda malas menjajakan produk surgawi? Anda takut tidak mendapatkan gaji? Atau apakah alasan Anda sehingga Anda menjadi orang yang sangat egois sehingga hidup kekal itu hanya Anda miliki sendiri? Yesus saja sudah demikian beratnya menanggung penderitaan dan kematian yang mengerikan itu agar manusia diselamatkan, eh, sementara Anda sendiri menganggap tidak penting keselamatan itu. Ah, kalau saja semua agama memang benar dapat membawa manusia ke surga, saya tidak akan mempromosikan Yesus. Saya akan cari agama yang syarat-syaratnya ringan dan mudah dikerjakan. Tetapi karena saya tahu bahwa keselamatan hanya dan hanya melalui Yesus saja, maka saya berubah menjadi orang yang radikal yang hanya memberitakan keselamatan melalui satu jalur.

Kalau selama ini belum pernah terbersit untuk menjadi pemenang jiwa, pikirkanlah mulai sekarang ... dan lakukanlah! Mumpung masih ada waktu ...!
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Tahun 2005 segera datang. Maaf kalau saya menuduh, Anda tidak pernah membuat rencana untuk membawa jiwa kepada Kristus, kan? Anda hanya memiliki rencana seputar karier dan keluarga saja, kan? Anda tidak peduli kepada teman-teman Anda yang sedang berjalan menuju bencana kekal, kan? Don´t be angry friend. Saya hanya ingin menyinggung perasaan Anda supaya Anda bertobat lalu menjadi seorang pemenang jiwa.

Dalam pikiran saya saat ini timbul adegan seorang berjubah hitam dengan wajah yang penuh kelicikan sedang menyodorkan dua bungkusan kepada Yesus: bungkusan pertama adalah berlian yang luar biasa indahnya segede durian montok dan kedua adalah bungkusan yang berisi jiwa manusia. Dan, anda pasti tahu Yesus memilih yang mana ....

Kalau selama ini belum pernah terbersit untuk menjadi pemenang jiwa, pikirkanlah mulai sekarang ... dan lakukanlah! Mumpung masih ada waktu ...!(©salib.net)

From: danizoe

[Sumber: http://www.salib.net/index.php?name=News&file=article&sid=368]

Saat-Saat Terakhir

Saat terakhir

Baca: Yohanes 19:16-18

Kata Yesus kepadanya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43)

Kita melihat dua tanggapan yang bertentangan terhadap Yesus, dari dua penjahat yang disalib di sisi-Nya: yang satu menghujat, yang lain percaya (Lukas 23:39-42). Kita bersukacita atas pertobatan salah seorang penjahat itu dan janji Kristus kepadanya, "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (ayat 43). Sampai saat ini pun Yesus masih memberi kesempatan kepada kita untuk diselamatkan dan benar-benar bertobat bahkan "di saat-saa terakhir".

Salah seorang yang diselamatkan di saat-saat terakhir adalah Lester Ezzell, seorang terpidana mati di Florida. Ketika mantan guru sekolah minggunya, Curtis Oakes, menempuh jarak lebih dari 1.200 km untuk mengunjunginya, Lester berkata, "Anda masih belum menyerah, ya?" Meski Lester masih belum mau mendengarkan Injil, Curtis memberinya Alkitab Perjanjian Baru. Ia mendorong Lester untuk membacanya.

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43)
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Lalu, Lester mulai menulis surat kepada Curtis. Surat pertamanya menceritakan pertobatannya. Surat terakhirnya ditulis pada awal tahun 1957. Bunyinya demikian, "Saat Anda menerima surat ini, barangkali saya sudah mati. Saya akan membayar segala kesalahan yang saya lakukan. Namun, saya ingin Anda mengetahui hal ini berkat Alkitab Perjanjian Baru yang Anda berikan dan kasih karunia Allah, saya telah mengajak 47 orang untuk mengenal Yesus Kristus yang sanggup menyelamatkan. Saya bersyukur karena Anda tidak pernah menyerah untuk membawa saya kepada-Nya."

Saat kita bersaksi kepada orang lain tentang Yesus Kristus, sebagian dari mereka mungkin belum bertobat sampai saat-saat terakhir hidupnya. Jadi, jangan pernah menyerah. - JEY

Doa: Tuhan, berikanku hati untuk jiwa-jiwa, Tunjukkan kasih-Mu kepada mereka melalui diriku; Kuingin melakukan tugas mulia, Memenangkan jiwa-jiwa itu bagi-Mu. (Tucker)

Saat Anda mengenal Kristus,
Anda pasti ingin agar orang lain juga mengenal-Nya.

diambil dari:
Judul buku : : Santapan Harian Edisi Perkenalan
Penulis : : Joanie E. Yoder
Penerjemah : : Tim RBC Indonesia
Penerbit : : RBC Ministries

Sambutlah Kedatangan-Nya

Oleh: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati

Yesus lahir

Kedatangan Kristus ke dunia adalah untuk memberitakan kabar baik tentang keselamatan yang Allah berikan secara cuma-cuma kepada manusia. Kabar baik ini disampaikan kepada seluruh umat manusia yang saat ini sedang sekarat karena mereka sedang menuju kepada kebinasaan kekal. Natal adalah sirene darurat yang mengingatkan manusia untuk mendengar bahwa ada harapan bagi mereka; harapan keselamatan kekal dalam Yesus Kristus. Dia datang untuk membawa manusia keluar dari kebinasaan kekal.

Namun, betapa menyedihkan karena perayaan Natal saat ini justru sering digunakan dunia untuk menyesatkan manusia. Perayaan Natal menjadi perayaan yang mengingatkan manusia akan indahnya kenikmatan dunia sehingga manusia tidak lagi mendengar sirene berita kedatangan-Nya. Natal justru mengundang manusia untuk menyambut kedatangan kenikmatan dunia. Mata dan hati manusia dikelabui sehingga tidak lagi melihat datangnya bahaya kebinasaan kekal.

Sambutlah Dia dengan membuka hati lebar-lebar supaya Dia lahir, tidak hanya di dunia ini, tapi juga di dalam hati kita.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Akankah kita ikut terseret dengan penyesatan dunia? Tidak! Mari kita luruskan pandangan kita kepada perayaan Natal yang menyambut kedatangan Tuhan, bukan pada datangnya kenikmatan dunia. Sambutlah Dia dengan membuka hati lebar-lebar supaya Dia lahir, tidak hanya di dunia ini, tapi juga di dalam hati kita. Ketika Dia lahir dalam hati kita, kekosongan jiwa kita yang paling dalam akan terisi dengan sukacita karena kita mengenal Dia dan mengenal jalan keselamatan yang melepaskan kita dari kebinasaan kekal.

Selamat menyambut kedatangan-Nya dan rayakan kelahiran-Nya dalam hati kita.

Seorang Penganiaya Bertobat

Saya tidak memunyai banyak waktu untuk menjelaskan kepada Anda semua keindahan gereja bawah tanah. Barangkali saya hanya dapat menceritakan satu episode yang pernah saya alami. Saat itu kami berada di suatu sel penjara; berisi 30 atau 40 tahanan. Pintu dibuka dan para penjaga mendorong masuk seorang tahanan baru. Dia kotor seperti halnya kami juga. Kami tidak pernah mandi selama 3 tahun. Jadi, dia kotor dan kami juga kotor. Dia digunduli dan memakai seragam bergaris sebagai seorang tahanan.

Di sel penjara yang setengah gelap tersebut kami tidak dapat mengenali dia, tetapi sampai suatu waktu, salah satu dari kami berteriak, "Dia adalah Kapten Popescu, saya kenal dia!" Kapten Popescu adalah seorang penyiksa orang-orang Kristen yang kejam. Dia telah memukuli dan bahkan pernah menyiksa beberapa dari kami yang sekarang berada satu sel dengannya. Kami bertanya-tanya bagaimana mungkin dia menjadi seorang tahanan dari penjara komunis dan bagaimana mungkin dia dijebloskan ke dalam satu sel bersama orang-orang Kristen. Jadi, kami mengerumuni dia dan bertanya kepadanya.

Dengan meneteskan air matanya, dia bercerita kepada kami bahwa beberapa bulan yang lalu, ketika dia duduk di dalam kantornya, prajurit yang bertugas mengetuk pintu kantornya dan berkata, "Di luar ada bocah laki-laki yang berumur sekitar 12 atau 13 tahun, yang membawa sekuntum mawar untuk istri Anda." Sang kapten menggaruk kepalanya. Dia tidak ingat bahwa hari itu hari ulang tahun istrinya, tetapi bagaimanapun, dia mengizinkan bocah itu masuk.

Bocah itu masuk dengan sekuntum mawar di tangannya, begitu pemalu, tetapi sangat berani dan berkata, "Kapten, bapak adalah orang yang telah memenjarakan papa dan mama saya. Hari ini adalah ulang tahun mama saya. Saya memunyai kebiasaan pada setiap ulang tahunnya membelanjakan uang saku saya yang sedikit, untuk membeli sekuntum mawar untuk mama. Karena bapak, saya tidak memunyai mama lagi untuk merayakan hari yang menggembirakan ini. Tetapi mama saya adalah pengikut Kristus, dan dia mengajarkan saya sejak saya kecil untuk mengasihi musuh-musuh saya dan membalas kejahatan dengan kebaikan. Saya berpikir untuk memberikan sukacita kepada mama melalui bapak. Saya mohon ambillah mawar ini untuk istri Bapak dan tolong sampaikan kepadanya kasih saya dan kasih Kristus."

Itu terlalu mengharukan, bahkan bagi seorang penganiaya. Dia adalah juga seorang ciptaan Allah. Dia juga telah diterangi dengan terang yang menerangi setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini. Kapten Popescu memeluk anak kecil ini. Setelah peristiwa ini, dia tidak mampu lagi memukul. Dia tidak mampu lagi menyiksa. Dan akhirnya, dia tidak lagi berguna sebagai seorang petugas kepolisian rahasia komunis. Dia dijebloskan ke penjara untuk menderita bersama dengan anak-anak Allah dan dia bahagia karena keadaannya yang baru ini.

Mari kita memiliki kasih Kristus yang menyelamatkan kita. Terus untuk sungguh-sungguh percaya di dalam kasih-Nya.

Dikutip dari: "If Prison Walls Could Speak" oleh Richard Wurmbrand.

Diambil dari:

Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei -- Juni 2006
Penulis : Tim Kasih Dalam Perbuatan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 2

e-JEMMi 30/2011

Siapa yang Salah?

Yohanes 9:1-5

Jika kita membaca Yohanes 9:1-5, pastilah kita memiliki pemikiran yang sama dengan murid-murid Tuhan, "Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Mengapa hal ini dipertanyakan? Karena kebanyakan dari kita ketika sedang diperhadapkan pada persoalan atau pergumulan hidup tanpa disadari mulai menyalahkan orang lain. Namun jawaban yang diberikan Tuhan Yesus sangat luar biasa dan memberi kelegaan. Paling tidak ada tiga hal yang dapat kita pelajari dari peristiwa saat itu, yaitu:

Siapa yang salah

1. Ayat 3, "..., Tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia". Jangan pernah mengeluh atau menyalahkan orang lain ketika kita sedang diperhadapkan pada persoalan karena di balik semuanya itu ada pekerjaan-pekerjaan Allah yang harus dinyatakan. Mungkin kita tidak bisa melihat sesuatu yang baik ketika persoalan datang dalam kehidupan kita, tapi kita harus menyadari bahwa bukan karena Allah tidak peduli melainkan karena Allah ingin mengajar kita supaya setiap orang boleh melihat karya Allah yang luar biasa melalui kehidupan kita. Di mana pun Tuhan menempatkan kita saat ini, baik dalam pekerjaan, pelayanan, maupun kehidupan sosial kita, bersyukurlah karena kita tahu rencana Tuhan dalam hidup kita adalah yang terbaik.

Ketika kita melakukan pekerjaan Tuhan, maka Allah yang mengutus kita akan memberkati kita.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

2. Ayat 4, "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku". Kata "kita" di sini menunjuk kepada gereja yaitu Anda dan saya. Tuhan Yesus menginginkan agar gereja tidak hanya diam atau sibuk dengan pekerjaannya sendiri melainkan gereja harus bergerak untuk mengerjakan pekerjaan Allah. Apa pekerjaan Allah itu? Mencelikkan mata yang buta, memberi makan yang lapar, menyembuhkan yang sakit, dsb.. Dengan demikian orang-orang boleh tercelik matanya melihat teladan baik yang dilakukan oleh gereja, yaitu kita. Pekerjaan Allah itu tidak pernah membuat keletihan tetapi pekerjaan Allah justru mendatangkan berkat-berkat.

3. Ayat 5, "Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia". Sejak Tuhan Yesus naik ke surga secara otomatis gereja menggantikan Tuhan sebagai terang dunia. Kita harus memberi contoh atau teladan bagi dunia sehingga setiap orang bisa melihat perbuatan-perbuatan Allah nyata melalui keteladanan kita. Yesus bukan hanya Allah teori, tapi Dia adalah Allah yang penuh dengan teladan.

Ketika kita melakukan pekerjaan Tuhan, maka Allah yang mengutus kita akan memberkati kita. Amin

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin : Mission.com no. 6/II/2005
Judul Artikel : Siapa yang Salah?
Penulis : Pdt. Peter Tjondro
Halaman : 3

Zakharia dan Elisabet: Menebar Simpati dan Empati

Setiap keturunan langsung dari Harun otomatis mengemban tugas istimewa sebagai imam yang melayani Allah di Bait Suci. Karena aturan tersebut, tidak heran kalau pada saat itu ada banyak sekali imam. Salah satunya adalah Zakharia, keturunan Harun dari rombongan Abia.

Mereka dibagi ke dalam 24 sektor untuk bertugas bergantian, khusus pada hari raya keagamaan seperti Hari Raya Pentakosta atau Hari Raya Tabernakel. Semua imam itu bertugas bersama-sama. Setiap sektor melayani dua kali dalam setahun. Masing-masing 1 minggu.

Bagi para imam, melayani Allah di Bait Suci adalah saat yang ditunggu-tunggu. Masa terpenting dalam hidup mereka. Bila tiba gilirannya, mereka akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Begitu pula Zakharia, yang hari itu mendapat tugas untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan.

Zakharia dan Elisabet

Zakharia menikah dengan Elisabet, wanita yang juga keturunan Harun. Sebagai seorang imam, menikahi wanita yang sama-sama berasal dari keturunan Harun adalah sebuah kehormatan besar. Sebab itu berarti ia akan sanggup memertahankan kemurnian darah keturunannya.

Keturunan? Iya, betul keturunan. Tapi sayang sekali, justru itulah yang tidak dimiliki Zakharia dan Elisabet. Dalam usia tua, mereka belum juga dikaruniai anak. Sungguh sebuah kenyataan yang pahit.

Bagi masyarakat Yahudi, tidak memiliki keturunan adalah sebuah aib. Seseorang bisa dikucilkan karena tidak mempunyai anak. Perceraian dimungkinkan terjadi di antara pasangan suami istri yang tidak memiliki keturunan. Ketiadaan keturunan juga bisa menjadi alasan bagi seorang suami untuk memeristri wanita lain. Bandingkan kisah Abraham dalam Kejadian 16.

Oleh karena itu, kesempatan berada di dalam Bait Suci tidak disia-siakan oleh Zakharia. Ia yang selama ini secara tekun berdoa dalam pengharapan untuk mendapatkan anak, tentu akan menggunakan kesempatan itu untuk membawa permohonannya kepada Allah yang dilayani dan disembahnya.

Namun, ketika doanya dijawab oleh Tuhan melalui berita Malaikat Gabriel, Zakharia justru tidak percaya. Ia bertanya, "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya" (Lukas 1:18). Zakharia lalu meminta tanda untuk dapat memercayai berita itu. Sebagai akibatnya, ia pun harus menuai apa yang ditaburnya. Keraguannya menyebabkan ia menjadi bisu. Tidak lama kemudian, apa yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel menjadi kenyataan. Elisabet mengandung. Zakharia tentu sangat bersukacita.

Selanjutnya, fokus beralih pada Elisabet. Ketika kandungan Elisabet memasuki bulan ke-6, Maria, kerabatnya dari Nazaret, berkunjung ke kotanya di Yudea. Yang menakjubkan bagi Elisabet, sesaat ketika ia melihat Maria muncul di hadapannya dan memberi salam, ia merasakan tiba-tiba anak dalam kandungannya melonjak kegirangan.

Elisabet dipenuhi Roh Kudus dan ia pun berkata kepada Maria, "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana" (Lukas 1:42-45). Episode ini kemudian ditutup dengan nyanyian Maria.

Salah satu kekhasan Injil Lukas adalah gaya penceritaannya yang sederhana. Pun bila itu berkenaan dengan peristiwa besar atau tidak biasa. Misalnya, ketika Maria menerima kabar dari malaikat tentang kehamilannya (Lukas 1:26-38), atau ketika Maria melahirkan di kandang ternak (Lukas 2:1-7). Kedua peristiwa itu diceritakan dengan sangat "mulus", seolah tanpa riak pergumulan. Begitu juga pertemuan antara Maria dengan Elisabet dan Zakharia.

Wajar saja, sebab Lukas tidak hendak berkhotbah. Ia hendak bercerita, bahwa Sang Juru Selamat dunia yang dinanti-nantikan itu telah lahir. Dan betapa Allah sendiri yang turun tangan memuluskan kelahiran-Nya. Karena itu, bagi Lukas, kedalaman makna tidaklah begitu dipentingkan. Sebab yang lebih utama adalah fakta.

Dalam praktik, perihal pertemuan Maria dengan Elisabet dan Zakharia seperti juga perihal pergumulan batin Maria ketika mendengar berita kehamilannya dan perihal kelahiran Yesus di kandang ternak tentunya tidak "semulus" dan "sesederhana" yang ditampakkan dalam teks. Ada luapan emosi dan pergumulan batin yang dalam. Sebab bagaimanapun juga, peristiwa yang mereka hadapi itu bukan peristiwa biasa.

Secara manusiawi, Zakharia dan Elisabet punya alasan untuk memberondong Maria dengan seribu satu pertanyaan dan nasihat bernada curiga bagaimana mungkin seorang gadis baik-baik seperti Maria hamil sebelum menikah? Sungguh memalukan. Ini akan mencoreng nama baik keluarga besar mereka. Dan sebagainya.

Namun, sikap negatif itu tidak mereka tunjukkan. Sebaliknya, Elisabet dan Zakharia mendengarkan cerita Maria dengan empati dan simpati. Jauh dari sikap menghakimi atau pun mencemooh. Mungkin saja mereka tidak sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi pada Maria, tapi toh mereka percaya dan berusaha memahami. Sikap demikian itu sudah lebih dari cukup bagi Maria membuatnya merasa tidak "sendirian" lagi. Dukungan dari orang yang dekat dalam pergumulan yang berat itu bagaikan oase di padang gersang.

Sebagai kerabat, Maria dan Elisabet tampaknya memiliki relasi sangat dekat. Itulah sebabnya ketika Maria harus mengalami kejadian "monumental", yang diingatnya adalah Elisabet. Betul bahwa Maria sudah rela untuk taat kepada kehendak Tuhan mengandung Sang Bayi itu tapi bagaimanapun, secara manusiawi wajar kalau ia tetap merasa gentar. Ia membutuhkan orang terdekat untuk berbagi cerita. Mencurahkan segala beban berat yang menindih dalam hati.

Selain memberitahu Maria bahwa ia akan mengandung, malaikat juga menyebut nama Elisabet. Elisabet adalah bukti, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika Allah menghendaki, akan terjadilah demikian. Tidak ada yang dapat menghalangi Allah untuk menyatakan kehendak-Nya.

Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain. Memiliki keluarga, saudara, dan kerabat selalu menyenangkan. Apalagi kalau mereka bertindak sebagai kawan seiring dan sejalan dalam pergumulan, sahabat yang bisa mengerti dan memahami kondisi yang kita hadapi.

Elisabet adalah bukti, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika Allah menghendaki, akan terjadilah demikian.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Memiliki orang seperti itu tentu akan memudahkan hidup kita, meringankan langkah kita, menjadikan kita lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Zakharia dan Elisabet menjadi orang yang demikian bagi Maria.

Berita Natal adalah berita tentang simpati dan empati. Berita tentang persahabatan dan kasih sayang. Ketika hati kita tergerak akan penderitaan orang lain, mau menjadi sahabat bagi mereka, membalut luka mereka, merasakan segala kegetiran dan kesedihan mereka, dan menerima mereka apa adanya tanpa menghakimi.

Di sekeliling kita, ada banyak orang yang membutuhkan empati dan simpati. Mereka memerlukan orang yang mau menolong dan menopang. Entah mereka yang hidup dalam kesepian di masa tua, mereka yang kehilangan kasih sayang orang tua di panti-panti asuhan, atau mereka yang "sendirian" hidup dalam belenggu masa lalu yang kelam dan suram.

Mereka mungkin tidak membutuhkan belas kasihan kita. Tapi mereka membutuhkan pelukan persahabatan, pengertian, dan penerimaan. Marilah kita nyatakan empati dan simpati kita kepada mereka. Dengan begitu, kita telah menunjukkan bahwa Kristus telah lahir di hati kita dan Kristus terlihat dalam hidup kita.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Penggenapan Pengharapan
Penulis : Ayub Yahya
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007
Halaman : 17 -- 23

Ladang Misi Membutuhkan Anda

Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan,"

(Matius 14:13-21).

Setelah Yesus memberitakan Injil kepada orang banyak yang berkumpul ini, maka malam pun tiba. Murid-murid pun meminta agar Yesus menyuruh orang banyak ini pergi untuk mencari makanan ke kampung- kampung yang terdekat. Ini merupakan suatu cara yang mudah daripada murid-murid harus membuat panitia untuk konsumsi. Apalagi makanan yang tersedia itu hanya untuk murid-murid dan Yesus. Tapi Yesus tidak mau murid-murid hanya melemparkan tanggung jawab itu. Yesus mau supaya murid-murid mengambil bagian, sehingga orang banyak dapat makan. Lalu, Yesus menggunakan apa yang ada pada mereka dan melipatgandakannya melalui doa dan ucapan syukur. Tindakan ini, membawa kelebihan berkat untuk murid-murid dan Yesus. Sering kali dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, kita melihat ada banyak kebutuhan di ladang-ladang misi. Pelayanan misi yang ada di depan mata dapat kita dukung.

Marilah kita melibatkan diri kita, bukan hanya dengan perkataan tetapi juga perbuatan.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Yesus memberitakan Injil

Kita juga melihat banyak penderitaan terjadi di mana-mana karena bencana alam, sakit-penyakit, dan lain-lain. Melalui televisi, setiap hari, kita menyaksikan keadaan dunia yang membutuhkan uluran tangan kita. Tetapi, sering kali kita menjadi seperti murid-murid Yesus, yang berpikir mereka dapat menolong diri mereka sendiri, atau berpikir bahwa banyak orang lain yang dapat menolong. Atau kita berpikir, "Ya, sudah ada gereja, dan bahan-bahan misi yang dapat menolong." Tetapi Yesus tidak ingin hal itu terjadi, karena kita tidak melakukan apa yang sebenarnya dapat kita lakukan. Tetapi, Tuhan Yesus akan menolong kita untuk melakukannya kalau kita memulai dengan apa yang ada. Marilah kita melibatkan diri kita, bukan hanya dengan perkataan tetapi juga perbuatan. Paling sedikit, marilah kita melakukan apa yang dapat kita lakukan bagi Tuhan Yesus demi jiwa-jiwa yang terhilang, menderita, dan ladang-ladang misi yang membutuhkan uluran tangan kita.

[Diambil dari:]
Judul Buku : Misi, Diskusi, dan Doa
Judul Artikel : Ladang Misi Membutuhkan Anda
Penulis : Makmur Halim
Penerbit : Gandum Mas, Malang
Halaman : 14 -- 15

Apa? Aku, Hanya Seorang Hamba?

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya." (Roma 8:28,29)

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5)

Billy Graham

Apa? Aku, hanya seorang hamba? Bagaimana mungkin aku dapat memengaruhi kehidupan orang lain?

Seperti Musa, kita mungkin merasa tidak sanggup untuk melakukan tugas pekerjaan yang Yesus berikan kepada kita. Tetapi, apa yang membedakan kita dengan dunia ini adalah bukan hanya mengenai hal-hal apa yang kita katakan, melainkan apa yang kita lakukan -- bagaimana kita menjalani hidup kita sehari-hari.

Salah seorang wanita paling saleh yang saya kenal tidak pernah menulis buku atau berkhotbah, namun kita dapat melihat betapa tekunnya ia dalam mendengarkan! Sering kali kita menganggap remeh karunia yang kelihatannya kecil itu, padahal perkara-perkara kecil itulah yang dapat menunjukkan kepada orang lain jika Allah yang berdiam di dalam diri kita adalah nyata. Salah seorang kawan dekat saya datang kepada Kristus bukan karena khotbah bagus yang ia dengar, melainkan karena seorang Kristen yang dengan setia mengunjunginya tiap hari selama sebulan, setelah ia mendapat kecelakaan akibat mengemudi dalam keadaan mabuk.

Tidak seorang juga di antara kita yang tidak berarti. Kita semua bisa memberikan pengaruh! Kita mungkin tidak bisa seperti Billy Graham, tetapi Allah akan menempatkan kita pada posisi yang di situ kita bisa melayani dan memuliakan Dia. Yang perlu kita lakukan hanyalah memohon pada-Nya.

Tetapi, apa yang membedakan kita dengan dunia ini adalah bukan hanya mengenai hal-hal apa yang kita katakan, melainkan apa yang kita lakukan, bagaimana kita menjalani hidup kita sehari-hari.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Salah seorang pahlawan dalam Perjanjian Baru adalah Stefanus. Ia melayani orang-orang dengan jalan mengurus diakonia. Ketika itu gereja mula-mula sedang bertumbuh dengan sangat cepat (lebih dari tiga ribu orang menjadi Kristen pada satu hari Pentakosta saja). Namun setelah itu, timbul perselisihan mengenai pembagian makanan di antara orang-orang percaya. Para rasul menyadari bahwa di satu sisi mereka tetap harus memberitakan Firman, sehingga mereka merasa memerlukan bantuan untuk menangani administrasi. Para murid mengetahui bahwa tugas orang-orang ini akan banyak memengaruhi kehidupan orang-orang di sekitar mereka. Maka dengan saksama, dipilihlah tujuh orang (termasuk Stefanus) untuk melakukan tugas itu.

Lalu, apa yang terjadi kemudian? Firman Allah terus menyebar, bukan hanya karena para pengkhotbah luar biasa seperti Petrus dan Yohanes, melainkan juga karena orang-orang lain seperti Stefanus yang "penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak (lihat Kisah Para Rasul 6:8). Dan Stefanus waktu itu hanya sebagai pengurus diakonia!

Dengan kedudukannya itu, tidak membuat peran Stefanus menjadi kurang penting dibanding mereka yang lain. Ia hanya membiarkan Allah memakai dirinya, sementara ia menjalani hidup dengan penuh ketaatan. Orang biasa saja menjadi luar biasa, yang pasif menjadi bersemangat, semua karena Stefanus bersedia melayani dan memberikan segalanya untuk memuliakan Tuhan.

"Maka, orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:37-40)

Diambil dari:
Judul buku : Pola Hidup Kristen
Judul Artikel : Apa? Aku, Hanya Seorang Hamba?
Penulis : Shawn Robinson
Penerbit : Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN
Halaman : 965 -- 967

Tuhan Mati di Kayu Salib Untuk Orang Berdosa

Saat merayakan Paskah, kita mengingat bagaimana penderitaan Tuhan di kayu salib untuk umat manusia yang berdosa. Bagi banyak orang, penyaliban dan kebangkitan Kristus adalah sesuatu yang begitu sering didengar di gereja sehingga sudah menjadi hal yang biasa. Padahal ini merupakan peristiwa luar biasa yang menjadi pusat pemberitaan Kabar Baik dalam misi. Mari kita renungkan lagi apa yang terjadi di bukit Golgota.

Yesus di salib

Setelah sampai di bukit yang terkenal di luar kota Yerusalem itu, para prajurit menanggalkan pakaian Yesus, kecuali kain lenan. Dalam persiapan pemakuan tangan dan kaki-Nya, punggung-Nya direbahkan ke tanah untuk disalibkan. Luka-luka cambukan di tubuh-Nya sobek kembali dan terkontaminasi dengan tanah kotor. Para tentara kemudian merentangkan kedua tangan-Nya, mengambil sebuah paku yang besar, dan memakunya dengan sebuah paku tunggal di antara tulang pergelangan tangan-Nya. Pemakuan pada kedua pergelangan tangan ini akan mengenai saraf median yang dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa di kedua tangan-Nya.

Setelah itu, Yesus diangkat bersama dengan patibulum untuk disatukan dengan tiang tegak; kedua kaki-Nya disatukan, lalu tulang kaki-Nya dipaku untuk memberikan suatu "pijakan" atau "tumpuan" sehingga menopang-Nya untuk melakukan pernapasan. Dalam usaha mempercepat kematian korban penyaliban, para tentara biasanya mematahkan kedua kaki korban sehingga tidak dapat mengangkat tubuhnya untuk bernapas.

Sesudah pemakuan selesai, tubuh-Nya tergantung agak longgar ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi bumi dan tangan-Nya yang terentang kuat menahan berat. Pernapasan yang pas-pasan didapatkan dengan mengangkat tubuh melalui dorongan kaki-Nya dan mengendurkannya dengan menekuk siku tangan berkali-kali. Pengenduran siku ini akan menyebabkan perputaran pada pergelangan tangan-Nya yang dipaku. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang luar biasa sehingga dapat menghancurkan saraf median. Itu sebabnya pendarahan terus terjadi selama penyaliban. Naik-turunnya tubuh dalam setiap respirasi menyebabkan luka-luka cambukan di tubuh-Nya bergesekan dengan tiang salib yang kasar. Menarik napas merupakan suatu penderitaan dan kesakitan yang luar biasa bagi-Nya, namun justru di saat itulah Kristus mengucapkan tujuh perkataan-Nya.

Dia bersedia menderita dan melakukan semua ini bagi kita, orang yang berdosa; membukakan pintu bagi kita kepada Allah Bapa di surga.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Para tentara dan orang banyak yang berkumpul di situ terus mengejek Yesus sepanjang siksaan penyaliban. Hal ini menunjukkan bahwa salib bukan hanya alat untuk menyiksa dan menghukum mati seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mempermalukan orang tersebut di depan umum. Lalu, pada jam dua belas siang, terjadi kegelapan yang meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai kira-kira jam tiga sore. Kemudian Yesus berseru dengan suara nyaring, "Sudah selesai," (Yoh. 19:30) lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya (Luk. 23:45).

Karena orang Yahudi tidak menginginkan mayat tergantung di salib sebelum matahari terbenam, mereka meminta Pilatus untuk mempercepat kematian dari ketiga orang yang disalibkan. Tetapi ketika mereka menghampiri Yesus dan melihat bahwa Dia sudah mati, kedua kaki-Nya tidak dipatahkan. Sebagaimana prosedur yang berlaku, seorang prajurit menikam rusuk-Nya, kemungkinan dengan tombak infanteri, dan seketika mengalir darah dan air dari tubuh-Nya. Mereka tidak akan mengambil risiko dengan membiarkan korbannya tetap hidup karena konsekuensinya sangatlah berat. Oleh karena itu, mereka harus memastikan kematian orang yang tersalib itu sebelum diturunkan dari tiang salib. Dan saat itu, Yesus memang sudah mati.

Dia bersedia menderita dan melakukan semua ini bagi kita, orang yang berdosa; membukakan pintu bagi kita kepada Allah Bapa di surga. Karya Tuhan ini ditujukan bagi manusia dari latar belakang apa saja. Inilah Kabar Baik yang diberitakan lewat misi sedunia.

Sumber diedit dari:
Nama Buletin : Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 52/2001
Halaman : 3