You are hereBuku Misi
Buku Misi
Artikel-artikel di bawah ini kiranya dapat semakin memotivasi Anda untuk semakin giat melayani-Nya di ladang manapun Anda ditempatkan. Dapat mengenalkan dan mendekatkan Anda ke dunia misi, menguatkan hati dan menambah wawasan. Kiranya menjadi berkat!
Bagian G. Percaya Atau Tidak -- Enam Pandangan
Saat manusia bergumul untuk menata pandangan-pandangannya tentang Allah, ia sampai pada enam sudut pandang utama. Inilah skema berbagai kepercayaan itu.
10. Petunjuk-Petunjuk Untuk Kebangunan Rohani
Prinsip dan cara pelaksanaan kampanye-kampanye kebangunan rohani akan diuraikan dalam jilid lain dari serie buku ini. Dalam pelajaran ini kami hanya memberikan beberapa patokan kepada saudara sebagai seorang pembimbing.
A. KESUKSESAN BERKISAR PADA RUANG BIMBINGAN
Percayakah saudara, bahwa saudara pembimbing mempunyai tugas yang sama pentingnya dengan pengkhotbah? Pada umumnya ruang bimbingan ialah kunci kesuksesan dari suatu kebangunan rohani. Asal seri kebaktian tersebut direncanakan dengan serius dan disertai dengan banyak doa, hasilnya tidak akan tergantung dari sang pengkhotbah. Hal itu dapat terjadi karena Tuhan tidak bermaksud menghormati seorang manusia saja, melainkan untuk menghormati FirmanNya sendiri.
Ruang bimbingan itu penting, karena di sanalah Alkitab menjadi dasar iman. Tampilnya orang-orang pada waktu ajakan hanyalah menyatakan bahwa ada kebutuhan-kebutuhan rohani yang belum diketahui jawabannya. Meskipun Injil sudah jelas sekali dalam khotbah yang didengarnya itu, belum tentu mereka telah mengetahui Injil itu. Pada umumnya mulai dari saat Roh Kudus menempelak kesadarannya, mereka tidak lagi terlalu ingat akan isi khotbahnya itu, melainkan mereka hanya menunggu kesempatan untuk dilayani secara pribadi, dan saudaralah yang harus memberi terang Firman itu kepadanya.
Tugas pembimbing
9. Bimbingan Lanjutan: Cara Dan Bahan
Dalam menjalankan langkah-langkah pertama dalam pelanjutan ini, maka saudara harus melayaninya secara pribadi. Seseorang yang baru percaya, akan mempunyai beberapa pokok persoalan yang ingin dibicarakannya dengan saudara tanpa ditonton oleh orang lain. Itu hal yang biasa. Jadi sedikit-dikitnya saudara harus menyediakan waktu untuk bertemu 3 atau 4 kali, sampai bayi rohani ini dapat diikutsertakan dalam sebuah kelompok pelajaran Alkitab.
Seorang yang baru percaya, seumpama bayi yang baru lahir secara jasmani. Bayi itu harus dilayani dengan segera pelayanan yang diberikan itu harus cukup sederhana untuk dimanfaatkannya. Itulah kedua ciri khas dari pelayanan taraf pertama terhadap bayi-bayi rohani:
Bagian F. Empat Argumen Klasik
Para pakar telah lama mencari argumen yang tak terbantahkan tentang keberadaan Allah! Namun dengan argumen saja tidak dapat meyakinkan semua orang, karena selalu akan ada orang-orang skeptis yang menuntut bukti-bukti empiris -- bukti-bukti yang tidak tersedia.
Bagian E. Mengapa Sebagian Orang Tidak Percaya?
Alkitab tidak lagi bersikap diplomatis ketika berbicara tentang mengapa sebagian orang tidak percaya akan keberadaan Allah. tidak menutupi sesuatu pun ketika mengatakan, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.'"
8. Bimbingan Lanjutan: Coraknya
Pelanjutan ("Follow up") adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang setelah ia dilayani untuk menerima Yesus Kristus atau karena sesuatu persoalan rohani yang lain. Dalam pelanjutan ini ia dibimbing supaya hidupnya sungguh berakar dalam Firman Tuhan. Sebenarnya langkah pertama dari pelanjutan ini telah dilaksanakan pada waktu bimbingan pertama, yaitu pada waktu ia memperoleh kepastian selamat berdasarkan nats-nats tertentu dari Firman Tuhan.
A. KETAHUILAH TUJUAN DAN BATASNYA
Setelah seseorang menerima Yesus selaku Juruselamatnya ada suatu jangka waktu (selama beberapa minggu) yang sangat berfaedah untuk pelayanan rohani. Menyesal sekali bahwa kesempatan ini seringkali disia-siakan berhubung si pembimbing tidak tahu apa yang harus dilaksanakannya. Saudara harus mengetahui maksud pelanjutan ini, supaya kesempatan itu dimanfaatkan bagi Tuhan Yesus.
Saudara harus mengetahui batas pelayanan ini juga. Pada hakekatnya, bimbingan lanjutan ini berjalan serentak dengan pelayanan yang diberikan dari pihak gereja. Dengan demikian ada kalanya usaha pelayanan dari saudara akan disalah pahami dan dicurigai. Asal saudara jelas mengenai maksud dan batas-batas pelayanan ini, saudara dapat memberikan jawaban yang tepat tanpa perlu terjadi bentrokan dengan para rohaniawan.
7. Membimbing Anak-anak Allah
Seringkali seorang yang telah menerima Yesus Kristus harus dilayani kembali. Hal ini mungkin disebabkan karena ia kurang dibimbing pada waktu ia mengalami suatu kesulitan yang lain, pada kemudian harinya. Saudara harus berhati-hati dalam membuat diagnosa, karena tidak mungkin seseorang menerima Yesus dua kali. Kalau betul-betul ia telah menerima Yesus, ia membutuhkan jenis pelayanan yang lain lagi.
Ingatlah bahwa jarang sekali seseorang rela untuk langsung menyatakan persoalannya yang sebenarnya, karena malu. Tambahan pula biasanya ia menyadari beberapa kesulitan saja, yang hanya merupakan gejala-gejala. Ia belum sadar akan akar dari kesulitan-kesulitannya itu. Si pembimbing harus mengambil sikap seperti seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya. Dokter seperti seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya. Dokter itu akan bertanya-tanya tentang gejala-gejala penyakit pasien itu. Segala pertanyaan itu akan menuju kepada pengupasan sesuatu yang belum dipikirkan oleh si pasien, akhirnya akan diketahui penyakitnya dengan tepat. Demikian juga halnya dalam bimbingan rohani. Perkara-perkara yang ia akui sebenarnya hanya merupakan akibat-akibat dari suatu dosa atau kekeliruan tertentu. Saudara harus mencari sesuatu di belakang gejala-gejala yang sementara itu, untuk melihat sumber dari kesulitan yang sedang dialaminya.
Menurut seorang penginjil yang bernama Oswald Smith, persoalan-persoalan Kristen dapat digolongkan menjadi tiga jenis pelayanan tertentu. Pembagian yang sederhana dan praktis itu dapat diselidiki dalam bukunya yang berjudul "The Consuming Fire" (Api yang menghanguskan). Ketiga jenis persoalan itu adalah:
Bagian D. Melintasi Jembatan
Kita semua memiliki pilihan. Kita dapat melihat bukti-bukti tentang keberadaan Allah dan percaya bahwa Dia ada, atau kita dapat mengesampingkan bukti-bukti itu dan menetapkan bahwa tak ada Allah. Bagaimanapun juga, kita harus melintasi jembatan iman, karena kedua jawaban tersebut tidak dapat memberikan kepastian secara laboratorium. Pertanyaan kuncinya adalah: Dalam suatu masalah yang begitu mendasar bagi kesejahteraan kita dan dalam suatu pertanyaan yang menuntut jawaban, secara jujur, posisi mana yang kita pilih? Mari kita lihat sekali lagi pilihan-pilihan yang dapat membimbing kita saat kita melintasi jembatan.
Bagian C. Empat Pernyataan Diri Allah:
Alkitab tidak meminta kita untuk menerima keberadaan Allah begitu saja. Sebaliknya, ia menunjukkan kepada kita bagaimana Allah, melalui RohNya, telah menyatakan diriNya kepada kita -- baik di masa lampau maupun masa kini.
Bagian B. Pendekatan Alkitabiah
Ketika penulis kitab pertama dari Alkitab mencantumkan kata-kata, "Pada mulanya Allah...," ia tidak meminta para pembacanya untuk mengandaikan keberadaan Allah. Dari pengalaman mereka tahu siapa yang dibicarakannya. Sebagaimana si penulis, bangsa Israel juga telah melihat bukti-bukti tentang "Seseorang" yang melakukan berbagai mukjizat dan bekerja dalam kehidupan mereka. Kata-kata Musa tentang Allah mengingatkan bangsa Israel tentang "Seseorang" yang menyediakan manna (roti yang disediakan Allah) bagi mereka ketika mereka mengembara di padang gurun; air yang mengalir dari batu ketika mereka haus; tiang api yang mendahului mereka ketika mereka membutuhkan pimpinan; dan jalan untuk melewati Laut Merah ketika mereka terjebak oleh pasukan Mesir. Ya, Musa menuliskan kisah tentang penciptaan untuk mereka yang telah melihat Sang Pencipta berkarya.