GEREJA TESALONIKA SETELAH PI PAULUS (Bagian II)
Eksposisi dari 1Tesalonika 1:5-10
(Oleh: Dr. John R.W. Stott)
Signifikansi Pertobatan dalam Perjanjian Baru
Kemudian, berita apa yang tersebar dari Tesalonika? Menurut ayat 8
yaitu iman mereka kepada Tuhan. Dalam ayat 9-10, Paulus melanjutkan
uraiannya mengenai hal itu, yang dimaksudkan agar dapat memberikan
gambaran lengkap mengenai pertobatan dalam Perjanjian Baru.
1. Memutuskan hubungan dengan berhala.
"Bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk
melayani Allah yang hidup dan benar" (ayat 9).
Sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata bagaimana radikalnya
perubahan dalam kesetiaan yang terkandung dalam kata-kata ini karena
berhala-berhala adalah mati, sedangkan Allah adalah hidup; berhala
salah, Allahlah yang benar; berhala banyak, Allah hanya satu.
Berhala dapat dilihat dan nyata, Allah tidak. Berhala adalah
ciptaan, hasil pekerjaan tangan manusia, sementara Allah adalah
Pencipta alam semesta dan seluruh umat manusia. Misionari Kristen
dalam lingkungan animisme atau agama tradisional mengenal tentang
semua kuasa berhala dan roh-roh yang bersembunyi di belakang mereka.
Praktek penyembahan berhala secara tradisional dari satu suku
tampaknya sebagai suatu hal yang tidak dapat dikalahkan yang
menguasai pikiran, hati, dan hidup penduduk. Berabad-abad mereka
hidup dalam kepercayaan terhadap takhyul yang menakutkan dan
kepatuhan yang menjilat. Ide untuk melepaskan diri tertahan karena
mereka takut akan pembalasan roh-roh.
Berhala-berhala yang lebih canggih (pengganti Allah) dalam dunia
sekuler Barat dapat disamakan dengan tirani. Manusia dikonsumsikan
dengan ambisi terhadap kuasa, kekayaan atau kemasyuran. Lainnya
dihantui oleh pekerjaan mereka atau kecanduan pada makanan, obat-
obatan, alkohol atau seks. Inilah masalah penyembahan berhala,
yang menuntut kesetiaan yang sejajar seperti kepada Allah sendiri.
Lantas dalam banyak kasus, yang mendadak dan komplit, perhatian
mereka berbalik kepada Allah dari berhala-berhala yang lebih dahulu
mendominasi hidup mereka, ikatan terputus dan mereka dibebaskan.
Pada ahli menyebut hal itu peraduan kuasa, di mana kuasa yang lebih
superior dari Allah yang hidup dan yang benar didemonstrasikan atau
dinyatakan. Saksi mata menjadi takjub dan tersebarlah berita.
2. Sebuah pelayanan aktif kepada Allah.
Pernyataan manusia untuk berpaling dari berhala-berhala kepada Allah
adalah suatu kepalsuan kecuali mereka melanjutkan dengan melayani
Allah yang hidup dan benar, yang kepada-Nya mereka berpaling.
Pertobatan tidak hanya melihat secara negatif (berpaling dari
berhala atau dari dosa atau bahkan pelarian dari murka yang akan
datang, ayat 10), tapi juga positif (awal dari suatu hidup pelayanan
yang baru). Biarkan saja seseorang mengatakan itu sebagai perubahan
dari satu perbudakan ke perbudakan lainnya, sejauh kita cepat
menambahkan bahwa perbudakan baru itu adalah sebuah pembebasan yang
benar.
3. Penantian yang sabar untuk Kristus.
"Mereka yang melayani Allah juga menantikan Anak-Nya dari surga,
yaitu Yesus" (ayat 10).
Satu hal yang layak diperhatikan bahwa melayani dan menantikan
berjalan bersama dalam pemuridan Kristen. Melayani adalah aktif,
sibuk bagi Kristus di dunia, sementara menanti adalah pasif,
memandang kepada Kristus yang akan datang dari surga.
Sebenarnya pengekspresian pasangan ini penting sekali. Satu pihak
bagaimanapun sibuknya kita melayani dan bekerja, jangkauan kita
terbatas. Kita tidak akan pernah berhasil mendirikan sebuah
masyarakat utopia yang sempurna. Oleh sebab itu kita menanti Kristus
kembali. Pada saat itulah Ia menjamin kemenangan puncak dari
keadilan dan kedamaian Allah. Lagipula kita dapat diyakinkan
mengenai kedatangan-Nya karena Allah telah membangkitkan-Nya dari
kematian (ayat 10).
Di lain pihak meskipun kita harus menanti dengan sabar, kita tidak
memiliki kebebasan untuk menanti dengan malas, dengan menutup mata
dan berpangku tangan. Tidak, sementara menanti, kita harus bekerja,
melayani Allah yang hidup dan yang benar. Berarti bekerja dan
menanti saling berkait. Dalam variasinya, mereka akan membebaskan
kita dari anggapan bahwa segala sesuatu dapat kita kerjakan dan juga
dari rasa pesimis bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa.
Kesimpulan Laporan Mengenai Jemaat Tesalonika
Menoleh ke belakang, kita sekarang menyimpulkan laporan mengenai
jemaat Tesalonika yang menyebarkan berita di seluruh dan ke luar
dari Yunani, juga 3 hal penting dari pertobatan Kristen -- berbalik
dari berhala-berhala, melayani Allah dan menantikan Kristus. Jelas
berbeda dengan berhala-berhala dari orang yang berbalik, juga bentuk
dalam pelayanan mereka kepada Tuhan. Tapi selalu pemutusan dengan
yang masa lalu secara tegas ("kamu berpaling dari berhala-berhala
kepada Allah"), dan pengalaman sekarang akan membebaskan (untuk
melayani Allah yang hidup dan benar"), dan memandang ke masa depan
yang dinantikan ("untuk menanti Anak-Nya dari surga"). Tanpa
perpalingan ini, melayani dan menanti, tidak ada klaim pertobatan
yang diakui.
Hasil dari Penyebaran Injil
Dua pelajaran mengenai pengabaran Injil melalui gereja lokal dari
pasal ini:
1. Gereja yang menerima Injil harus meneruskan berita itu.
Tidak ada yang lebih ditekankan dalam 1Tesalonika pasal 1 daripada
urutan peristiwa: "Injil kami datang kepadamu ... dan engkau
menerimanya, dan bergema melalui engkau."
Setiap gereja lokal diharuskan Allah menjadi transmiter, penerima
pertama berita, dan melanjutkannya. Inilah rencana Allah yang
sederhana untuk dunia penginjilan. Jika setiap generasi menerimanya
dengan tanggung jawab, dunia sejak dulu telah di-Injili.
2. Gereja yang melanjutkan Injil harus mewujudkannya.
Kita telah melihat tidak hanya berita ditransmisikan dari
Tesalonika, tidak hanya orang Tesalonika yang menggemakan Injil
(penginjilan secara verbal), tapi berita pertobatan mereka sampai ke
mana-mana (Penginjilan desas-desus). Mungkin banyak yang mendengar
mengenai pemutusan orang Tesalonika terhadap penyembahan berhala dan
hidup baru nampak jelas dalam mereka. Maka mereka diyakinkan tidak
hanya melalui pendengaran tapi juga melalui penglihatan. Tidak ada
gereja yang dapat menginjil dengan memakai tingkatan masyarakat,
kecuali mereka dapat dipercaya dalam pewujudan nyata dari Injil
yang diberitakan. Manusia perlu melihat mengenai yang kita katakan.
Tanpa suatu penyajian secara audio-visual berita kita kehilangan
keasliannya.
Kiranya Allah memampukan gereja kita untuk menerima Injil dengan
sungguh-sungguh, menggemakan dengan keras dan jelas dan
mewujudkannya dalam hidup kita sehari-hari dalam iman dan kasih,
sukacita dan damai, kebenaran, pelayanan dan kebebasan!
[Penulis adalah Ketua dari The London Institute for Contemporary
Christianity. Judul asli artikel ini "Evangelization Through The
Local Church" dalam majalah World Evangelization March-April 1989.]
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum 6, September 1989 |
Judul Artikel | : | Gereja Tesalonika Setelah PI Paulus (Bag. II) |
Penulis | : | Dr. John R.W. Stott |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 31 - 32 |
e-JEMMi 06/2003