Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Lebih dekat dengan lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas Budaya
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
 
| tokoh 23
dari 27 tokoh
PAUL YONGGI CHO

Pertumbuhan dari pergerakan rohani tercepat di dunia saat ini adalah gereja injili di Korea -- sebuah gereja yang telah menetapkan sasaran untuk mengirimkan 10.000 misionaris lintas budaya di akhir tahun 1980-an. "Setiap hari di Korea Selatan rata-rata ada sepuluh gereja membuka pintunya untuk menampung gelombang petobat baru yang terus bertambah." Diperkirakan ada satu juta orang yang diubahkan menjadi Kristen setiap tahun -- suatu tingkat pertumbuhan yang memperlihatkan bahwa orang Kristen Korea akan mencapai separuh dari populasi penduduk Korea di akhir abad ini.

Misionaris di Korea mulai bekerja pada tahun 1880-an dan hampir pada saat itu ada respon yang baik -- tidak seperti yang dihadapi oleh umat Katholik Roma pada dua dekade sebelumnya. Salah satu alasan untuk hal ini kemungkinan adalah penggunaan istilah Hananim untuk Tuhan dalam bahasa Korea, dengan menghindari istilah yang diambil dari China yang digunakan oleh umat Katholik. "Penggunaan istilah Hananim," menurut Don Richardson, "adalah sangat tepat untuk misi Protestan di Korea! Mereka melakukan penginjilan di rumah-rumah, kota-kota, dan di desa-desa. Kaum misionaris Protestan memulai dengan memastikan kepercayaan orang Korea pada Hananim. Dengan membangun dasar seperti itu, orang Protestan tidak mengganggu sifat alamiah antipati orang Korea untuk tunduk pada kekuatan ketuhanan."

Dua gereja Protestan terbesar di dunia saat ini berada di Korea. Yang terbesar dari kedua gereja tersebut adalah Full Gospel Central Church dengan pendetanya Paul Yonggi Cho. Beliau telah melihat pertumbuhan yang sangat pesat. Dulu berawal dari ibadah di bawah tenda dan berkembang menjadi jemaat yang berjumlah lebih dari 270.000 jemaat. Full Gospel Central Church mempekerjakan lebih dari 300 pendeta tetap dan mengadakan tujuh kali kebaktian setiap Minggu di auditorium utama dan kapel di sebelahnya yang menampung kira-kira 30.000 orang. Terlepas dari jumlah tersebut, pelayanan Cho sendiri sangatlah mengesankan. Penginjilan adalah tujuan utamanya dan dia telah memberikan strategi penginjilannya ke seluruh dunia.

Cho dilahirkan di lingkungan keluarga Budha pada tahun 1936 selama masa kekuasaan Jepang atas Korea. Dia menderita TBC ketika masih kecil, dan beberapa orang memperkirakan dia tidak akan bisa bertahan sampai dewasa. Kondisi fisiknya yang lemah menarik perhatian seorang wanita Kristen yang mulai mengunjungi dia. Melalui kesaksian wanita itu, Cho diubahkan. Pada saat pertobatannya, Cho mulai berpikir dan bergumul tentang kerinduannya untuk dapat melayani Tuhan. Pada tahun-tahun selama pertumbuhan rohaninya, dia mulai meletakkan dasar untuk melakukan pelayanan Kristen secara penuh.

Paul Yonggi Cho lulus dari sekolah Alkitab Assemblies of God pada 1958. Dia mulai merintis "gereja tenda" di luar Seoul. "Dengan dibantu oleh calon ibu mertuanya (Jashel Choi) dan misionaris John Hurston, Pendeta Cho, yang masih menderita TBC, memberikan pelayanan mengenai iman, harapan, dan kesembuhan kepada kaum miskin dan teraniaya. Dalam enam tahun, jumlah jemaat gereja itu mencapai 2000 orang, namun Pendeta Cho mengalami kelelahan baik secara fisik dan mental. Dia pingsan ketika melayani ibadah pada tahun 1964 dan sejak itu dia merasa bimbang, apakah dia dapat kembali melanjutkan pelayanannya sebagai pendeta. Bagaimana mungkin seorang pendeta yang lemah seperti itu dapat memimpin jemaat yang begitu besar? Jika dia tetap mengambil peran sebagai pemimpin pendeta itu sama saja artinya dia menggali kubur sendiri. Pasti ada jalan keluarnya.

Selama masa penyembuhannya, Tuhan berbicara kepadanya melalui kisah Musa pada Keluaran 18:13-26. Dari pesan itulah dia mendapatkan ide untuk membagi gerejanya menjadi kelompok sel dan setiap kelompok itu akan dipimpin oleh orang yang berkompeten. Rencana itu tidak langsung disetujui begitu saja oleh jemaat dan anggota majelis. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, jemaat bertumbuh pesat dan tanggung jawab penggembalaan tidak dapat diberikan sepenuhnya kepada Pendeta Cho.

Konsep kelompok sel ini membuka kesempatan bagi Full Gospel Central Church untuk menciptakan suasana gereja dalam kelompok-kelompok kecil dan sekaligus jemaat tetap bisa menikmati suasana ibadah raya. Meskipun kelompok kecil, keanggotaan diberikan setelah seseorang memenuhi persyaratan tertentu. Seorang petobat baru harus mengikuti katekisasi selama tiga bulan sebelum dia diterima menjadi anggota sebuah kelompok sel. Bahkan keanggotaan itu hanya diberikan selama 12 bulan. Setiap tahun para anggota dievaluasi dan para anggota yang tidak aktif tidak diperbolehkan mengikuti pelayanan lagi.

Pertumbuhan Full Gospel Central Church bukanlah satu-satunya prioritas utama bagi Pendeta Cho. Pada tahun 1982, hampir 100 "gereja anak" didirikan. Pendeta Cho mengirimkan ribuan pekerjanya ke berbagai tempat untuk membuka pelayanan baru. Korea merupakan langkah awal dari program Pendeta Cho untuk terlibat dalam penginjilan dunia. Gereja pusat telah mengirimkan para misionarisnya pada tahun 1972 dan pada dekade berikutnya, lebih dari 100 misionaris full-time yang mengikuti pelatihan di seminari telah dikirim ke Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Asia di mana sekolah-sekolah Alkitab telah didirikan untuk melatih para petobat baru.

Melihat perkembangan misionaris selama satu dekade tersebut, Pendeta Cho membuat tujuan untuk meningkatkan jumlah misionaris. Menurutnya, pelayanan misi adalah tujuan utama dari pertumbuhan gereja. Hal tersebut merupakan strategi pertumbuhan gerejanya. Dalam rangka menyebarkan strategi pertumbuhan gerejanya itu, Pendeta Cho mendirikan Church Growth International. Pendeta Cho melakukan perjalanan secara ekstensif untuk mengadakan seminar di berbagai negara. Dia mendorong para pendeta untuk menerapkan prinsip-prinsip kelompok selnya di gereja mereka masing-masing.

Diterjemahkan dan diringkas dari salah satu artikel di:

Judul Buku:From Jerusalem to Irian Jaya -- A Biographical History
of Christian Missions
Penulis :Ruth A. Tucker
Penerbit :The Zondervan, Corporation, Grand Rapids, Michigan, 1983
Halaman :455-458

e-JEMMi 38/2004


|


 Ke atas 
© 2003 YLSA