Pdt. YARDIN DJOI
Pdt. Yardin Djoi adalah bungsu dari 7 bersaudara yang lahir 36 tahun
yang lalu dari keluarga seorang pendeta yang sederhana di dusun
Sulewana, Kec. Tentena, Kab. Poso, Sulawesi Tengah. Sejak duduk di
kelas dua Sekolah Dasar, ia selalu menjawab akan menjadi pendeta
apabila ditanya tentang cita-cita dan harapannya sesudah dewasa
nanti. Beliau pernah sebanyak empat kali melamar untuk menjadi guru
agama Kristen di berbagai sekolah negeri, setelah menyelesaikan
Sekolah Pendidikan Guru Agama (1988), karena satu dan lain hal,
semua lamarannya tidak pernah mendapat tanggapan yang jelas dan
positif. Selama empat tahun ia pernah bekerja sebagai buruh lepas
demi mengumpulkan uang untuk melanjutkan ke Sekolah Teologi seperti
yang dicita-citakannya.
Baru di tahun 1992 dalam kasih karunia Tuhan, anak muda ini mulai
menapaki bangku kuliahnya di STT Tentena sekalipun dengan dana yang
sangat terbatas, ia tetap setia menjalaninya. Di semester tiga, dia
menderita suatu penyakit yang parah. Selama enam minggu ia harus
terbaring di tempat tidur tanpa bisa berbuat apa-apa. Tiada dana
untuk berobat, sementara teman-teman yang menjenguknya keluar dari
ruangan tanpa sanggup berbicara apa-apa kecuali memalingkan muka dan
menangis. Melihat parahnya sakit yang dideritanya, harapan tampaknya
pupus. Namun, jauh dari lubuk hati anak muda ini, ia berseru dan
berseru serta memohon belas kasihan Tuhan agar diberi kesempatan
melayani-Nya dengan mengabarkan Injil keselamatan Kristus kepada
banyak jiwa di sekitarnya.
Satu anugerah khusus berupa lawatan dan jamahan langsung dari Sang
Tabib Agung, Tuhan Yesus Kristus menjadi pengalaman tak terlupakan
baginya. Dalam suatu penglihatan; Tuhan Yesus mengulurkan tangan-Nya
menjamah kepalanya, dan tubuh lemahnya yang tak berdaya berangsur-
angsur menguat, sambil berkata kepada ketiga malaikat dalam rupa
manusia yang menyertai-Nya: "Kalian tidak perlu sedih atau menangis,
sebab orang ini akan dipakai menjadi alat bagi-Ku". Tiga hari
kemudian, anak muda ini sembuh total! Betapa ajaibnya Tuhan! Hal ini
pula yang mengkristalkan hatinya: "Aku akan tetap setia melayani Dia
dalam mengabarkan Injil keselamatan Kristus Yesus."
1 Agustus 1998 adalah hari bersejarah, sesudah diwisuda sebagai
Sarjana Teologi, ia langsung diterjunkan di ladang pelayanan pertama
sebagai tenaga bantuan Cikaris (seperti tenaga Evangelis/Penginjil
di lingkungan gereja) di jemaat Opo (suku Wana), dusun Mokoto dalam
lingkungan GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) sampai akhir tahun
1999. Untuk mencapai daerah ini, 2-3 jam dilalui melalui penerbangan
perintis dari Palu, Makasar atau Manado menuju kota kabupaten Luwu.
Kemudian, diteruskan dengan 6-7 jam perjalanan bus menuju kecamatan
Baturube, lalu 1 jam perjalanan dengan mobil ke Desa Opo, setelah
itu 2-3 jam perjalanan kaki melintasi hutan, sungai ke dusun Mokoto
tempat jemaat berada. Pelayanan ini diteruskan sampai sekarang,
walaupun jauh dari kenyamanan, keramaian, dan kesejahteraan
sebagaimana halnya kota besar. Berbagai kesukaran, tantangan
pelayanan dihadapinya dengan bersandar kuat kepada Kristus.
Konfrontasi dengan kuasa kegelapan melalui dukun, orang yang
kerasukan roh jahat dan berbagai hal lainnya dihadapi dengan iman
yang teguh. Bagian sukacitanya adalah menyaksikan bagaimana kuasa
Allah dinyatakan atas jiwa-jiwa terhilang, jamahan-Nya terhadap
orang sakit, dan hati yang terbuka untuk Injil. Menyaksikan anak
kecil yang mati karena orangtuanya hanya percaya kepada dukun atau
tidak menemukan obat, menjadi jeritan hatinya. Kuasa Tuhan bekerja
ketika pada akhirnya salah satu dukun andalan kampung ini harus
mengakui kuasa Kristus jauh lebih tinggi darinya. Ia datang kepada
Kristus setelah disembuhkan Allah melalui doa dan obat yang
diberikan oleh pelayan-Nya ini, puji Tuhan!
Satu pergumulan yang sangat menyayat hati Pdt. Yardin adalah
mendapati warga jemaatnya yang lugu dimana dia menukarkan satu
hektar ladang demi sekarung beras; atau menukarkan satu hektar kebun
cokelat dengan sebuah senapan angin bekas dari para pendatang baru.
Pembodohan yang terjadi ini harus dikikis habis untuk kemudian warga
diberdayakan dan diberikan pendidikan.
Awal tahun 2005 ini, Pdt. Yardin dikagetkan dengan diterimanya
sepucuk surat keputusan (SK) yang memutuskan untuk memindahkannya ke
tempat pelayanan yang baru di kantor pusat sinode GKST Tentena. Ia
akan ditempatkan di bidang musik karena Pdt. Yardin dianugerahi
talenta khusus oleh Tuhan dalam kepekaan akan musik ataupun
kepiawaian menciptakan lagu-lagu rohani penginjilan. Kepindahan ini
juga merupakan perhatian dari rekan-rekannya untuk memberikan
sedikit "kenyamanan dan istirahat" dari pelayanan yang cukup terjal
dan penuh air mata yang dialaminya selama lima tahun.
Tetapi kecintaannya kepada jiwa-jiwa yang belum diselamatkan dan
keterpanggilan akan suku terabaikan, memperkuat hatinya untuk
memutuskan "lebih baik mentaati panggilan Tuhan" (Kisah Para Rasul
4:19). Apalagi Tuhan membukakan mata hati Pdt. Yardin melalui
panggilan pelayanan dari tetua suku Wana yang lain yang hidup
masyarakatnya masih Nomaden (hidup berladang dengan berpindah dari
satu tempat ke tempat lain - Red.). Daerah itu bernama Woonsa yang
bisa ditempuh dua hari perjalanan kaki jauhnya dari tempat pelayanan
semula. Ada sekitar 70 kepala keluarga yang rindu dilayani, dijamah
dan menjadi murid Tuhan. Seolah gapaian tangan seorang Makedonia
dalam penglihatan Paulus (Lihat Kisah Para Rasul 16:9).
Kepada setiap kita sebagai umat tebusan-Nya, Ia pun tetap berkata:
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." (Matius 28:19-20) Adakah hati kita --- hati saya dan hati
Saudara -- peka dan taat untuk menuruti perintah-Nya? Tidak ada doa
dan perhatian yang sia-sia, tidak ada jiwa yang terlampau berharga
atau terlampau hina untuk melayani-Nya menjadi hamba-Nya, bahkan
tidak ada usaha, dana yang sia-sia kalau kita mempersembahkannya
untuk pekerjaan Injil Tuhan.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Pekan Misi Penginjilan ke-29, 2005 |
Judul Artikel: | : | Pdt. Yardin Djoi |
Penerbit | : | Gereja Injili Indonesia Hok Im Tong |
Halaman | : | 45 - 46 |
e-JEMMi 17/2005