You are hereTokoh Misi / Tokoh Misi

Tokoh Misi

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

The Cambridge Seven

Raymond Lull

Raymond terbangun dari tidurnya dengan rasa sakit di perutnya dan rasa takut yang luar biasa. Jantungnya berdegup sangat kencang sebab hari itu adalah hari pelayarannya menuju pantai Utara Benua Afrika. Dari jendela kapal yang terbuka, Raymond memandang penduduk Kota Genoa.

Fletcher Brockman

Kerinduan untuk melihat para pemuda unggul melibatkan diri dalam Gerakan Relawan Mahasiswa serta mendedikasikan hidup mereka bagi pelayanan misi luar negeri menggelora ketika metode dan ideologi beberapa orang dari antara mereka menjadi terkenal.

Sadhu Sundar Singh: Misionaris dengan Kaki yang Berdarah

Pada 3 September tahun 1889, di sebelah Utara India, seorang anak laki-laki lahir dalam sebuah keluarga beragama Sikh. Keluarga Sundar sungguh menyenangkan, mereka memiliki rumah yang bagus dan makanan yang banyak, tidak seperti tetangga-tetangga mereka. Ibu Sundar bergelar "Sikh Bakhta", yaitu seorang yang dianggap suci dalam agama Sikh. Ibunyalah yang menolong Sundar untuk menghafal isi kitab suci agama mereka yang bernama Gita.

Sundar berusaha untuk menjadi seorang Sikh yang saleh. Karena itu, ia juga mempelajari buku-buku agama lain. Agama Sikh mengizinkan penganutnya untuk meminjam buku-buku dari agama lain, sehingga Sundar juga membaca buku agama Hindu dan Islam, ia juga mempelajari Yoga. Namun, semuanya itu tidak dapat memuaskan keinginannya dalam mengetahui kebenaran.

Las Casas

Zaman Penjelajahan yang dimulai pada akhir abad ke-15 membuka sebuah era baru misi luar negeri bagi Gereja Katolik Roma. Dunia Baru dilihat sebagai lahan ekspansi yang potensial, sehingga baik Paus maupun para pemimpin politik menggebu-gebu dalam melakukan bagian mereka untuk membawa dunia baru tersebut ke bawah kekuasaan Katolik. Ratu Isabella, yang tanpa henti memburu penganut bidah Protestan di Spanyol, menganggap penginjilan kepada orang-orang Indian sebagai pembenaran yang paling utama bagi ekspansi kolonial; dan ia bersikeras bahwa para pendeta dan biarawan harus menjadi bagian dari pendatang pertama yang menetap di Dunia Baru. Golongan Fransiskus dan Dominian (dan nantinya golongan Jesuit) dengan antusias menerima tantangan ini dan dalam hitungan dekade, ajaran Katolik telah menjadi kekuatan yang permanen dan berpengaruh. Kecepatan perkembangan ini dianggap sebagai sesuatu yang fenomenal dalam kekristenan. Pada tahun 1529, seorang misionaris golongan Fransiskus di Meksiko menulis tentang pertobatan massal yang hampir mustahil untuk dicatat: "Kami membaptis begitu banyak orang. Saya tidak bisa memberikan perkiraan yang akurat tentang jumlahnya di sebuah provinsi di Meksiko. Sering kali kami membaptis 14.000 orang dalam satu hari, kadang-kadang 10.000 orang, dan kadang-kadang 8.000 orang."

Henry M. Stanley

Kematian David Livingstone memberi dampak psikologis yang amat hebat terhadap dunia penutur bahasa Inggris. Semangat pelayanan misi mencapai puncak yang tinggi ketika pemuda dan pemudi yang giat secara sukarela mengajukan diri untuk melayani di luar negeri, apa pun risikonya. Bagian dari semangat misi ini terinspirasi oleh karya penjelajahan Henry Stanley, yang mengambil peran yang diwariskan Livingstone, dan menjalaninya dengan tekad yang bulat. Perjalanan selama 999 hari yang dilakukan Henry Stanley untuk melintasi benua Afrika ini, menggugah rasa ingin tahu dunia dan mengutus kalangan misionaris untuk berjuang demi memulai pelayanan mereka di Benua Hitam.

Christian David dan Hans Egede

Selain Count Zinzendorf, pribadi yang paling terlibat dalam pendirian gereja Moravia adalah Christian David. Ia bertugas membawa saudara-saudara (Unitas Fratum) yang diasingkan dari seluruh wilayah Eropa sampai ke kediaman Zinzedorf. David dilahirkan di Moravia pada tahun 1690 dalam sebuah keluarga Katolik Roma. Sewaktu kecil, dia adalah seorang penganut Katolik yang saleh, sangat tekun dalam ritual ibadah, hari-hari suci, dan pemujaannya terhadap Perawan Maria. Di kemudian hari, ia menceritakan bahwa hatinya berkobar-kobar oleh ketaatan beragama. Namun di samping kesungguhannya, ia tidak memunyai pemahaman yang benar tentang kekristenan yang sejati, sampai dia dikirim untuk magang pada seorang ahli pertukangan, yang bersama dengan keluarganya secara diam-diam memeluk iman Injili. Namun demikian, pengetahuan David mengenai pengajaran Kristen sangatlah terbatas. Akhirnya, sebelum usianya genap 20 tahun, ia mendapatkan Alkitab, sebuah buku yang tidak pernah ia baca sebelumnya.

Clarence W. Jones dan HCJB World Radio

Pelayanan radio misi telah berjuang keras agar dapat diterima oleh masyarakat Kristen pada umumnya; dan tanpa visi ke depan yang dimiliki oleh Clarence W. Jones maka perkembangan radio misi tidak akan seperti sekarang ini. Jones tidak takut untuk menggunakan radio yang saat itu dianggap sebagai "tool of the devil" (alat setan) untuk penginjilan.

Paul Freed dan Trans World Radio

Dari seluruh organisasi penyiaran misi yang ada, Trans World Radio (TWR) adalah satu-satunya organisasi terbesar dan yang memiliki perbedaan secara geografis. Didirikan pada tahun 1954, hari ini TWR mampu menjangkau 80 persen populasi dunia. Dari Monte carlo, Bonaire, Swaziland, Siprus, Sri Lanka, dan Guam, TWR memancarkan program-program radio Kristen melalui pemancar raksasanya dalam 80 bahasa dan dialek yang berbeda. Bagaimana penginjilan semacam ini dibangun dan dikembangkan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini adalah kisah menarik tentang cobaan yang dialami dan kemenangan yang dicapai oleh tim, yang terdiri dari seorang ayah dan anaknya, Ralph dan Paul Freed.

John Eliot

John Eliot lahir di Inggris dan belajar di Cambridge. Ia mengikuti pelatihan untuk menjadi hamba Tuhan dan lulus pada tahun 1622. Walaupun ditahbiskan oleh gereja Anglikan, Eliot adalah seorang nonkonformis, dengan demikian semua pelayanan mimbar yang ingin dilakoninya di Inggris sudah tidak aman lagi atau memiliki lingkup yang terbatas. Jadi, setelah melayani sebagai guru sekolah selama beberapa tahun di bawah pimpinan Bapak Puritan, Thomas Hooker, ia pun berlayar ke benua Amerika yang terbuka lebar untuk dilayaninya. Pada musim panas 1631, Eliot sampai di Massachusetts.