NATE SAINT -- MONTIR PESAWAT BAGI ALLAH
Pentingnya kebutuhan akan pilot mekanik yang ahli telah menjadi
kerinduan bagi para pekerja MAF di bulan-bulan pertama mereka
merintis pelayanan misinya. Pesawat pertamanya yang jatuh
mengakibatkan MAF untuk sementara menghentikan pelayanannya karena
tidak ada seorang pun dari pilotnya yang mempunyai keahlian untuk
memperbaiki kerusakan pesawat tersebut. Dia adalah Nate Saint yang
diutus ke Meksiko untuk melakukan perbaikan yang diperlukan, dan
akhirnya Nate Saint menjadi salah satu pilot mekanik yang paling
ahli dan inovatif sepanjang sejarah pelayanan misi penerbangan.
Meskipun pernah suatu saat muncul perasaan bahwa "menjadi montir
pesawat bagi Allah merupakan suatu panggilan yang kurang bermutu",
Nate dan para misionaris yang bergantung pada dia mulai menyadari
pentingnya pelayanan mekanik yang mereka lakukan itu.
Meskipun Nate Saint telah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
berpikiran misionaris, dan penerbangan juga telah menjadi hobinya
sejak masa kanak-kanak, pelayanan penerbangan sama sekali tidak
pernah terlintas dalam pemikirannya. Kakaknya yang tertua menjadi
seorang pilot penerbangan komersial dan Nate memimpikan masa depan
yang sama seperti kakaknya. Untuk meraih cita-citanya, Nate
mendaftarkan diri dalam Army Air Corps. Namun belum sempat memulai
pelatihan khusus dalam Air Cadet Training Program, bekas luka di
kakinya meradang. Luka ini diderita akibat serangan penyakit
osteomyelitis pada masa remajanya. Hal ini jelas mengubah jalan
hidupnya. "Kemarin aku baru merayakan ulang tahun yang ke-20,
penyakit ini menjadi hadiah ulang tahun yang menyedihkan. Seharusnya
hari ini aku dalam perjalanan menuju bandara untuk mengikuti hari
penerbangan pertama, tetapi aku malah menuju markas untuk melakukan
X-Ray." Karena dinyatakan kurang sehat dengan luka di kakinya itu,
Nate tidak bisa mengikuti pelatihan penerbangan. Meskipun tetap
bergabung dalam Air Corps selama 2,5 tahun, dia mulai memikirkan
secara serius tentang memfokuskan dirinya dan hidupnya dalam
pelayanan Kristen.
Segera setelah membaca artikel yang ditulis oleh Jim Truxton tentang
formasi yang diperlukan MAF, Nate menghubungi organisasi MAF tentang
kemungkinan untuk melibatkan diri dalam pelayanan MAF. Jim segera
meresponnya. Setahun kemudian, setelah menyelesaikan dinas
militernya, Nate menjawab panggilan dari MAF yang mengutusnya ke
Meksiko untuk merekonstruksi satu-satunya pesawat yang dimiliki oleh
pelayanan misi MAF. Saat menuju Meksiko, Nate sangat bersemangat
dengan pelayanan misi ini, tetapi sesampainya di Meksiko dan melihat
sayap pesawat yang tersisa dan puing-puingnya, Nate nyaris patah
semangat. Meskipun susah, Nate terus bekerja keras untuk memperbaiki
pesawat tersebut. Setelah 6 bulan berjuang sembari melawan rasa
frustasi yang menyerangnya, Nate akhirnya berhasil membuat pesawat
itu kembali mengudara. Melihat kerusakan yang dialami pesawat
tersebut dan kondisi-kondisi yang memaksa Nate untuk memperbaikinya,
maka perbaikan itu tidak bisa dikatakan sederhana. Penulis biografi
Nate mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nate di Meksiko menunjukkan
kemampuan uniknya dalam melakukan perbaikan-perbaikan pada sebuah
pesawat yang pasti juga cukup sulit dilakukan meskipun dalam hangar
berperalatan lengkap di Amerika Serikat.
Setelah 6 bulan di Meksiko, Nate kembali ke Amerika dan mengikuti
kuliah di Wheaton College selama setahun. Kemudian bertepatan dengan
Hari Valentine tahun 1948, Nate menikah dengan Marj Ferris, lulusan
dari University of Southern California. Bulan September 1948,
pasangan ini menuju ke Ekuador. Nate pergi ke Shell Mera untuk
mendirikan markas besar MAF dan membangun sebuah rumah. Marj pergi
ke Quito untuk menunggu kelahiran anak pertamanya. Pada bulan
Desember, ketika melakukan penerbangan dari Quito, Nate terjebak
dalam cuaca buruk dan pesawatnya jatuh. Pesawat itu tidak mungkin
diperbaiki lagi dan Nate mengalami luka belakang yang cukup parah.
Dia terpaksa dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama.
Pada tanggal 10 Januari 1949, saat Nate masih dirawat di rumah sakit
di Panama, Kathy Joan, putri pertamanya, lahir.
Jatuhnya Nate yang kedua kalinya seperti gelombang yang menghantam
sepanjang sejarah pelayanan MAF. Di markas besar MAF kerinduan untuk
menyelenggarakan pelatihan mekanik yang lebih baik semakin meningkat.
Orientasi penerbangan diwajibkan bagi semua pilot misionaris yang
baru dan pengaman-pengaman baru ditambahkan dalam setiap pesawat.
Mulai saat itu, target baru yang mulai serius diperhatikan oleh MAF
adalah penerbangan hutan (jungle aviation) yang membutuhkan pilot-
pilot pemberani yang berkomitmen untuk melayani Allah sekaligus juga
berpengalaman dalam petualangan. Pelayanan penerbangan ini bukan
merupakan olahraga udara yang menyenangkan, namun merupakan
pelayanan yang penuh dengan tantangan dan bahaya. Bahkan Nate
sendiri pun mengalami perubahan setelah dia mengalami kecelakaan
pesawat. Dia belajar banyak dari pengalamannya yang menyakitkan itu
dan dari kecelakaan berikutnya yang juga dialami oleh pilot Gospel
Missionary Union dan penumpangnya. Penerbangan hutan menjadi bagian
pelayanan yang sangat membutuhkan keahlian khusus. Oleh karena itu,
baik pesawat maupun teknik penerbangan perlu dikembangkan untuk
mengakomodasi berbagai situasi dan kondisi. Nate mulai menciptakan
inovasi-inovasi baru, antara lain sistem bahan bakar alternatif dan
pengiriman paket lewat udara (paket-paket diangkut dengan pesawat
dan dijatuhkan di tempat-tempat yang telah ditentukan). Teknik
pengiriman paket ini menjadi terkenal setelah terjadi kegagalan
fatal dalam menjangkau Suku Aucas. Sistem ini memungkinkan untuk
mengirimkan maupun mengangkut barang-barang yang dibutuhkan oleh
suku-suku Indian yang sangat susah dijangkau.
Meskipun pada awalnya sempat menganggap rendah ide untuk "menjadi
montir pesawat bagi Allah", Nate ternyata sangat menyukai
pekerjaannya sebagai pilot misionaris. Setiap hari semakin dia
melihat pentingnya pelayanan unik yang dilakukannya untuk "menghemat
waktu" bagi para misionaris yang melakukan pelayanan di darat
khususnya yang melayani wilayah-wilayah yang sulit dijangkau melalui
jalan darat. Juga bagaimana dia bisa mengangkut barang-barang
persediaan yang diperlukan dalam pelayanan dengan melintasi hutan.
Terjadi kombinasi dorongan hati dan kerinduan yang mendalam dalam
hati Nate untuk lebih mempercepat pelayanan penginjilan bagi jiwa-
jiwa yang terhilang. Kerinduan itu tiba-tiba telah merenggut nyawa
Nate, seorang pilot muda yang berdedikasi dan berotak cemerlang,
pada bulan Januari 1956, ketika dia dan kawannya dibunuh oleh Suku
Aucas. Hal itu bermula dengan pengiriman paket yang dilakukannya
bagi Suku Aucas yang dipikirnya sebagai suku yang ramah. Dengan
keahliannya sebagai pilot, Nate dan temannya berhasil mendarat di
wilayah Suku Aucas. Namun keahlian dan teknik tersebut tidaklah
cukup bagi Suku Aucas sehingga pelayanan penerbangan itu kehilangan
salah satu dari pilot-penemu-montir terbaiknya. Kontribusi Nate
Saint bagi pelayanan penerbangan tidaklah berakhir dengan
kematiannya. Kesaksiannya terus hidup dan banyak orang yang
berkomitmen untuk menyerahkan hidup mereka kepada Allah dengan
menjadi pilot-pilot misionaris setelah membaca artikel tentang
kesaksiannya itu.
Diterjemahkan dan diringkas dari salah satu artikel di:
Judul Buku |
: |
From Jerusalem to Irian Jaya -- A Biographical History
of Christian Missions |
Penulis |
: |
Ruth A. Tucker |
Halaman |
: |
398 - 401 |
e-JEMMi 07/2004