You are herepenjangkauan / Enam Mitos Umum Tentang Misi
Enam Mitos Umum Tentang Misi
Orang Kristen Injili berkomitmen untuk menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus sampai ke ujung bumi. Itu amanat bagi kita. Selama dua ribu tahun, orang Kristen telah melintasi budaya yang tidak sempurna untuk membawa kabar baik ini. Dan, saat ini ada orang percaya yang berasal dari lebih banyak bahasa dan bangsa daripada sebelumnya.
Namun, seperti biasa, Setan bergerak secara rahasia, berkomplot untuk melawan pekerjaan Roh dan menyerang "karena ia tahu bahwa waktu yang dimilikinya singkat." (Wahyu 12:12, AYT). Dia sudah kalah, tetapi penyesatan informasinya terus berlanjut, dan terkadang kita tiba-tiba terlibat dalam memercayai kebohongan tentang misi Allah untuk semua bangsa. Diperlukan kerja keras untuk menyaring apa yang sebenarnya dilakukan oleh Roh di dunia: mitos tetap ada, dan banyak yang memercayainya. Jalan keluarnya adalah menjelaskan beberapa mitos paling umum yang dipercaya orang Kristen saat ini.
Kita Mengalami Panggilan Itu Sendirian
Sulit untuk menafsirkan panggilan Allah dalam hidup kita. Saya telah membaca jurnal saya sejak pertama kali menjadi seorang Kristen dan, wow, saya tidak mengerti apa yang saya bicarakan. Saya membutuhkan gereja berulang kali untuk membantu saya menafsirkan firman Tuhan dan panggilan-Nya dalam hidup saya. Anda juga, apa pun pekerjaan Anda. Menjadi misionaris adalah pekerjaan yang sulit, dan tidak seorang pun dari kita harus dibiarkan memikirkannya sendiri. Ada alasan mengapa surat-surat Perjanjian Baru memfokuskan begitu banyak waktu pada komunitas iman. Kita dengan mudah salah sangka terhadap kemampuan dan panggilan pribadi kita, dan keluar dengan keyakinan bahwa kita melakukan pekerjaan Allah. Kita cenderung berpikir tentang yang terbaik mengenai diri kita sendiri.
Bagaimana pun juga, perhatikan gereja Antiokhia, yang mengutus Barnabas dan Saulus, pemimpin yang sudah terbukti, dan menegaskan panggilan misionaris mereka dengan meletakkan tangan ke atas mereka (Kisah Para Rasul 13:1-3). Gereja harus mengirim misionaris keluar -- dengan cara yang berkenan kepada Allah.- (3 Yohanes 6), yang mencakup penegasan panggilan kita dan mempersiapkan kita untuk pergi. Memiliki persiapan dan konfirmasi yang baik bukan berarti semuanya akan berjalan lancar, tetapi hal itu membuat kita berhasil dalam jangka panjang.
Pelaporan Misi Harus Positif
Saya tidak berpikir banyak yang sengaja untuk berbohong. Bebannya nyata: Akankah orang memberi kepada saya atau organisasi saya jika tampaknya kami tidak efektif? Harapan yang dipicu oleh cuplikan dari kehidupan pahlawan misionaris kita telah memberi umpan untuk berpikir bahwa pelaporan misi harus selalu positif. Ada masalah dalam tingkat kelembagaan dan pribadi.
Pada tingkat kelembagaan, penelitian dan pelaporan dapat memberikan kesan kemenangan demi kemenangan. "Ratusan gereja telah ditanam." "Kami memimpin ribuan orang kepada Kristus dalam perjalanan misi jangka pendek organisasi." Dan, kemudian cerita-cerita ini diabadikan. Akan tetapi, mereka yang berada di lapangan sering kali putus asa ketika mendengar laporan ini, yang biasanya dibuat oleh orang-orang yang tidak memahami apa yang mereka alami. Teman saya pernah membaca buletin dari organisasi misinya sendiri dan, yang mengejutkan, dia telah memimpin banyak orang kepada Kristus!
Pada tingkat pribadi, misionaris dapat merasakan beban untuk menghasilkan laporan positif - atau, jika mereka mengatakan sesuatu yang negatif, untuk menghubungkannya dengan penganiayaan. Karakter bermedia sosial kita bersifat selektif, dan terkadang kita terkejut mengetahui pendapat orang tentang kita hanya berdasarkan postingan kita. Hal yang sama berlaku dalam pelaporan misionaris. Sebagai latihan, jalani minggu ini seperti biasanya, dan kemudian cobalah mengubahnya menjadi surat dukungan misionaris. Pikirkan tentang apa yang akan Anda tekankan dan apa yang akan Anda keluarkan. Anda mungkin mulai menghargai beban yang misionaris rasakan.
Setiap Orang Melakukan Misi Secara Salah
Banyak misionaris dapat memanjakan jiwa yang kritis, semangat yang juga saya rasakan sesekali. Kita perlu sangat berhati-hati tentang seberapa keras kita mengkritik praktisi yang mencoba bertahan di lokasi pelayanan yang sulit. Tim mana yang ingin mendengar dari seorang pria di AS bahwa cara mereka melakukan pelayanan itu salah?
Tentu saja, kita harus memegang Alkitab sebagai lensa untuk memahami bagaimana orang melakukan pendekatan misi, dan kita tidak boleh menghindar dari mencoba membawa reformasi ke dalam praktik misi. Akan tetapi, sebelum kita melakukannya, mari kita perhatikan Paulus, yang bersukacita hanya karena "Kristus diberitakan," meskipun motifnya buruk (Filipi 1:18). Mari pertimbangkan seberapa banyak yang kita ketahui tentang tempat-tempat yang jauh, dan kemudian melangkah dengan hati-hati saat kita mundur. Mudah untuk mengkritik dari jauh.
Misionaris Adalah Orang Kristen Super
Ketika kita berbicara tentang misi, kita cenderung berbicara tentang pahlawan. Pahlawan ini biasanya terlihat seperti kita dan telah meninggalkan apa yang kita miliki untuk kehidupan yang berbeda. Akan tetapi, ketika kita membaca biografi yang lebih realistis, kita menemukan semua jenis keanehan dan perilaku yang membingungkan.
Misionaris adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia (Efesus 2:8). Setiap masalah yang terjadi dalam gereja lokal Anda terjadi pula di ladang misi. Bahkan, jika misionaris dilatih, bersedia pergi, dan mengalami kesulitan, saudara dan saudari terkasih ini memiliki pergumulan dan sering kali merasa kesepian dan kewalahan. Mereka terkadang meneriaki anak-anak mereka. Pernikahan itu menantang. Hubungan dengan misionaris lain dapat menjadi tegang. Kenyataan ini seharusnya tidak mengejutkan siapa pun. Jika kita ingin menghargai Injil, bagian dari menghargai itu mencakup tidak dikejutkan oleh keberdosaan manusia.
Kebenaran ini bisa menjadi penyemangat jika Anda merasa tidak akan pernah bisa memenuhi standar yang Anda buat untuk diri sendiri. Itu juga bisa menjadi panggilan bagi gereja-gereja untuk tidak melupakan kebutuhan nyata dari orang-orang yang telah mereka kirim.
Semakin Jauh Anda Pergi, Anda Akan Semakin Berkomitmen
Beberapa calon misionaris berpikir bahwa jika Anda bepergian dengan tujuan ke tempat yang jauh, Anda akan lebih berkomitmen kepada Yesus daripada jika Anda tinggal di dekat rumah. Yang paling buruk, dorongan ini pada dasarnya memperlakukan misi sebagai proyek penemuan diri, dan semakin jauh Anda dari rumah, semakin fokus Anda. Akan tetapi, kenyataannya adalah bahwa sifat dosa dan kelemahan Anda tidak akan tertinggal ketika Anda naik pesawat. Hal-hal itu akan ada di sana saat Anda mendarat, dan lebih terpajan daripada sebelumnya.
Saat saya mengajak anak-anak saya memancing, secara naluriah mereka ingin melempar sejauh mungkin. Mereka menganggap ikan yang lebih besar dan lebih baik berada paling jauh dari mereka pada titik tertentu. Hal yang sama berlaku untuk banyak orang dalam pelayanan. Akan tetapi, kenyataannya adalah bahwa orang-orang di sebelah mungkin sama terasingnya dari Allah seperti orang-orang di bagian paling ujung dunia. Kita akan bijaksana untuk melakukan penginjilan sekarang dalam konteks kita sendiri sebelum kita pergi ke ujung bumi (Lukas 16:10).
Misionaris Bersemangat untuk 'Pulang'
Misionaris -- pulang -- untuk cuti atau selamanya. Kita dapat membayangkan bahwa misionaris akan menyukai kesempatan untuk berada dekat dengan keluarga dan teman-teman lamanya kembali. Namun, bagi banyak orang, penugasan pulang kebanyakan membuat stres.
Bayangkan Anda memiliki keluarga muda dan telah pergi selama lima tahun. Anda baru saja berteman dan menyesuaikan diri dengan budayanya, dan anak-anak Anda berada dalam rutinitas sekolah. Dan, kemudian Anda mundur selama enam sampai dua belas bulan untuk kembali pulang. Saya baru-baru ini mendengar seorang misionaris mengatakan bahwa dia merasa paling jauh dari Kristus selama penugasan pulang karena betapa mati rasanya kehidupan sehari-hari baginya di Amerika Serikat. Gereja pengirim akan bijaksana untuk mempertimbangkan dengan hati-hati harapan yang mereka ingin berikan pada orang-orang yang mungkin lega untuk kembali ke tempat pelayanan mereka ketika cuti selesai.
Namun, masalahnya dapat terasa lebih akut ketika misionaris kembali secara permanen (untuk alasan apa pun). Mereka biasanya mendengar, "Bukankah Anda senang berada di rumah?" dan jawabannya jarang sekali adalah "Ya!"
Tentu saja, ada banyak hal yang disukai tentang kedekatan dengan keluarga, tetapi ada alasan yang lebih signifikan mengapa hal itu sulit. Beberapa misionaris mendapati diri mereka menghadapi guncangan budaya terbalik, tidak dapat menavigasi budaya tempat mereka dibesarkan. Teman dan keluarga telah berubah setelah mereka pergi. Anak-anak tidak senang meninggalkan teman-teman mereka "di rumah". Hubungan jadi membingungkan, dan pekerjaan terasa tidak bermakna.
Seorang teman yang pernah menjadi misionaris di Uganda pernah berkata kepada saya, -Di Uganda saya bertanggung jawab atas proyek jutaan dolar dan memimpin banyak orang kepada Kristus, tetapi sekarang saya kembali ke AS, saya harus meminta izin apakah saya bisa meletakkan serbet di atas meja saat sarapan pagi bersama yang lain." Pulang sering kali menyakitkan, membingungkan, dan membuat mati rasa.
Misi Tanpa Mitos
Kita telah diberi amanat yang tidak bisa diabaikan. Kita akan menjadi pihak yang mengirim atau pergi. Akan tetapi, kita juga harus menyadari bagaimana mitos membentuk ibadah dan praktik kita. Sikap kita bisa menjadi salah arah. Tindakan kita bisa jadi tidak dewasa.
Mengungkap mitos-mitos ini tidak dimaksudkan untuk meredam hasrat bagi bangsa-bangsa, atau memuaskan keinginan untuk menjangkau demi nama-Nya, atau menyebabkan Anda ragu-ragu untuk menaati Yesus. Ini adalah tentang melihat dunia sebagaimana adanya untuk lebih melayani umat global Allah yang Dia panggil kepada diri-Nya sendiri. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Desiring God |
URL | : | https://www.desiringgod.org/articles/six-common-myths-about-missions |
Judul asli artikel | : | Six Common Myths About Missions |
Penulis artikel | : | Darren Carlson |
- Login to post comments
- 2326 reads