Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Lebih dekat dengan lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas Budaya
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
| negara 22
dari 43 negara

M E S I R

Presiden Mesir, Hosni Mubarak, mendeklarasikan Hari Natal sebagai hari libur nasional untuk pertama kalinya dalam sejarah negara Mesir. Coptic Christians merayakan Natal pada tanggal 7 Januari 2003 dan tanggal ini dijadikan hari libur resmi. Di masa lalu, festival- festival agama Kristen tidak dianggap sebagai hari libur umum meskipun umat Kristen di negara ini jumlahnya kurang lebih 10% dari populasi penduduk Mesir. Perwakilan dari Word Centre for Human Rights di Kairo mengatakan bahwa mereka telah meminta pemerintah untuk menjadikan Hari Natal sebagai hari libur resmi sejak tahun 1995. "Kami menyambut dengan baik keputusan dari Presiden Mubarak yang menyatakan tanggal 7 Januari sebagai hari libur resmi di seluruh Mesir." Hal ini merupakan keputusan yang bijaksana dan dapat semakin memperkuat kesatuan nasional.

Sumber: What In The World, December 31, 2002

  • Bersyukur atas keputusan yang telah dibuat oleh Presiden Mubarak sehingga umat Kristen di Mesir bisa leluasa dalam merayakan Natal.
  • Doakan agar perhatian yang diberikan oleh pemerintah ini menambah semangat umat Kristen di Mesir untuk membangun iman mereka dan juga untuk memperkuat kesatuan nasional.

e-JEMMi 51/2003


"Listrik di ruangan pertemuan gereja mati lagi, Anda hanya bisa mendengar suara-suara dari 12 jemaat yang hadir." cerita seorang penduduk desa. "Apakah kita harus membatalkan pendalaman Alkitab yang telah kita nanti-nanti?" Seorang dari jemaat itu berkata, "Kita dapat bersekutu di rumahku. Tetapi karena rumahnya berhimpitan dengan rumah-rumah tetangga maka kita terpaksa tidak bisa memuji Tuhan dengan suara keras." Saat itu merupakan sore yang spesial. Allah menjamah kami secara luar biasa dan perasaan sukacita melingkupi hati kami. Jemaat-jemaat lain juga merelakan rumah mereka sebagai tempat persekutuan. Sejak saat itu, kami bersekutu di rumah- rumah yang berbeda setiap minggunya. Hal yang menarik, di beberapa rumah para pemuda yang tidak pernah pergi ke gereja turut bersekutu dengan kami. Para tetangga yang mengetahui persekutuan kami secara spontan minta didoakan. Para tetangga berkomentar, "Lihat, gereja sudah meruntuhkan dinding-dinding pembatasnya." Hanya dalam waktu enam minggu, ada enam orang baru yang ikut bersekutu dengan kami, dan ada enam orang lainnya yang kadang-kadang ikut bersekutu. Itu adalah awal dimulainya sebuah gereja rumah yang terus berlanjut meskipun permasalahan-permasalahan listrik di gereja telah diselesaikan.

Sumber: Mission Network News, October 7, 2002

  • Bersyukur untuk cara Allah bekerja di tengah-tengah umat-Nya.
  • Bersyukur atas semangat penduduk desa yang tetap mau bersekutu meskipun ada hambatan dalam gereja setempat.
  • Doakan agar melalui gereja rumah yang terbentuk, maka akan memungkinkan lebih banyak orang yang tertarik untuk mengenal kasih Yesus.

e-JEMMi 43/2002


"G.S., salah satu staf kami, mengunjungi desa-desa terpencil di Mesir enam hari setiap minggu untuk mengabarkan Injil," seperti dilaporkan "Ziel 19", newsletter dari Schweizer Missionsgemeinde (Swiss Missions Church). "Kadang dia memutuskan untuk memberitakan Injil di tiga desa dalam satu hari. Dia harus menghadapi banyak masalah. Namun, dia melihat bahwa tugasnya ini merupakan panggilan Tuhan terhadap dirinya. Baru-baru ini dia menulis, ´Aku begitu terpanggil untuk melayani 12 desa di Propinsi Asiut. Aku harus mengunjungi mereka meskipun banyak tantangan yang harus aku hadapi di sana. Semakin kuat perlawanan yang aku hadapi, semakin banyak pintu terbuka yang aku temukan di desa-desa tersebut saat aku tiba di sana. Misalnya, para lelaki di desa E.T. memasang penghalang berupa bebatuan dan jerami di jalan yang kulalui. Ketika aku mencapai penghalang tersebut, mereka serentak membakarnya. Aku hanya menunggu dan berdoa. Ketika api telah padam, aku berjalan diantara bara-bara itu dan mereka mundur tanpa mengganggu aku. Aku dapat berkhotbah dengan bebas, dan banyak yang berkumpul untuk mendengarkan Firman Tuhan. Di E.E., mereka langsung mengalirkan air dari kanal ke jalan, sehingga aku tidak akan bisa melanjutkan perjalanan. Aku menunggu, sambil berdoa seperti dalam Yesaya 43:2, ´Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.´ Air itu kemudian semakin surut, dan orang-orang yang ingin mengganggu aku ikut menghilang bersamaan dengan menguapnya air itu. Aku kembali menemukan bahwa orang-orang di desa itu menjadi terbuka terhadap Injil. Di desa lain, aku harus berhadapan dengan para pria fanatik yang mengutuki aku dengan suara keras dan mencoba untuk menghentikan langkahku. Namun, mereka tidak menyerang aku. Desa berikutnya adalah desa yang paling berbahaya; penduduknya melempari aku dengan batu, tetapi aku tidak terluka, seolah-olah ada perisai yang melindungi aku. Di desa itu, aku dipakai Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit melalui doa dan mengusir roh jahat dari tubuh seseorang. Saat ini, Injil telah mengubah kehidupan banyak penduduk di desa-desa yang aku kunjungi secara teratur.´"
Sumber: FridayFax, September 24, 2004

  • Bersyukur untuk G.S. yang tetap memegang teguh panggilannya untuk memberitakan Injil di desa-desa terpencil di Mesir. Doakan untuk pelayanannya agar semakin diberkati Allah dan banyak jiwa boleh mengenal Kristus melalui pemberitaan Injil yang disampaikannya.
  • Berdoa bagi para petobat baru dan mereka yang telah mengenal Kristus di desa-desa tersebut. Iman mereka bisa bertumbuh dan mereka bisa semakin mengenal Yesus serta menjadi serupa dengan Dia.

e-JEMMi 40/2004


Gereja Pentakosta di Mesir berkembang tiga kali lipat. Menurut Presiden dari "Pentecostal Churches in Egypt", jumlah gereja dalam denominasinya telah berlipat ganda sejak tahun 2001. Pada tahun tersebut telah ada 35 gereja yang berdiri. Saat ini, jumlah gereja telah berkembang menjadi 75 gereja. Beliau juga menyatakan bahwa strategi pertumbuhan suatu gereja dilakukan bersama dengan Gereja Joong-Ang di Korea. Pendeta senior dari Gereja Joong-Ang yang mempunyai jemaat 80.000 orang di Seoul, Korea Selatan, akan mengadakan outreach penginjilan di Mesir pada akhir tahun 2005 nanti.
Sumber: FridayFax, December 24, 2004

  • Bersyukur untuk perkembangan pesat yang dialami gereja-gereja Pantekosta di Mesir. Doakan supaya perkembangan ini memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar gereja- gereja tersebut.
  • Berdoa untuk rencana dan persiapan outreach penginjilan yang akan dilakukan oleh pendeta senior dari Gereja Joong-Ang di Seoul.

e-JEMMi 02/2005


"Peristiwa tersebut sungguh di luar dugaan bagi beberapa penumpang bus -- mereka terkejut dan pucat saat menyaksikan seorang pemuda yang baru saja dibebaskan dari pengaruh kuasa gelap," demikian laporan dari pelayanan misi Ziel 19. Ibu F.W., seorang penginjil dari Mesir yang sedang melakukan perjalanan dengan bus tersebut. Di dalam bus dia memperhatikan ada penumpang lain yang mengeluarkan suara-suara aneh, matanya berputar-putar, dan kadang-kadang dia menggeliat di tempat duduknya. Penumpang-penumpang yang lain hanya memalingkan muka, sampai akhirnya Ibu F.W. tidak tahan menyaksikan keadaan tersebut. Dia mendatangi pemuda itu dan berkata dengan suara keras "Dalam nama Tuhan Yesus, tinggalkan orang ini! Dan tinggalkan bus ini juga!" Semua penumpang memandang dengan heran saat pemuda itu bergumam dan badannya bergetar. Setelah itu, pemuda tersebut memandang sekelilingnya dengan mata bersinar dan berkata, "Hey! Si setan sudah pergi! Saya dapat merasakannya! Saya mengucapkan terima kasih untuk apa pun yang telah Anda lakukan terhadap saya!" Pemuda itu tertawa lepas dan sangat bersukacita. Tak pelak lagi, setan itu telah keluar dari badannya dan dari bus tersebut -- dan tidak ada penumpang lain yang kerasukan. Ibu F.W. tinggal di dalam bus itu lebih lama dari yang dia rencanakan. Karena pemuda yang kerasukan tadi dan banyak penumpang lainnya menanyakan banyak hal. Hal ini tidak lazim terjadi di Mesir. Dalam kenyataan biasanya tidak lazim bagi seorang wanita berbicara dengan kaum pria, terutama di dalam bus yang penuh sesak.
Sumber: FRIDAY FAX, April 8th, 2005

  • Bersyukur untuk Ibu F.W. yang bisa menggunakan kesempatan yang dimilikinya untuk memberitakan Injil kepada para penumpang di bus. Berdoa bagi misionaris yang melakukan pekerjaan Tuhan di Mesir supaya dapat memakai setiap peluang untuk memberitakan Injil dan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus.
  • Doakan pelayanan follow-up bagi para penumpang bus tersebut supaya mereka bisa ditolong agar bisa bertumbuh menjadi saksi-saksi Kristus di wilayahnya masing-masing.

e-JEMMi 16/2005


Sekelompok pelayanan misi di Mesir telah mendorong adanya kebebasan beragama. Reformasi yang terjadi di Mesir telah memperoleh tanggapan positif dari pers. Hal ini merupakan saat yang sangat menentukan untuk membahas tentang penganiayaan umat Kristen. Todd Nettleton, perwakilan dari Voice of the Martyr mengatakan bahwa baru-baru ini Gaser Mohammed Mahmoud telah bertobat. Keluarganya sepakat memasukkannya ke rumah sakit jiwa dimana dia akan mengalami penganiayaan. "Jika Anda seorang non-Kristen yang ingin menjadi Kristen, hal itu tidak mungkin dilakukan. Anda tidak bisa memperoleh kartu identitas baru dimana Anda tidak bisa mendaftarkan ulang perpindahan kepercayaan yang Anda anut. Mesir merupakan negara yang masih memberlakukan diskriminasi terhadap umat Kristen, khususnya bagi mereka yang dulunya non-Kristen dan kemudian menjadi Kristen." Dikatakan oleh Nettleton bahwa adanya kejadian ini menyuarakan kebenaran tentang tindak kekerasan yang dialami umat percaya. "Pemerintah Mesir menutup mata tentang kejadian tersebut, dan dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan mengakuinya di depan publik bahwa peristiwa yang dialami Gaser berkaitan dengan penganiayaan umat Kristen di Mesir. Kenyataannya, jika Gaser Mohammed Mahmoud tidak pindah kepercayaan, pasti dia tidak berada di rumah sakit jiwa."
Sumber: Mission Network News, May 31st 2005

  • Doakan Gaser Mohammed Mahmoud agar tetap bertahan dan teguh dalam imannya kepada Kristus. Berdoa juga bagi keluarganya supaya hati mereka dibukakan untuk menerima Gaser, terlebih juga untuk menerima Kebenaran Sejati.
  • Berdoa bagi petobat baru dan mereka yang telah mengenal Kristus agar terus dikuatkan dan dibangun imannya kepada Yesus.

e-JEMMi 23/2005


|




 Ke atas 
© 2003 YLSA