Kita semua memiliki pilihan. Kita dapat melihat bukti-bukti tentang keberadaan Allah dan percaya bahwa Dia ada, atau kita dapat mengesampingkan bukti-bukti itu dan menetapkan bahwa tak ada Allah. Bagaimanapun juga, kita harus melintasi jembatan iman, karena kedua jawaban tersebut tidak dapat memberikan kepastian secara laboratorium. Pertanyaan kuncinya adalah: Dalam suatu masalah yang begitu mendasar bagi kesejahteraan kita dan dalam suatu pertanyaan yang menuntut jawaban, secara jujur, posisi mana yang kita pilih? Mari kita lihat sekali lagi pilihan-pilihan yang dapat membimbing kita saat kita melintasi jembatan.
PILIHAN 1: Allah ada
- Alam semesta mencerminkan seorang perancang dan pencipta, sama seperti sebuah jam atau kamus.
Adanya akal budi manusia sebagai suara hati yang memungkinkan seseorang yang percaya kepada Allah untuk mengikuti kebijaksanaanNya yang terbaik dan naluriNya yang tertinggi.
Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyatakan bahwa mereka berbicara atas nama Allah dengan cara yang konsisten dengan bukti-bukti tentang Allah dalam penciptaan dan akal budi.
Kristus adalah bukti terhebat tentang Allah dimana Dia dinyatakan sebagai Pencipta (Yoh 1:3); sumber akal budi (Yoh 1:9), dan fokus dari Alkitab (Yoh 5:39).
PILIHAN 2: Allah tidak ada
- Dunia kita dengan segala sumber, kerumitan dan keteraturannya terjadi tanpa daya, sebab atau sumber pribadi. Segalanya "terjadi" begitu saja.
Hukum-hukum yang mengatur alam semesta telah berkembang tanpa ada bimbingan dan pengarahan.
Lompatan-lompatan besar terjadi karena evolusi, sehingga memungkinkan yang bukan-tumbuhan melintasi jurang dan menjadi tumbuhan, dan yang bukan-binatang menjadi binatang. Tanpa bimbingan, makhluk-makhluk ini mengembangkan otak dimana dahulu tidak ada otak dan alat-alat perasa dimana dahulu tidak ada sesuatu pun yang seperti itu.
Keacakan menjadi dasar komposisi yang serba halus dan unik dari planet kita yang memungkinkan keberadaan kita dalam oase kehidupan di tengah gurun alam semesta yang bersikap bermusuhan.
Manusia tidak memiliki roh. Keberadaannya berakhir pada saat kematian, sama seperti anjing dan kucing.
Moralitas yang dimiliki manusia dibuat sendiri dan berasal dari masyarakat. Karena itu tak seorang pun dapat melakukan penilaian terhadap orang lain.
Alkitab -- sebuah Buku yang ditulis oleh 40 orang yang berbeda dan hidup dalam tenggang waktu 1500 tahun yang membuat berbagai catatan secara terpisah dan mencatat berbagai peritiwa secara mandiri, serta menceritakan sebuah cerita yang luar biasa terpadunya -- suatu kebetulan yang menakjubkan.
Tak ada rencana induk buat manusia. Keberadaan kita adalah suatu kebetulan, kerja kita di dunia tidak ada buahnya dan hubungan-hubungan kita dengan orang lain pada akhirnya tidak bermakna sama sekali. Seperti segerombolan binatang buas, kita tidak memiliki tujuan di dunia ini kecuali untuk mempertahankan hidup.
Kristus tidak mengatakan kebenaran ketika Dia berkata bahwa Dia adalah Anak Allah yang datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari kematian kekal dan membawa kita kepada Allah.
Pada pilihan mana Anda akan mempertaruhkan masa depan kekal Anda? Jembatan mana yang akan Anda lintasi?