You are hereArtikel / Melihat Gerakan Pertumbuhan Injili Tercepat di Dunia
Melihat Gerakan Pertumbuhan Injili Tercepat di Dunia
Sebelum Presiden Joe Biden bahkan mulai menjabat, pemerintahannya yang baru menjadwalkan komunikasi via telepon dengan para pejabat di Iran, ingin mengetahui apakah mereka bisa menyelamatkan kesepakatan nuklir tahun 2015. Di dalamnya, Iran berjanji untuk membatasi program nuklirnya untuk pekerjaan sipil dengan imbalan keringanan sanksi.
Tiga tahun lalu, Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan itu, menuduh bahwa Iran tidak memenuhi janjinya. Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi, dan Iran meningkatkan produksi nuklir.
"Sanksi itu sangat berat bagi ekonomi, dan rakyat," kata Paul Crabtree, seorang sumber Kristen yang dekat dengan wilayah tersebut. (Namanya telah diubah untuk tujuan keamanan.) Di Iran, "orang-orang memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang ini." Beberapa membandingkan Trump dengan Adolf Hitler. Yang lain berpendapat bahwa jika itu menyebabkan orang-orang membangkitkan kembali pemerintahan Iran, itu tidak akan sia-sia.
Bagaimanapun, situasi tersebut menggarisbawahi apa yang telah lama diketahui rakyat Iran: pemerintah mereka — satu-satunya negara teokrasi Islam di dunia — tidak memberikan utopia yang dijanjikan.
"Tidak cukup air, polusi sangat buruk, perencanaan struktural buruk," kata Crabtree. "Banyak orang sama sekali tidak mempercayai pemerintah.- Dan, karena pemerintah mengklaim sebagai manifestasi agama Islam, maka orang-orang juga semakin kecewa dengan keyakinan mereka.
Meskipun laporan resmi masih menyatakan bahwa 99,4 persen orang Iran mempraktikkan Islam, survei tahun 2020 menemukan bahwa hanya 40 persen yang benar-benar mengidentifikasi diri sebagai muslim. Jumlah yang lebih besar lagi — sekitar 47 persen — mengatakan bahwa mereka "bukan siapa-siapa", ateis, spiritual, agnostik, atau humanis. 8 persen lainnya mengklaim Zoroastrianisme, sebuah agama Persia kuno.
Dan sebagian kecil — 1,5 persen — mengatakan bahwa mereka adalah orang Kristen.
"Sekitar 20 tahun lalu, jumlah petobat baru Kristen dari latar belakang muslim antara 5.000 dan 10.000 orang," kata Crabtree. "Hari ini jumlahnya antara 800.000 hingga 1 juta orang. Itu pertumbuhan yang sangat besar." Menurut Operation World, Iran memiliki gerakan Injili yang tumbuhnya paling cepat di dunia.
Tak satu pun dari ini baik untuk rezim yang bergantung pada sebuah keyakinan pada Islam untuk tetap berkuasa. Tindakan keras menjadi semakin keras, terutama selama lima tahun terakhir. Akan tetapi, penginjilan tidak melambat. Terlepas dari pandemi, pelayanan telah melaporkan terjadinya pertumbuhan dalam keterlibatan dan minat dalam Injil melalui jangkauan media sosial atau penginjilan pribadi di antara orang-orang Kristen di Iran.
Salah satunya adalah studi Alkitab daring Nima Alizadeh. Selama beberapa tahun terakhir, kehadirannya telah berkembang dari 40 orang menjadi lebih dari 600.
"Saya mengajar empat hari seminggu," kata Alizadeh, yang membantu meluncurkan kembali situs TGC Farsi pada bulan Mei. Kelas-kelasnya berkisar mulai dari pemuridan dasar bagi orang percaya baru hingga teologi yang lebih dalam untuk orang-orang yang menginginkan lebih banyak.
"Muslim Syiah fanatik di Iran membuktikan kepada orang-orang bahwa Islam bukanlah jalan," katanya. "Ini memberi kami kesempatan untuk menunjukkan sebuah alternatif kepada orang-orang."
Teheran
Alizadeh lahir di Teheran dua tahun setelah revolusi Iran 1979, yang menggulingkan kerajaan negara itu demi sebuah teokrasi Islam. Ayatollah Ruhollah Khomeini dan korps pengawalnya mulai menegakkan kepatuhan ketat pada aturan Islam (termasuk penutup kepala atau kerudung & jubah wanita dan melarang alkohol), memberantas apa pun yang modern atau Barat (termasuk misionaris Kristen), dan tidak menyetujui apa pun yang menyenangkan.
Umat Kristen Persia telah berada dalam masalah jauh sebelumnya — populasi mereka telah menyusut di bawah tekanan budaya dan sekaligus penganiayaan sejak Arab Islam mengambil alih sekitar th.700 SM. Namun, pemerintahan Syiah sedikit demi sedikit menjadi sekuler, yang menyisakan sedikit ruang bagi orang orang Kristen untuk mempraktikkan iman mereka.
Di bawah hukum Islam, Kekristenan mengalami kesulitan. "Hanya ada sedikit pertobatan," kata Crabtree. Setiap penyebaran Injil sebagian besar terjadi di antara populasi Kristen historis, seperti Armenia atau Asiria. Di antara budaya Persia yang lebih besar, agama Kristen tampak mati.
Akan tetapi, ternyata tidak.
"Saya lahir di Teheran," kata Alizadeh. "Saya dibesarkan dalam keluarga muslim nominal, mencoba mempraktikkan cara ibadah Islam karena di sekolah dan di masyarakat Anda dipaksa untuk mengikuti Islam. Tapi saya tahu itu tidak berhasil."
Akan tetapi, ketika pamannya menjadi seorang Kristen, itu adalah "kejutan besar bagi kami semua," katanya. Pamannya tinggal di California; pada kunjungan berikutnya ke Teheran, Alizadeh bertanya kepadanya tentang hal itu. "Saya pikir Kristen untuk budaya Barat, dan Islam untuk budaya Timur," katanya kepada pamannya. "Mengapa Anda mengubah agama Anda?"
Maka pamannya menjelaskan tentang Yesus, yang tidak seperti yang Alizadeh dengar di sekolah. "Saat itu, saya percaya semua yang dia katakan. Saya sangat haus mendengar kebenaran. Mata dan telinga saya terbuka, dan saya memiliki keyakinan yang sangat besar di hati saya. Ini dia — inilah yang saya cari. Saya dilahirkan untuk mendengar ini."
Ceritanya bukan tidak biasa, kata Crabtree. Sebelum Syiah digulingkan, ribuan pelajar Iran belajar di luar negeri, banyak di Amerika Serikat. Setelah revolusi, gelombang lain melarikan diri dari penindasan Ayatollah. Banyak dari mereka sama-sama mengenal agama Kristen dan dapat mulai membagikannya kepada keluarga dalam perjalanan pulang.
Sementara itu, usaha Iran dalam teokrasi goyah, dan negara itu mengembangkan kepribadian ganda. Di depan umum, pria dan wanita dipisahkan; alkohol ilegal; dan semua orang membenci Barat. Namun, secara pribadi, ada pesta dan acara televisi Amerika. Sesekali, pemerintah mendatangi sebuah lingkungan dan merobohkan parabola semua orang. Keesokan harinya, orang-orang menempatkan kembali parabola mereka.
"Abbas Kiarostami, pemenang penghargaan sutradara yang meninggal pada tahun 2016, sebagian besar menggunakan orang sehari-hari ketimbang aktor dalam film-filmnya, karena Iran begitu terbiasa dengan peralihan antara kehidupan di dua dunia," diberitakan New York Times.
Alizadeh tahu betul tentang beralih.
Beralih untuk Bertahan
Pada usia 18 tahun, Alizadeh — selalu atletis — bermain bola basket secara profesional.
"Kedua orang tua saya adalah pemain bola voli profesional," katanya. "Tapi saat saya masuk SMA, tidak ada yang main voli. Bola basket sangat populer." Ayah Alizadeh membelikannya keranjang bola basket dan video Michael Jordan.
"Pada usia 16, saya bermain di jalan dan sebuah mobil menepi dan seorang pria memberi saya kartu dan mengatakan kepada saya, 'Saya melihat kamu bermain di sini, dan saya ingin mengundang kamu untuk datang ke klub saya untuk berlatih dengan kami,'" kata Alizadeh. Dia pun bergabung dengan tim pria itu dan dinobatkan sebagai "bintang tahun ini". Segera dia bermain secara profesional, memenangkan kompetisi slam dunk (suatu gaya memasukkan bola basket ke dalam keranjang dengan telapak tangan menyentuh besi pada ring basket - Red.) negara itu pada tahun 1999.
Dia tidak memberi tahu timnya apa pun tentang keyakinan barunya.
"Jika mereka tahu, saya akan dikeluarkan," katanya. Dan, saya mungkin akan ditangkap. Pertobatannya dianggap sebagai kemurtadan, pelanggaran serius yang bisa mengakibatkan hukuman mati. (Ketika Alizadeh berusia 9 tahun, seorang pendeta Assemblies of God dan pemilik toko buku disiksa dan digantung karena murtad. Lima tahun kemudian, tiga pendeta Protestan lainnya juga diculik dan dibunuh.)
Dia dengan hati-hati memberi tahu dua teman dekat tentang agama Kristen, dan mereka juga bertobat. Namun, ketiganya Kristen sendirian. "Kami tidak memiliki Alkitab," katanya. "Kami tidak tahu apa itu gereja."
Pada saat yang sama, Alizadeh berusaha keluar dari Iran, sangat ingin bermain bola di Amerika Serikat. Teman pamannya menyuruhnya pergi ke Korea Selatan, di mana seorang pria bisa memberimu visa ke Amerika. Alizadeh terbang ke Korea Selatan, tetapi ketika dia mengetahui bahwa visa itu palsu, dia menolaknya.
Alizadeh kembali ke rumah, tetapi sebelumnya dia bertemu dengan orang Iran lainnya. Mereka berdua tersesat, larut malam, sedang mencari kereta. "Kami berakhir di depan sebuah gereja," kata Alizadeh.
Dengan berani, dia mengambil kesempatan. "Saya berkata, 'Saya seorang Kristen.' Saya pikir dia akan sangat terkejut, tetapi dia berkata, 'Saya juga seorang Kristen.' Dan kami berdua mengenakan salib di leher kami — salib yang sama."
Teman baru Alizadeh bekerja dengan orang Korea Selatan yang mengelola sebuah hotel dan pelajaran Alkitab di Teheran. Mereka hanya beberapa blok dari rumah Alizadeh, dan dia mulai berjalan ke sana untuk belajar dengan mereka secara sembunyi-sembunyi.
"Saya memiliki begitu banyak pertanyaan, dan pendeta Korea tidak dapat berbicara bahasa Farsi dengan lancar," kata Alizadeh. Dia berkata, 'Kamu memiliki terlalu banyak pertanyaan. Aku harus mengirimmu ke orang Persia.'"
Orang Korea menyerahkannya kepada seorang Armenia-Iran, yang bekerja dengan Alizadeh selama tiga bulan sebelum memperkenalkannya kepada orang Kristen Iran lainnya. Dia tidak paranoid: terkadang mata-mata pemerintah tahu lebih banyak tentang Alkitab daripada orang Kristen, kata Crabtree. -Dan terkadang orang-orang diancam dan memulai jaringan gereja rumah mereka karena takut. Pemerintah akan menempatkan Anda di sebuah ruangan selama 30 hari dengan lampu menyala dan menginterogasi Anda, menghancurkan Anda secara mental dan emosional."
Akhirnya, Alizadeh dianggap cukup serius untuk diperkenalkan ke sebuah gereja.
"Itu adalah sebuah gereja rumah, dengan lima orang bernyanyi dan membaca dengan berbisik," katanya. "Saya jatuh cinta dengan grup itu dan bergabung. Setelah setahun, saya benar-benar bertumbuh dalam iman saya, dan mereka meminta saya untuk menjadi pemimpin pemuda."
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa gereja beranggotakan lima orang membutuhkan seorang pemimpin pemuda. Mereka belum membutuhkannya. Akan tetapi, selama setahun terakhir, lima orang Kristen itu bertambah menjadi 45 orang.
Pertumbuhan Injil
Gereja Alizadeh bagus dalam penginjilan.
"Setiap dari kami (di gereja rumah) memiliki sekelompok teman dan keluarga," kata Alizadeh. "Pertama kami akan pergi ke mereka." Terus, jumlah mereka bertambah.
"Kemudian kami berdoa untuk pergi ke kota yang berbeda," kata Alizadeh. "Kami berjalan sepanjang hari, pergi ke pusat perbelanjaan dan, jika seseorang tampak terbuka, kami akan memberitakan Injil dan membagikan traktat dan video."
Setiap kali dua atau tiga orang datang kepada Tuhan, gereja Alizadeh akan menghubungkan mereka satu sama lain dan membantu mereka mulai menginjili. Selama 20 tahun terakhir, gereja ini telah menanam sekitar 25 kelompok kecil lainnya di 12 kota. Sekitar 500 orang telah menyerahkan hidup mereka kepada Yesus.
Jenis pertumbuhan Injil seperti itu terjadi di seluruh negeri. Sebuah saluran televisi Kristen mulai mengudara dalam bahasa Farsi ke negara itu; kemudian, informasi membanjiri internet (dan tiga saluran televisi Kristen lainnya). Organisasi-organisasi menyelundupkan Alkitab. Maraknya perjalanan internasional juga membantu, dengan beberapa misionaris di Turki menjangkau orang-orang Iran yang sedang berlibur. Dan, ketika diaspora tumbuh, lebih banyak yang memiliki kesempatan untuk berpindah agama dan kemudian membagikan iman mereka kepada keluarga mereka di Iran, seperti yang dilakukan paman Alizadeh.
"Iran memiliki gereja dengan pertumbuhan tercepat dalam 10 sampai 20 tahun terakhir," kata Alizadeh. "Saya baru saja melihat buah pertamanya. Orang-orang begitu terbuka terhadap Injil — kami tidak dapat membayangkannya. Kami melakukan perjalanan ke utara untuk menginjili, dan orang-orang akan berkata, 'Oh, ya, itu dia.' Mereka menerimanya, memberi tahu teman-teman mereka. Tiba-tiba kami memiliki sebuah kelompok gereja. Rasanya mudah."
Namun, pada saat yang sama, itu menakutkan.
Pemerintah yang Menentang
Di Iran, siapa pun yang membagikan iman, menerbitkan literatur Kristen, atau mengadakan kebaktian gereja dalam bahasa Farsi dapat ditangkap — dan memang demikian. Hukumannya seringkali adalah penjara, dan masa hukumannya lama. Tahun lalu, dua orang Kristen yang bertobat dicambuk 80 kali karena minum anggur komuni, kemudian dipenjarakan selama beberapa tahun karena mengorganisasi gereja rumah. Pada tahun 2018, empat orang Kristen dijatuhi hukuman 10 tahun penjara — salah satu dari mereka semula dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada tahun 2010.
"Suatu hari kami pergi ke toko gitar untuk membagikan Injil," kata Alizadeh. "Pria itu sangat positif. Dia berkata, 'Oh, itu luar biasa. Izinkan saya menelepon teman saya untuk memberi tahu mereka juga.'"
Tapi dia tidak menelepon teman-temannya. Dia menelepon polisi.
"Kami lari," kata Alizadeh. "Kadang-kadang ketika kami membagikan traktat, orang-orang memegang tangan kami dan berkata, 'Apa yang Anda lakukan? Apakah Anda murtad? ' Kami kemudian lari. Itu sulit."
Akhirnya, jelas bahwa pemerintah mengetahui tentang Alizadeh. Seorang teman yang bekerja di bidang telekomunikasi mengetahui bahwa nomor telepon Alizadeh disadap. Pada hari lain, dua pria asing datang ke rumah untuk menanyakannya. Teman lain — yang ditangkap — datang ke Alizadeh setelah dia dibebaskan. "Hal pertama yang mereka tanyakan kepada saya adalah tentang Anda," lapornya. Dan kemudian seorang teman, yang telah tinggal dengan Alizadeh, pergi ke instansi pemerintah untuk wawancara tentang pekerjaannya. Dia tidak kembali ke tempat Alizadeh, tidak menjawab teleponnya.
Australia
Karena ketakutan, ibu Alizadeh mengirimnya untuk belajar di Armenia. Akhirnya, dia pergi ke Australia, di mana seorang penatua Anglikan berusaha untuk melayani orang Iran.
"Dia bisa mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Farsi," kata Alizadeh. "Dia telah melakukan pelayanan Farsi selama 19 tahun. Dia akan mencari penerjemah untuk menempatkan sesuatu secara daring." Saat dia bertemu Alizadeh, dia menangis. "Saya telah mendoakan seseorang seperti Anda selama 19 tahun," katanya.
Penatua itu mengajak Alizadeh masuk ke pelayanannya, mengajarinya teologi Reformed, dan mengarahkannya ke Moore Theological College. -Pendidikan itu adalah hal terberat yang pernah saya lakukan dalam hidup saya,- kata Alizadeh, yang bahasa Inggrisnya tidak lancar dan bahasa Yunani-nya lemah.
Akan tetapi, mempelajari teologi Reformed "mengubah saya secara besar-besaran," katanya. "Di Iran, saya tidak memiliki akses pada literatur, buku, teologi. Jadi, seminari adalah samudera teologi dan pengetahuan yang sangat luas, yang mengubah pikiran saya." Dia akan mempelajari konsep alkitabiah, dan kemudian mengajarkannya kepada jemaat pengungsi yang berbahasa Farsi.
Sepuluh tahun kemudian, dia melatih para pemimpin di jemaat. Setelah -- banyak doa dan nasihat, dia dan istrinya pindah ke California selatan untuk melayani orang Persia di sana. Itu adalah langkah strategis: California memiliki populasi Iran terbesar di luar Iran.
Teologi di Antara Orang-orang Amerika-Iran
87.000 orang Iran yang tinggal di daerah Los Angeles mulai berdatangan sekitar revolusi 1979. Alizadeh bergabung dengan mereka — seorang misionaris Iran yang diutus dari sebuah gereja Australia — pada tahun 2018.
Segera, dia menandatangani kontrak dengan Gereja Anglikan Amerika Utara dan staf Gereja Anglikan Grace. Dan, dia mendaftar ke organisasi nirlaba — Iranian Revelation Ministries. Itu adalah pengulangan dari situs web yang dia mulai di Sydney beberapa tahun sebelumnya, dengan tujuan berbagi teologi yang solid dengan negaranya.
Di Iran, agama Kristen sebagian besar adalah Pantekosta dan terkadang beralih ke teologi kesehatan dan kekayaan, kata Crabtree. Salah satu alasannya adalah takhayul dan mistisisme yang mengitari budaya tersebut.
"Pencarian mimpi dan keajaiban adalah bagian umum dari kehidupan sehari-hari orang Persia," katanya. "Pemimpin spiritual 'superior' seperti imam terkenal yang memberi tahu orang-orang apa yang harus dilakukan adalah ikon budaya. Selain itu, karena situasi ekonomi dan kesehatan terus memburuk di Iran, orang-orang mencari harapan di mana-mana dan di mana saja. Sangat mudah untuk meyakinkan mereka untuk berdoa dan berpikir bahwa Yesus akan menyelesaikan semua masalah mereka."
Akan tetapi, ketika orang Iran mendekati Injil untuk mendapatkan kesehatan, kekayaan, dan visa ke Amerika, mereka kecewa. "Di sinilah sumber daya teologis yang sehat, pemuridan daring, dan program pelatihan teologis sangat diperlukan," kata Crabtree. "Ada juga jurang yang besar antara pemuridan dan keterlibatan gereja lokal. Hal ini sebagian besar didorong oleh ketakutan akan penganiayaan dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya gereja lokal."
Internet membuat pendidikan menjadi lebih aman dan mudah daripada sebelumnya. Baik Third Mill dan Southeastern Baptist Theological Seminary menawarkan kursus bahasa Farsi daring, kata Crabtree.
Dan, tahun lalu, pandemi mengirim orang Iran daring lebih banyak daripada sebelumnya. "Selain jumlah pencari yang lebih tinggi selama COVID-19, kelompok tindak lanjut daring juga telah melihat orang-orang lebih bersedia untuk terlibat dalam kelompok pemuridan daring," National Christian Foundation melaporkan pada bulan Juni.
Saat ini, program pemuridan daring Alizadeh telah menggelembung dari 40 orang menjadi 620, dibagi menjadi kelas-kelas untuk para pencari dan orang percaya baru, teologi dan doktrin, dan studi Alkitab untuk orang percaya yang dewasa. Pada hari Sabtu, Alizadeh mengundang para pendeta dan pemimpin dari berbagai gereja di komunitas Iran untuk berbicara tentang masalah terkini.
"Enam puluh persen dari kelompok kami berasal dari Iran," katanya. Mereka bertemu di Zoom, menggunakan nama palsu dan memasang gambar apa saja. "Kami mencoba untuk aman, tapi mereka tahu itu berbahaya. Mereka bersedia mengambil risiko."
Pada bulan Mei, ia meluncurkan situs TGC Farsi dengan 100 artikel dan video terjemahan.
"Saya menerbitkan dua artikel dan satu video setiap minggu," katanya. "Kami sedang membangun platform media sosial kami dan mencoba mempromosikan TGC Farsi sehingga orang-orang dapat menggunakan konten kami serta terlibat dengan kami untuk rencana pemuridan lebih lanjut. Kami melakukan percakapan dengan orang-orang seperti Don Carson dan Mike Kruger untuk membahas beberapa masalah teologis yang kami hadapi di gereja Iran –– hal-hal seperti ineransi, Allah Tritunggal, bagaimana menghadapi pengajar palsu, dan bagaimana mengetahui bahwa kita dapat mempercayai Alkitab."
Meskipun sebagian besar di situs ini adalah penulis berbahasa Inggris, beberapa orang Iran juga menulis. Salah satu tujuan Alizadeh adalah membesarkan generasi baru Iran yang mampu menulis konten teologis yang solid.
Kembali ke Iran, "Ada banyak masalah, tapi juga banyak keindahan," kata Crabtree. "Orang tertarik pada kasih karunia dalam Injil, dibandingkan apa yang mereka lihat dalam agama dominan mereka."
Pertumbuhan bawah tanah mengingatkannya pada Lukas 17:20–21, di mana Yesus berkata bahwa kerajaan Allah akan datang tanpa tanda-tanda yang dapat terlihat: "Lihat, Kerajaan Allah ada di sini!" atau "Di sana!"
"Kita tidak selalu tahu di mana kerajaan itu," kata-Nya. "Dan itu hal yang bagus .... Roh-Nya sedang bekerja di tengah-tengah kita." (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
URL | : | https://www.thegospelcoalition.org/article/meet-the-worlds-fastest-growing-evangelical-movement/ |
Judul asli artikel | : | Meet the World’s Fastest-Growing Evangelical Movement |
Penulis artikel | : | Sarah Eekhoff Zylstra |
- Login to post comments
- 694 reads