You are heree-JEMMI No.24 Vol.07/2004 / Apakah Pelipatgandaan Rohani Sungguh-Sungguh Berjalan?
Apakah Pelipatgandaan Rohani Sungguh-Sungguh Berjalan?
Saya yakin bahwa pelipatgandaan rohani sangat efektif dalam memenuhi Amanat Agung. Pada tahun 1962, keluarga saya pindah ke Singapura untuk membuka pelayanan Navigator -- kota yang menjadi pusat jutaan manusia di Asia. Dalam radius tiga ribu kilometer dari Singapura terdapat setengah penduduk dunia.
Beberapa minggu setelah kedatangan saya, saya memutuskan untuk meluangkan waktu sehari dengan Allah, memohon janji-janji-Nya dan mencari strategi untuk pelayanan baru ini. Allah menarik perhatian saya melalui Kitab Kejadian 13:17, "Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Latar belakang ayat ini adalah janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan berlipat ganda dan memberkati seluruh dunia.
Pada suatu hari Minggu pagi, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan berdoa dan merenungkan firman sambil berjalan mengelilingi pulau Singapura. Jarak antara pelabuhan pusat Singapura ke ujung pulau yang menghubungkan dengan Malaysia hanya tiga puluh kilometer. Saya duduk di bangku sambil melihat pelabuhan paling sibuk nomor tiga di dunia. Saya mengamati ratusan kapal keluar dari pelabuhan ke pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia. Saya meminta Allah memberi saya hak istimewa untuk mengutus orang-orang yang sama seperti saya untuk menjangkau seluruh sudut muka bumi. Sepanjang hari, ketika saya berjalan dari satu ujung ke ujung yang lain pulau itu, saya mohon kepada Allah supaya membangkitkan generasi-generasi kelompok hamba-Nya yang bersedia menjangkau seluruh Asia dan lebih jauh lagi.
Menjelang sore hari saya berhenti di Kranji Memorial, sebuah makam khusus bagi mereka yang telah memberikan hidup untuk mempertahankan Singapura dari serbuan Jepang pada tahun 1942. Nama dari 22.000 prajurit terukir di batu peringatan di bawah tulisan yang mengekspresikan bahwa para prajurit itu mati dan yang lain mungkin masih hidup. Terlintas dalam benak saya bahwa jika ribuan prajurit bersedia mati untuk takhta Inggris yang nun jauh di sana dan yang tak kekal, tentu harus ada orang-orang yang bersedia memberikan hidupnya untuk Yesus Kristus, Raja yang Kerajaan-Nya kekal selama-lamanya. Sore hari itu saya mohon Allah memberikan kesempatan bagi saya untuk meletakkan fondasi bagi generasi-generasi rohani.
Kini, saya telah mempunyai seorang cucu rohani di Singapura. Selama masa tugas dalam dinas Angkatan Laut, saya telah banyak waktu untuk memuridkan seorang rekan sejawat. Setelah perang selesai, ia bekerja sebagai guru di Singapura. Apa yang pernah saya ajarkan kepadanya diteruskannya kepada seorang pemuda Singapura yang bernama Tom Lee. Tom menjadi salah satu fondasi untuk menjangkau generasi berikutnya.
Orang kunci yang lain adalah Jim Chew yang mendapat lima bulan pelatihan dari seorang staf Navigator, Warren Myers di Vietnam. Jim menemui kami ketika kami tiba di Singapura. Ia telah memulai melatih murid-murid untuk Kristus.
Selama delapan tahun, istri saya dan saya membuka pintu lebar-lebar dengan menyediakan diri untuk pelayanan pribadi lepas pribadi. Beberapa orang Asia datang dan tinggal di rumah kami agar pelayanan kontak lebih intensif.
Selama tahun terakhir, saya memimpin pelayanan Navigator di Singapura, saya juga ditugaskan membuka pelayanan baru di Indonesia. Waktu saya sangat terbatas karena saya menggunakan sepertiganya untuk pelayanan keliling di luar Singapura. Selama tahun terakhir ini, kami tidak banyak mempunyai program dan kegiatan kelompok-kelompok sebagaimana biasanya. Saya menghabiskan waktu untuk mendorong dan membina rekan-rekan dalam pelayanan pribadi lepas pribadi. Kami menetapkan sasaran untuk mendapatkan tiga puluh orang pahlawan (1 Tawarikh 11:10) dan tiga puluh wanita saleh (Amsal 31) dalam tahun itu. Kualifikasi utama untuk menjadi seorang pahlawan atau seorang wanita yang saleh adalah untuk berlipat ganda sampai generasi ketiga atas dasar pelayanan pribadi lepas pribadi. Dengan kata lain, tantangannya adalah menjadi kakek atau nenek rohani. Di samping itu, mereka harus tetap bertemu dengan murid lain setiap minggu. Setiap murid diperiksa ketekunannya bersaat teduh, menghafal ayat, dan memahami Alkitab secara pribadi. Akhirnya, setiap murid harus mempunyai paling sedikit satu pelayanan di gereja setempat.
Saya menjadwalkan bertemu secara pribadi dengan enam orang bila saya tidak keliling ke luar negeri. Setiap orang bertemu pula dengan orang lain. Istri saya bertemu dengan beberapa wanita dan para wanita itu pun bertemu dengan para wanita lain, demikian seterusnya. Semua murid pria dan wanita melipat ganda hingga generasi ketiga; bahkan dua di antara mereka melipat ganda sampai generasi keempat. Kemudian, satu orang, ia memiliki generasi kelima. Dengan anugerah Allah pada akhir tahun kami meluluskan tiga puluh tujuh wanita saleh dan tiga puluh empat pahlawan pria.
Sukacita yang digerakkan oleh kesaksian orang-orang ini memberikan semangat kepada orang lain untuk melakukan suatu jenis pekerjaan yang sama. Dengan demikian, formula pemuridan individu berkembang ke seluruh penjuru kota. Kami tidak mengelola semua ini, tetapi hanya mengambil bagian dalam memberikan dorongan di dalamnya.
Lima belas tahun kemudian, dalam perjalanan saya mengunjungi Singapura, saya membaca di surat kabar bahwa setengah dari kaum intelektual Singapura yang berbahasa Inggris adalah orang Kristen. Dahulu, hanya kurang dari sepuluh persen. Sesuatu telah terjadi dalam kurun waktu dua dekade. Dengan pelayanan banyak kelompok dalam pemuridan seperti Youth for Christ, Campus Crusade for Christ, Scripture Union InterVarsity dan gereja-gereja -- seperti Methodist, Brethren, Baptis, Presbiterian, Sidang Jemaat Allah, dan lain sebagainya -- sehingga kota Singapura yang kompleks berubah karena orang-orang yang bersaksi dengan iman tentang pengalamannya kepada orang lain.
Kami memulai beberapa mata rantai pelipatgandaan itu, tetapi kami tidak mampu menguasai lagi hasilnya. Pelayanan pribadi lepas pribadi meledak ke segala penjuru. Kelompok-kelompok Kristen dan denominasi yang lain menangkap ide pelayanan ini dan menerapkannya dengan modifikasi dan standar mereka. Singapura tetap cocok untuk pelayanan pelipatgandaan rohani karena negara ini kecil dan erat sekali hubungannya sehingga sangat mudah dijangkau. Tak ada alasan untuk tidak saling berhubungan. Setiap bayi rohani melipat ganda atau mati di depan mata kita.
Kini Singapura sangat berpengaruh di seluruh Asia dan telah mengirimkan para pemurid ke India, Thailand, Jepang, Hong Kong, daratan Cina dan negara-negara lainnya. Murid yang setia akan menjangkau orang lain yang nantinya juga akan menjangkau orang lain. Pelipatgandaan rohani adalah mata rantai vital dalam memenuhi Amanat Agung.
Bagaimana Anda menerapkan pelajaran-pelajaran dari buku ini? Ingat, tuaian bukan saja di ladang nun jauh di sana; ladang pelayanan adalah di depan pintu Anda sendiri. Itulah sedikitnya langkah pertama. Pertama, di tempat Anda berada, kemudian di daerah sekitar Anda; selanjutnya kita diutus "sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8).
Akan tetapi, waktu yang tepat untuk mulai adalah hari ini! Benih Injil ada di dalam Anda. Menangkan seorang bagi Kristus. Tolonglah bayi baru itu untuk bertumbuh. Mulailah melipatgandakan diri Anda di dalam hidupnya. Bagikan kepadanya prinsip-prinsip hidup yang berpusat pada Kristus. Tanamkan pandangan dunia di dalamnya. Anda mengajar agar ia melipatgandakan dirinya, selanjutnya rantai pelipatgandaan rohani terus berjalan di seluruh dunia.
Diedit dari sumber: | ||
Judul Buku | : | Pemuridan dengan Prinsip Timotius |
Judul Artikel | : | Apakah Pelipatgandaan Rohani Sungguh-sungguh Berjalan? |
Penulis | : | Roy Robertson |
Penerbit | : | Yayasan Andi, Yogyakarta, 2001 |
Halaman | : | 130 -- 134 |
Sumber | : | e-JEMMi 24/2004 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 7036 reads