BETAPA INDAHNYA KEDATANGAN MEREKA YANG MEMBAWA KABAR BAIK
"Sebagai perpanjangan tangan gereja dalam memenuhi Amanat Agung,
misi Kartidaya adalah agar setiap kelompok masyarakat memiliki dan
menggunakan Alkitab dalam bahasa yang paling dipahami. Hal ini
dilakukan dengan cara memberdayakan orang-orang Indonesia yang
terpanggil untuk melakukan pekerjaan tersebut."
Penggalan kalimat di atas merupakan pernyataan misi yang menjadi
dasar bagi pelayanan Kartidaya. Kami percaya bahwa pelayanan untuk
menyediakan Alkitab dalam bahasa-bahasa yang paling dipahami oleh
jemaat suku di Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab para
hamba Tuhan atau para misionaris asing. Pelayanan ini seharusnya
juga bisa dikerjakan dengan kualitas yang baik oleh orang-orang
Indonesia sendiri.
"Kartidaya" merupakan singkatan dari Karunia Bakti Budaya Indonesia.
Nama ini memiliki arti yang dalam. Yohanes 3:16 mengatakan,
"... Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, ...".
Melalui karunia yang telah diberikan Tuhan, maka kami melayani dalam
bidang bahasa dan budaya, sebab kami rindu agar orang lain juga
beroleh hidup kekal.
Tuhan telah memberikan karunia-karunia yang berlainan kepada setiap
orang. ´Karunia´ adalah kuasa dan kemampuan yang diberikan Allah
untuk melakukan sesuatu. Kuasa dan kemampuan ini diberikan secara
istimewa dan khas kepada tiap-tiap orang. Walaupun demikian, hal ini
bukanlah sesuatu yang harus kita usahakan dan perjuangkan.
Namun, tentu saja kita tidak bisa berharap bahwa orang-orang yang
memiliki karunia dan panggilan khusus tersebut pasti sudah
mengetahui seluk-beluk di lapangan. Kita tidak bisa menganggap bahwa
mereka sudah mengetahui teknik-teknik melakukan survei bahasa,
bagaimana menganalisa satu bahasa yang baru, metode-metode yang bisa
digunakan dalam program baca tulis, hal-hal yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan kehidupan masyarakat, atau prinsip-prinsip untuk
menerjemahkan dengan baik. Mereka harus lebih dulu belajar, supaya
mereka menjadi tenaga lapangan yang cakap dan trampil dalam
melakukan pelayanannya. Jadi, apabila seseorang hanya memiliki
panggilan untuk melayani saja, maka itu tidak akan cukup.
Karena itulah, orang-orang yang terpanggil untuk bergabung sebagai
pekerja-pekerja di garis depan ini, harus dipersiapkan dan
diperlengkapi terlebih dahulu dengan semua ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan dalam pelayanan di lapangan.
Melalui pelatihan, peserta diharapkan dapat mengenali karunia yang
ada padanya, menggali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, serta
mengembangkannya untuk pekerjaan di ladang Tuhan. Pelatihan juga
menjadi tempat bagi para peserta untuk mengevaluasi kembali
kemampuan dan panggilan mereka untuk bergabung dalam tim Kartidaya.
Sejak Kartidaya didirikan pada tahun 1989, untuk pertama kalinya
pada tahun 1993, pelatihan pelayanan lintas budaya dan kebahasaan
diadakan, dan kegiatan ini terus berlangsung sekali dalam setahun,
sampai sekarang.
Pelatihan yang diberikan mencakup pelajaran: fonetik, fonologi, tata
bahasa dan pemerolehan bahasa, komunikasi lintas budaya, etnografi,
teori penerjemahan, serta literasi. Setelah melewati beberapa tahap
seleksi, yang salah satunya adalah pelatihan ini, maka barulah
seorang tenaga yang rindu melayani bersama Kartidaya, diterima dan
diutus untuk melayani di lapangan.
Beberapa orang lulusan pelatihan Kartidaya memberikan kesan mereka:
"Senang, bingung, cemas, capek,... tetapi harus ikut terus supaya
siap di lapangan. Konsep-konsep pelayanan lintas budaya yang benar,
saya dapatkan di sini." (Wona, pelatihan 2002)
"Baru di sini, saya belajar hal-hal baru dan aneh. Awalnya terasa
berat, tetapi lama kelamaan saya menyukainya. Sangat mempermudah
saya untuk belajar bahasa dan budaya di lapangan."
(Risma, pelatihan 2003)
"Pelajarannya lumayan berat, tapi fasilitatornya panjang sabar...
Lewat pelatihan, kami belajar bagaimana menjadikan bahasa lisan
menjadi bahasa tertulis agar bisa menerjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa itu. Dengan begitu, kami rindu untuk memperluas kerajaan
Tuhan." (April, pelatihan 1997, 1999, 2000)
"Saya senang linguistik karena pelajarannya sangat analitis,
praktikal, dan menantang. Saya dengan mudah bisa menerapkannya di
lapangan, untuk berbagai kondisi budaya di Indonesia."
(Marnix, pelatihan 2000, 2001)
Di samping pelatihan rutin untuk memperlengkapi para tenaga yang
melayani di lapangan, tentu saja ada pelatihan-pelatihan khusus
lainnya yang tidak diadakan secara rutin setiap tahun.
Pelatihan memegang peranan yang sangat penting, tapi seringkali
terlupakan dan terabaikan. Jika pelatihan tidak berlangsung, maka
tidak ada orang yang dipersiapkan dan diperlengkapi untuk menjangkau
suku-suku lain di Indonesia.
Di Kartidaya, kami senantiasa berdoa, berharap, dan berusaha agar
tenaga yang dihasilkan dalam pelatihan bisa menjawab kebutuhan lebih
dari 500 suku di Indonesia yang belum memiliki Alkitab dalam bahasa
yang paling mereka pahami.
Diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Kartidaya, Edisi III/2003 |
Judul Artikel | : | Betapa Indahnya Kedatangan Mereka yang MembawaKabar Baik |
Penulis | : | Yunita Susanto |
Hal | : | 1 |
e-JEMMi 30/2004