|
Resources |
|
|
|
|
Artikel
Artikel-artikel MISI |
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia & Para Pengubah Dunia |
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia : 48 Kisah Nyata |
Buku
Buku-buku Misi |
|
Doa |
|
Info |
|
|
|
|
|
|
|
| |
|
kesaksian 74 dari 116 kesaksian |
|
|
|
"SAYA HANYA MAU MENYEMBAH TUHAN!"
Setahun sesudah dibebaskan dari penjara Turkmenistan, Shagildy
Atakov bersaksi bagaimana ia telah dibantu untuk tetap setia kepada
Kristus karena melihat contoh kesetiaan para napi Kristen Rusia yang
dipenjarakan semasa pendudukan Uni Soviet.
Rumah tangga Atakov pertama kali diserbu oleh polisi rahasia bulan
Desember 1998. Shagildy dituduh sebagai "musuh negara", karena aktif
menjadi pendeta awam dari sebuah gereja di bawah tanah. Karena
perbuatan "subversif" (merongrong negara) Shagildy ditangkap dan
dipenjarakan dengan tuduhan yang direkayasa. Apa boleh buat, hari
raya Natal tahun itu ia tidak dapat merayakan bersama keluarganya.
Lebih dari tiga tahun berlalu sebelum Shagildy dibebaskan dan
bertemu kembali dengan Gulya, istrinya, serta kelima anak lelakinya.
Hampir empat puluh bulan ia ditahan dalam kamp kerja paksa. Para
sipir penjara mendapat perintah khusus: "Jaga orang ini supaya
melupakan siapa orangtua dan siapa Tuhannya."
Para sipir penjara menempuh segala cara untuk melaksanakan perintah
tersebut, sampai-sampai juga menghasut para napi lain agar memaksa
Shagildy menyangkal iman.
TETAP PERCAYA PADA RENCANA TUHAN
Shagildy teringat peristiwa-peristiwa mengerikan yang dialaminya di
sel penjara. Ia sendiri pun bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa
Tuhan membiarkannya menderita demikian. Tetapi tak lama kemudian ia
mendapat jawaban atas pertanyaannya.
Pada malam pertama di dalam sel itu, ketika sedang tidur nyenyak
tiba-tiba ia dibangunkan oleh salah seorang napi lain. Orang itu
ingin tahu lebih banyak mengenai "agama"nya, karena melihat betapa
kuat imannya. Tak lama kemudian, semua napi lain di sel itu juga
bertanya-tanya tentang "Kabar Baik" itu.
Tetapi Shagildy harus membayar mahal untuk semua itu. Ketika para
penjaga penjara mendapati bahwa ia telah memberitakan Injil mengenai
Kristus, ia disuruh menghadap dan dianiaya.
Sekalipun harus menahan rasa sakit, Shagildy melihat bagaimana Tuhan
bekerja. Beberapa malam sesudah ia mendapat penganiayaan berat itu,
seorang penghuni sel lain datang kepadanya dan berbisik: "Shagildy,
aku berhasil membawa sebuah kitab Injil bagimu -- bolehkah kita
berdoa bersama sekarang? Aku ingin juga bisa berdoa seperti kamu."
PENGHINAAN DAN PELECEHAN
Mungkin pengalaman paling berat baginya adalah ketika dipindahkan ke
kamp kerja paksa di kota Sejdi. Ia masih ingat benar kejadiannya:
"Ternyata para petugas penjara telah lama menunggu kedatanganku.
Mereka berteriak: 'Mana orang (Kristen) Baptis itu? Mana si Atakov?'
Ketika saya maju dan memperkenalkan diri, mereka mencemooh saya:
'Mengapa kamu berbuat begini (pindah agama, maksudnya)? Bukankah
kamu juga warga Turkmen, bukankah seharusnya kamu menganut agama
non-Kristen?"
"Seminggu kemudian saya disuruh menanggalkan semua pakaian dan
berdiri di depan semua orang," demikian Shagildy meneruskan.
"Mereka berpesan agar setiap muslim jangan berurusan lagi dengan
saya, karena: 'Orang Turkmen ini telah murtad imannya dan menjadi
orang Kristen. Sekarang ia berusaha mengkristenkan semua orang
di sini. Jangan dekat-dekat orang ini!' Sementara dipermalukan itu
saya berdiri saja, sambil menangis dan berdoa dalam hati agar Tuhan
memberi saya kekuatan untuk tetap setia dan rendah hati, seperti
Tuhan Yesus."
TETAP SETIA KEPADA KRISTUS
Bagaimana caranya Shagildy dapat bertahan meski menderita dan
dipermalukan? Ia tahu itu hanya mungkin karena kuasa Roh Kudus. Ia
mempunyai banyak cerita bagaimana Tuhan menolong dan menguatkannya
selama berada di penjara.
Terutama sekali, Shagildy dan Gulya berterima kasih kepada Tuhan
karena begitu banyak dukungan dan kesetiaan pendoa syafaat "Open
Doors" yang tersebar di seluruh dunia, karena mereka selalu membawa
keluarga itu ke hadapan takhta Allah selama tiga tahun yang sulit
itu.
Shagildy dan istrinya juga berterima kasih karena diam-diam Tuhan
telah mempersiapkan mereka untuk menghadapi aniaya yang akan mereka
alami. Beberapa tahun yang silam, tak lama sebelum Shagildy
bertobat, ia membaca kisah-kisah kesaksian dari umat Kristen Rusia.
Ketika pemerintah Uni Soviet masih berkuasa, umat Kristen Rusia juga
menderita aniaya demi pekabaran Injil. Mereka tetap setia dibawah
tekanan dan aniaya di masa-masa lalu, dan Tuhan memakai kesaksian
hidup mereka untuk menguatkan Shagildy sehingga ia dapat juga setia
kepada Kristus ketika ia dipenjarakan dan dianiaya.
"Penguasa berkata kalau saya bersedia mengucapkan sumpah pengabdian
kepada Presiden, maka saya akan segera dibebaskan," kata Shagildy.
"Tetapi saya jawab mereka, bahwa saya hanya dapat mengabdi kepada
Tuhan yang kusembah. Setelah saya dibebaskan sekarang, sama juga.
Saya hanya ingin mengabdi kepada Tuhan."
Diedit dari sumber:
Buletin Doa "PINTU-PINTU TERBUKA"
Edisi April-Mei 2003, Vol.6, No.2
e-JEMMi 19/2003
|
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|