You are hereArtikel / Perjalanan Misi Jangka Pendek: Apakah Hal Tersebut Layak/Berharga untuk Dilakukan?
Perjalanan Misi Jangka Pendek: Apakah Hal Tersebut Layak/Berharga untuk Dilakukan?
Jika perintah Yesus untuk "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku" dipandang sama seperti meluncurkan sebuah bisnis, industri penginjilan akan meledak -- setidaknya dalam jika itu adalah tentang perjalanan misi jangka pendek.
Namun, apakah keuntungan spiritual berharga seperti halnya investasi waktu dan uang?
Pertimbangkan perhatikan hal ini: Jumlah orang Kristen di AS yang mengambil bagian dalam perjalanan misi selama satu tahun atau kurang melompat melesat dari jumlah 540 pada tahun 1965 menjadi sekitar lebih dari 1,5 juta per tahun, dengan kurang lebih 2 miliar dollar dihabiskan setiap tahun, menurut Dr. Robert Priest, seorang profesor misiologi di Trinity Evangelical Divinity School, dalam sebuah artikel jurnal Misiologi Missiology tahun 2008.
Beberapa orang yang telah mempelajari masalah ini mengatakan bahwa uang itu mungkin lebih baik dihabiskan dengan memberikannya langsung kepada mitra kristiani di suatu negara untuk menyebarkan Injil, atau untuk menawarkan bantuan medis atau bantuan pembangunan. Beberapa misionaris jangka panjang bahkan telah mengeluh bahwa peserta misi jangka pendek yang tidak sensitif budaya, melakukan lebih banyak kerugian dibanding keuntungan dengan merusak hubungan yang dibangun selama bertahun-tahun.
Namun, setelah memimpin sebuah studi tentang efek perjalanan misi jangka pendek terhadap anggota tim, saya mengatakan "Ya" yang teruji berkualitas untuk pertanyaan apakah perjalanan tersebut berharga.
Dua pertiga dari peserta misi jangka pendek dalam perjalanan yang terakhir berlangsung selama dua minggu atau kurang, yang bertujuan mulai dari penginjilan sampai menggali sumur dan mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Kami menghargai semangat para siswa dalam tim misi. Mereka ingin berada dalam jalur-jalur penginjilan. Beberapa misionaris berkata, "Tunggu sebentar." Di banyak negara, cara yang paling efektif untuk menjangkau orang lain adalah melalui persahabatan yang dibangun dari waktu ke waktu dibandingkan presentasi Injil secara cepat yang dapat membahayakan pekerjaan -- dan kehidupan -- misionaris jangka panjang dan penduduk Kristen setempat.
Kabar baiknya adalah penelitian kami menunjukkan bahwa siswa yang telah mengambil bagian dalam perjalanan misi jangka pendek bersifat kurang materialistis, lebih memiliki penghargaan terhadap menghargai budaya lain dan pemahaman yang memahami dengan lebih baik tentang misi sebagai gaya hidup.
Sekitar 600 siswa, kebanyakan dari universitas-universitas Texas, dan 48 pemimpin misi jangka pendek telah berpartisipasi dalam studi saya yang dilakukan dengan bantuan dari empat asisten sarjana penelitian dari Baylor University. Bagian pertama dari penelitian ini terdiri dari 578 survei yang telah lengkap menyeluruh, dan respons siswa menanggapi secara konsisten mencerminkan dampak positif dari partisipasi dalam perjalanan misi jangka pendek. Dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki sedikit atau tanpa pengalaman misi jangka pendek, siswa yang berpartisipasi dalam dua atau lebih perjalanan misi internasional secara signifikan memiliki apresiasi yang lebih besar pada budaya lain dan bersifat kurang materialistis.
Dari 32 siswa yang diwawancarai setelah perjalanan mereka, 29 orang mengatakan bahwa pengalaman tersebut telah mengubah cara mereka melihat budaya lain, dengan 17 orang yang menyebutkan tentang peningkatan penghargaan dan perhatian/kepedulian. Hampir setengahnya mengatakan bahwa mereka hampir tidak melihat budaya mereka sebagai yang paling superior. Sebagian besar yang telah terpapar pada wajah kemiskinan dalam perjalanan mereka mengatakan bahwa mereka memiliki penghargaan yang lebih besar untuk apa yang mereka miliki -- atau bahkan jijik pada keserakahan Amerika -- tetapi hanya beberapa yang menyebutkan bahwa mereka telah mengambil beberapa langkah konkret yang mereka lakukan untuk mengurangi materialisme mereka.
Sementara penelitian menunjukkan bahwa para pemimpin misi telah melakukan banyak hal dengan baik dalam pelatihan sebelum perjalanan dan di tempat mentoring, penilaian menjadi rendah, mereka gagal dalam hal membantu anggota tim untuk mengambil manfaat yang mereka pelajari dari perjalanan misi untuk gaya hidup bermisi. Apa yang dibutuhkan adalah tindak lanjut dari pemimpin tim, biasanya dari gereja, sekolah, atau lembaga misi, dengan upaya yang lebih luas daripada kontak daring atau reuni secara periodik. Keterlibatan jangka panjang, baik secara global maupun lokal, adalah cara Anda untuk melihat perubahan yang terjadi. Pengalaman misi jangka pendek harus lebih dari sekadar pengalaman pariwisata spiritual di mana peserta melakukan perjalanan ke tempat eksotis, mengambil segudang foto banyak sekali, dan kembali ke lingkungan rumah mereka yang relatif terisolasi, seperti halnya perilaku dan kegiatan rutin mereka sebelum perjalanan dan dalam rutinitas.
Banyak orang membuat komitmen di perkemahan pemuda Kristen untuk menjadi misionaris, tetapi beberapa orang menyadari sedikit dan berkata, "Oh, itu bukan untuk saya, saya bisa melakukannya selama beberapa minggu, tetapi saya suka pada teknologi dan kenyamanan saya." Lainnya memilih untuk tidak memilih karier dalam pekerjaan misi ketika melihatnya sebagai tantangan. Di beberapa negara, ada tanggapan langsung terhadap Injil, dengan ratusan orang yang menjadi Kristen. Namun, di negara lainnya, seorang misionaris bisa bekerja selama bertahun-tahun dan hanya memiliki satu atau dua orang yang kemudian menjadi orang Kristen. Para siswa yang berharap untuk melihat hasil instan selama dua minggu mungkin akan menjadi putus asa.
Namun, saat mereka memutuskan untuk tidak menjadi misionaris yang memiliki keahlian, tidak berarti mereka kehilangan minat dalam misi atau pelayanan. Chelsea Nuttall, seorang mahasiswa sastra Inggris Baylor University dari Sugar Land, mengatakan bahwa perjalanan misi jangka pendek membuatnya menyadari bahwa "Misi bisa berarti di mana saja. Itu tidak hanya berarti bersifat global".
Bagi beberapa orang, sebuah perjalanan misi memperkuat komitmen. Hal itu terjadi pada Matt Lewis, seorang mahasiswa komunikasi Baylor University dari Jacksonville. Dia bekerja untuk pemuda dalam perjalanan misi siswa relawan ke Republik Ceko pada tahun 2007 dan 2008.
Matt menuliskan hal ini mengenai pengalamannya: "Di antara perjalanan, saya menghabiskan banyak waktu dalam doa dan benar-benar mencoba untuk bermeditasi dan mendengarkan apa yang Tuhan katakan kepada saya ... saya harus berhubungan kembali dengan beberapa pemuda di sana dari musim panas sebelumnya. Itu bagus untuk melihat bahwa keputusan yang mereka buat tahun lalu masih jelas dalam hidup mereka. Melihat hal ini benar-benar memperkuat keyakinan saya bahwa Allah memanggil saya dalam pelayanan."
Dr. Horton adalah direktur asosiasi bimbingan pelayanan di Baylor University. Dia adalah mantan pendeta dari sebuah gereja di Hong Kong dan mengajar kursus Alkitab, teologi, dan bahasa Inggris pada tahun 1990-an di universitas di Hong Kong dan Thailand.
Diterjemahkan dan disunting dari: | ||
Nama situs: | : | Huffpost Religion |
Alamat URL: | : | http://www.huffingtonpost.com/dennis-j-horton-phd/shortterm-mission-trips-a_b_866197.html |
Judul asli artikel: | : | Short-Term Mission Trips: Are They Worth It? |
Penulis artikel: | : | Dennis J. Horton, Ph.D. |
Penerjemah: | : | N. Risanti |
Tanggal akses: | : | 15 Maret 2016 |
- Login to post comments
- 3379 reads