GEREJA TESALONIKA SETELAH PI PAULUS (Bagian I)
Eksposisi dari 1Tesalonika 1:5-10
(Oleh: Dr. John R.W. Stott)
Penyebaran Injil
Kisah tentang Yesus yang berbicara kepada perempuan Samaria dekat
sebuah sumur dan tentang Filipus yang duduk di sebelah orang
Ethiopia dalam keretanya, keduanya memberikan dasar Alkitab bagi
penginjilan pribadi. Juga penginjilan secara masal tercatat di
Alkitab seperti yang dilakukan Yesus kepada kerumunan orang Galilea,
dan khotbah Paulus di tempat terbuka di Listra. Tapi penginjilan
melalui gereja lokal dapat mengklaim diri sebagai cara yang paling
efektif dari segala macam cara pendekatan. Jemaat Tesalonika
merupakan contoh yang baik.
Di sini rasul Paulus menggariskan perkembangan Injil dalam tiga
tahap yang jelas.
1. Injil datang kepadamu (ayat 5).
Jelas Injil tidak datang sendiri ke Tesalonika. Injil dibawa oleh
Paulus, Silas dan Timotius (ayat 2) dalam perjalanan PI yang kedua.
Lukas menulis kisah ini dalam Kis 17 awal. Dan di sini Paulus
menjelaskan proklamasi Injilnya:
- Berita disampaikan dalam kata.
Benar bahwa Injil tidak datang hanya dalam kata saja. Tetapi
Injil diberitakan dalam kata. Materi berbentuk kata tidak kecil
peranannya dalam penginjilan. Karena Injil harus mempunyai isi
yang khusus, maka harus dikemukakan dengan jelas, secara verbal.
Jelas Injil juga dapat didramatisir, untuk memberikan citra yang
kadang lebih berkesan ketimbang sekedar kata. Namun demikian jika
berita Injil ingin dimengerti, Injil harus dituangkan dalam
bentuk kata-kata.
- Injil datang dengan kuasa.
Kata-kata mereka (rasul) sendiri lemah dan tidak efektif. Manusia
tidak selalu mau mendengar mereka atau manusia tidak dapat
mengerti mereka atau tidak memberikan perubahan pada mereka.
Kata-kata yang diucapkan dalam kelemahan manusia perlu diperkuat
dengan kuasa ilahi. Jika tidak, mereka gagal menjangkau pikiran,
kesadaran, dan kehendak para pendengar.
- Paulus mengabarkan Injil dengan keyakinan yang sungguh.
Kuasa menunjukkan kepada akibat obyektif dari pemberitaan,
keyakinan kepada kondisi subyektif dari pemberitaan. Paulus yakin
akan kebenaran dan relevansi dari isi berita. Keyakinan ini yang
membuatnya sangat berapi-api. Tapi keyakinan dan semangat jarang
ditemukan dalam pemberitaan Injil akhir-akhir ini.
- Dan dalam Roh Kudus.
Saya memasukkan ini pada point terakhir, karena bagi saya
sebenarnya ini sudah tercakup dalam tiga hal di atas. Kebenaran
firman, keyakinan memberitakan dan kuasa yang mengubah semua
datang dari Roh Kudus. Kebenaran, keyakinan dan kuasa adalah
ciri-ciri yang tidak bisa dihapuskan dari pemberitaan otentik.
Dan tiga hal ini muncul dari pelayanan Roh Kudus. Mereka sangat
dibutuhkan oleh pemberita pada zaman ini.
2. Kamu menerima Firman (ayat 6).
Seperti Paulus telah memberikan penjelasan dari khotbahnya mengenai
firman, maka sekarang ia menjelaskan penerimaan jemaat Tesalonika.
- Mereka menerimanya dalam penindasan berat.
Ada banyak oposisi terhadap Injil, kepada mereka yang
memberitakan dan mendengar Injil. Selalu ada si jahat yang
membenci Injil dan kesetiaan mereka yang memberitakan Injil
membangkitkan antagonismenya. Meskipun demikian, penganiayaan
tidak menghalangi iman dari jemaat Tesalonika.
- Mereka menerima firman dengan sukacita yang diilhamkan oleh Roh
Kudus (ayat 6).
Kita tidak harus kehilangan referensi kedua ini dari Roh Kudus.
Ia yang memberi kuasa kepada pemberita Injil, juga memberi
sukacita kepada yang menerimanya. Ia bekerja pada kedua belah
pihak. Juga berbicara dan sukacita adalah buah dari Roh Kudus
(Galatia 5:22). Ke manapun Injil pergi dan manusia berespon ada
sukacita di surga di antara malaikat Allah (Lukas 15:7-10). Dan
sukacita di bumi di antara umat Allah (seperti Kisah Para Rasul
8:8,39). Pola dari oposisi yang kelihatan dan sukacita di dalam
seringkali terulang dalam sepanjang sejarah gereja.
- Kamu menjadi penurut kami dan penurut Tuhan (ayat 6).
Petobat mengikuti pelajaran dan teladan dari rasul-rasul dan juga
Kristus, pemilik rasul-rasul itu. Untuk menerima firman lebih
dari sekedar penerimaan secara intelektual dalam kebenaran, juga
menyangkut satu transformasi lengkap dari kelakuan dengan menjadi
pengikut Kristus dan rasul-rasulnya secara seksama.
- Kamu menjadi contoh dari semua orang percaya (ayat 7).
Dr. Leon Morris menyebutkan, "peniru pada gilirannya akan
ditiru." Mereka yang mengambil Kristus dan rasul-rasul-Nya
sebagai model bagi diri sendiri, akan menjadi sebuah model bagi
orang lain.
Mengagumkan bila melihat efek dari Injil, di dalam mereka yang
menerimanya. Itu dapat berarti pertentangan, tapi juga menyangkut
sukacita di dalam melalui Roh Kudus, penurut Kristus dan rasul-rasul-Nya dalam merubah hidup dan juga menjadi contoh bagi orang
lain. Tapi jika pengkhotbah ditandai dengan kebenaran, keyakinan dan
kuasa, petobat juga akan ditandai dengan sukacita, semangat dan
ketaatan. Jangan seorangpun mengatakan bahwa Injil tidak diikuti
konsekuensi-konsekuensi yang sehat.
3. Firman Tuhan bergema terus dari engkau (ayat 8-10).
Kata kerja Yunani "execheo" (khusus dalam Perjanjian Baru) berasal
dari "echos", sebuah ekho atau gema. Menurut Kittel, berarti suara,
dering, gema, dengung, dentuman. Dipakai dalam Septuaginta untuk
bel, zither, trompet dan alat suara keras lainnya. Paulus
menggunakannya di sini untuk Injil. Apakah ia menyamakan pemberitaan
firman dengan dering bel, tiupan terompet (menurut Chrysostom) atau
dentuman bass (menurut Jerome)? Pengertiannya adalah suara Injil
yang menggema melalui lembah-lembah Yunani. Orang Tesalonika tidak
mampu untuk berdiam diri tentang itu. Karena Tesalonika adalah
ibukota dan terletak pada jalan Egna dan pelabuhan yang mempermudah
jalan menyeberang laut Egea ke Asia, tidak heran kalau Injil
tersebar jauh dan luas.
Lebih dari itu petobat baru tidak hanya menyebarluaskan Injil dengan
mulut tetapi berita pertobatan mereka, iman mereka yang baru dalam
Tuhan, diketahui di mana saja (ayat 8). Di dalam sebuah pelajaran
yang penting bagi kita. Kita adalah generasi media-penyadar. Kita
tahu kuasa dari media-massa pada pemikiran publik. Konsekuensinya
kita harus menggunakan media ini untuk penginjilan dengan cetakan,
kaset, dan film, dengan radio dan video, kita ingin memenuhi dunia
dengan kabar baik. Tekhnologi modern di bawah pimpinan Allah yang
dikembangkan manusia, harus dimanfaatkan untuk penginjilan.
Tapi ada cara lain yang jika kita bandingkan lebih efektif, tidak
memerlukan perlengkapan elektronik; sederhana saja, juga tidak
perlu organisasi maupun komputerisasi; spontan. Tidak mahal, tidak
butuh biaya: gosip yang kudus! Transmisi mengagumkan dari mulut ke
mulut sebagai hasil kabar baik atas manusia. "Sudah dengar peristiwa
ini dan itu? Sesuatu sedang terjadi di Tesalonika!"
[Penulis adalah Ketua dari 'The London Institute for Contemporary
Christianity'. Judul asli artikel ini "Evangelization Through The
Local Church" dalam majalah "World Evangelization", March - April
1989.]
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum 6, September 1989 |
Judul Artikel | : | GEREJA TESALONIKA SETELAH PI PAULUS -- (Bag. I) |
Penulis | : | Dr. John R.W. Stott |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 29 - 31 |
e-JEMMi 05/2003