TOMBOL MERAH DAN 3000 JIWA PUN SELAMAT
Cina adalah salah satu negara dimana di sana Tuhan sering memberi
hak istimewa pada para pengikutnya untuk mengalami penderitaan dan
penganiayaan -- namun tentunya juga keajaiban luar biasa sebagai
pernyataan dari kuasa-Nya. Walaupun kekristenan di Barat telah
menghabiskan banyak waktu untuk membuktikan bahwa Anda bisa
mendapatkan salah satu dari hal itu tanpa harus mengalami pengalaman
lainnya, namun hal tersebut sebenarnya merupakan kombinasi antara
salib dengan kebangkitan, penderitaan dengan kemuliaan Tuhan yang
akan memiliki dampak paling lama di negara itu. Paul dan Joy
Hattaway dari Asia Harvest menceritakan pengalaman ini:
Ketika gelombang penganiayaan melanda seluruh Cina pada tahun 1950-
an, pastor Li juga ditangkap di daerah selatan propinsi Guangdong.
Dia dituduh melakukan "kegiatan-kegiatan kontra revolusioner" dan
dihukum dengan menjalani kerja paksa di sebuah pertambangan biji
besi yang terletak di daerah ujung timur laut Cina. Istri Li dan 5
anaknya, termasuk si bungsu yang masih bayi, tidak punya lagi
penopang keluarga. Akhirnya mereka memutuskan untuk bergabung dengan
pastor Li dengan menempuh perjalanan sejauh 2000 mil ke Heilongjiang
demi memungkinkan mereka dapat mengunjunginya lebih sering, dan
supaya mereka dapat lebih dekat seandainya suatu saat terjadi
keajaiban, yaitu pastor Li dibebaskan.
Keluarga itupun menjual semua yang mereka miliki dan membeli tiket
untuk perjalanan naik kereta api selama seminggu. Ketika telah
sampai, mereka menggunakan papan kayu tua dan selembar kain terpal
untuk membuat sebuah gubuk reot di jalan dekat kamp pekerja itu.
Pastor Li menjalani kerja paksa itu selama 14 jam tiap harinya,
dengan makanan yang tak layak, dalam temperatur udara yang mendekati
titik beku. Beliau pun meninggal 3 bulan kemudian.
Ketika keluarganya mendengar berita duka itu, mereka pun merasa
sangat terpukul dan putus asa. Istri Li tak mampu lagi melihat
adanya masa depan bagi mereka, dan ingin mengakhiri hidupnya. Anak-
anaknya menjadi terabaikan. Akhirnya, ia berkata pada anak-anak itu
bahwa ia akan pergi untuk mencari kerja. Si sulung berkata, "Jangan,
Bu, ibu tidak boleh pergi bekerja. Adik yang masih bayi membutuhkan
ibu. Dia selalu menangis mencari ibu sepanjang hari. Saya saja yang
bekerja." Gadis berusia 12 tahun itu pun pergi menghadap kepala kamp
pekerja itu dan berkata padanya, "Ayah saya telah dikirim ke tempat
yang tidak mengenal Tuhan ini karena dia mengasihi Yesus Kristus.
Itulah satu-satunya pelanggaran yang dia lakukan. Ayah adalah orang
baik, yang mengasihi orang lain dan membantu mereka. Sekarang ayah
telah tiada, dan kami di sini tidak mempunyai makanan, uang dan
tempat tinggal. Kami bahkan tak bisa kembali lagi ke selatan. Saya
ingin tahu kalau saja ada pekerjaan yang dapat saya lakukan di kamp
ini." Kepala kamp itu masih ingat dengan pastor Li, dan tahu bahwa
gadis kecil itu adalah putrinya Li. Di dalam hatinya terbersit rasa
kasihan, dan ia pun berkata,"Aku punya pekerjaan untukmu, tapi
membosankan, dan bayarannya rendah." Gadis kecil itu tanpa ragu-ragu
segera mengambil pekerjaan itu.
Kepala kamp membawanya ke lokasi di mana 3000 pekerja paksa itu
menambang biji besi. Ia berkata padanya, "Kamu lihat tombol merah
itu? Tugasmu adalah berdiri di dekat tombol itu sepanjang hari, dan
jika ada yang menyuruhmu memencetnya, kamu harus segera
melakukannya. Itu adalah tombol alarm untuk membunyikan tanda
peringatan di dalam tambang di bawah tanah. Ketika suara tanda
peringatan berbunyi, para pekerja harus segera keluar secepatnya.
Kamu tidak boleh memencet tombol itu sembarangan, harus hanya ketika
ada yang menyuruhmu." Dan si sulung kecil dari keluarga Li itu pun
berdiri di sebelah tombol itu sepanjang hari demi hari, minggu demi
minggu. Ketika menerima upah pertamanya, kegembiraan luar biasa
segera meliputi dirinya dan seluruh keluarganya meski besarnya hanya
beberapa dolar saja.
Di suatu siang, mendadak dia mendengar suatu suara "Pencet
tombolnya!". Dia melihat dan berputar ke sekelilingnya, mencoba
mencari tahu suara siapakah itu, namun tak seorang pun yang
kelihatan. Tak lama kemudian, terdengar sekali lagi suara, "Cepat!
Pencet tombolnya, sekarang!". Masih tak ada seorang pun yang
kelihatan, dan dia mulai berpikir bahwa dia telah kehilangan
akalnya. Dia hanya harus memencet tombol peringatan ketika ada
sesuatu yang gawat, dan saat ini, semuanya kelihatan baik-baik saja.
Beberapa detik kemudian, kembali sebuah suara terdengar, kali ini
dengan nada yang sangat mendesak "Li Kecil, pencet tombolnya
sekarang!" Kali ini dia segera menyadari bahwa itu adalah suara
Tuhan-nya yang berkata padanya. Dia tidak mengerti alasan kenapa dia
harus memencet tombol itu, tapi dia tahu bahwa dia harus menuruti-
Nya.
Alarm pun dibunyikan, dan 3000 orang segera naik ke permukaan
secepatnya, dengan bingung dan penasaran apa yang telah terjadi.
Kepala kamp juga berlari keluar dari kantornya, ingin tahu kenapa
gadis kecil itu memencet tombol merah. Hanya berselang beberapa saat
setelah pekerja terakhir meninggalkan lokasi pertambangan, sebuah
gempa bumi hebat mengguncang tempat itu. Seluruh area pertambangan
itu runtuh dan tak ada seorang pun yang mampu membangunnya kembali
sampai saat ini. Suatu keheningan yang mencekam segera meliputi
tempat itu saat guncangan gempa bumi itu berakhir, semua orang
memandangi sosok kecil dan ringkih yang telah menekan tombol merah
itu. Akhirnya, suara kepala kamp segera memecah keheningan, "Kawan
Li, bagaimana ... bagaimana Anda tahu kalau harus menekan tombol
merah itu?" Li Kecil menjawab sekeras-kerasnya, "Tuhan Yesus
Kristus-lah yang menyuruh saya untuk memencet tombol merah itu. Ia
menyuruh saya tiga kali sebelum saya melakukannya. Yesus Kristus
adalah satu-satunya jalan bagi kita untuk mengenal Allah yang hidup
dan yang sejati. Dia mencintai kalian semua dan Dia baru saja
menunjukkan kasih-Nya dengan menyelamatkan kalian semua. Kalian
harus berbalik dari dosa-dosa kalian dan memberikan hidup kalian
pada-Nya!" Sekitar 3000 pekerja dan kepala kamp segera berlutut dan
berdoa supaya Yesus mengampuni mereka dan mau hidup dalam hati
mereka semua. (t/ary)
Sumber: Asia Harvest Newsletter #80
==> http://www.asiaharvest.org/
e-JEMMi 46/2005
|
|