You are herepenjangkauan / penjangkauan

penjangkauan

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Hari-Hari Pertama Di Tanah Perjanjian

Kisah ini merupakan ringkasan dari sebuah surat yang dikirimkan oleh sebuah keluarga Indonesia yang dikirim sebagai misionaris ke Asia Tengah.

Televisi di Mongolia

Sebuah kelompok di Dakota Selatan telah dijangkau dengan Injil melalui siaran televisi kepada penduduk Mongolia. 'The AMONG (American MONGolian) Foundation' didirikan sejak tahun 1991 yang terdiri atas pengusaha-pengusaha Kristen yang bersama-sama berdoa bagi negara Mongolia yang baru saja terbebas dari komunisme."

Gubuk Kecil di Atas Bukit

Tuhan Yesus dengan jelas menyatakan bahwa kita harus menyampaikan berita keselamatan kepada semua orang. Berikut ini adalah kesaksian yang dialami seorang pekerja Every Home for Christ (Red: Review tentang organisasi dan situs EHC dapat Anda lihat di kolom Profil/ Sumber Misi) saat melakukan tugasnya di India. Pekerja ini telah mengunjungi banyak desa di sebuah wilayah tertentu yang telah ditugaskan baginya. Tugas terakhirnya adalah membagikan traktat dari pintu ke pintu di sebuah desa kecil dan terpencil. Dia merasa telah mengunjungi semua rumah di desa itu dan bersiap-siap dengan sepedanya untuk kembali ke markas EHC yang jaraknya beberapa mil dari desa tersebut. Di markas itu dia akan bergabung dengan para pekerja EHC lainnya dan menghabiskan malam itu bersama-sama untuk istirahat.

Florence Nightigale : Terang Kristus dalam Pekatnya Dunia Perawat

Keputusannya menyentak seisi rumah. Keluarganya tak menyangka bahwa gadis manis yang telah terbiasa hidup senang memilih menjadi perawat, padahal citra perawat pada waktu itu buruk.

Florence Nightingale

Sebuah Visi

Florence gadis manis yang cantik itu lahir di kota Florence, Italia pada 12 Mei 1820. Flo, begitu panggilannya, dilahirkan dari keluarga kaya. Karena itu hidupnya bergelimang kesenangan. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa prihatin dengan orang-orang yang hidup miskin.

Pada 7 Februari 1873, Florence mendapat visi untuk mengabdi kepada masyarakat. Dalam buku pribadinya ia menulis, "Tuhan telah bersabda kepadaku dan memanggilku untuk mengabdi kepada-Nya." Visi itu selalu menantangnya untuk mematuhi panggilan mulia ini. Namun, tampaknya hal ini tidak semudah yang ia bayangkan.

Rochunga Pudaite

Rochunga Pudaite adalah seorang misionaris yang sangat dihargai dan memberikan pengaruh besar di negara-negara Dunia Ketiga (Third World). Keterlibatan Ro memberikan dampak yang luas sekali bagi penerjemahan dan pendistribusian Alkitab. Perhatiannya bagi kelompok sukunya sendiri, Suku Hmar, dan juga bagi penginjilan dunia telah menuntunnya untuk melalui jalan-jalan panjang yang sulit dan seringkali mengecewakan dari sebuah desa terpencil di pedalaman hutan bagian timur laut India menuju Wheaton, Illinois. Di Wheaton inilah pelayanan misi dari Ro -- mendirikan Bibles for the World -- membangun kantor pusatnya.

William Cameron Townsend

(Tokoh Penerjemah Alkitab pada Abad ke-20)

Salah seorang individu yang paling memberi pengaruh besar dalam gebrakan penerjemahan Alkitab pada abad ke-20 adalah William Cameron Townsend -- pendiri Wycliffe Bible Translators (WBT) dan Summer Institute of Linguistics (SIL). Cam Townsend adalah seorang pribadi yang berkeyakinan tinggi, dan memiliki sifat kepemimpinan yang tegas dalam kedua organisasi tersebut dan juga dalam memimpin JAARS (Jungle Aviation and Radio Service). Ketegasan itu seringkali mengakibatkan terjadinya kontroversi. Billy Graham menyebutnya sebagai "the greatest missionary of our time," dan pada saat kematiannya di tahun 1982, Ralph Winter (dari United States Center for World Mission) menempatkannya sebagai salah seorang misionaris yang paling menonjol selama dua abad terakhir ini -- sejajar dengan William Carey dan Hudson Taylor.

Betty Olsen dan Vietnam Martyrs

Pelayanan radio misi telah berjuang keras agar dapat diterima oleh masyarakat Kristen pada umumnya; dan tanpa visi ke depan yang dimiliki oleh Clarence W. Jones maka perkembangan radio misi tidak akan seperti sekarang ini. Jones tidak takut untuk menggunakan radio yang saat itu dianggap sebagai "tool of the devil" (alat setan) untuk penginjilan.