You are hereArtikel Misi / Hakikat Gereja: Gereja Ada dari Misi dan untuk Misi
Hakikat Gereja: Gereja Ada dari Misi dan untuk Misi
DEFINISI MISI
Pengertian dan paradigma yang keliru tentang misi dan pekerja misi banyak terdapat di gereja-gereja. Misi seakan menjadi satu kata yang asing atau menakutkan dan harus dijauhi. Bahkan, mungkin masih banyak yang menganggap misi adalah kategori pelayanan yang dikerjakan oleh orang-orang Barat. Sementara itu, yang lain berpikir bahwa misi itu pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh gereja yang besar dan kaya. Mustahil gereja kecil dan miskin bisa terlibat dalam pekerjaan misi. Lebih banyak lagi yang beranggapan bahwa mereka yang terlibat dalam pekerjaan misi adalah orang-orang tertentu saja, bukan bagianku. Bahkan ada gereja-gereja yang sama sekali tidak menaruh peduli dengan misi. Tidak ada waktu bagi mereka untuk memikirkan pekerjaan misi apalagi terlibat di dalamnya karena terlalu banyak yang harus dipikirkan oleh gereja. Singkatnya, banyak alasan bisa diangkat untuk menghindar dari misi. Padahal, bukankah misi adalah tugas dan tanggung jawab gereja yang paling utama?
Dari sekian banyak definisi misi yang ada, saya mengutip dua definisi yang sering saya pakai, yaitu definisi dari Advancing Church Mission Commitment (ACMC). Definisi ini dibuat dan disepakati oleh kira-kira 170 orang pimpinan gereja dan badan-badan misi. Yang pertama, misi adalah:
"Setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk menjangkau melampaui kebutuhan gereja Anda dengan tujuan untuk melaksanakan Amanat Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus, menjadikan murid dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia baik jasmani maupun rohani."
Yang kedua, mengenai gereja misioner yang aktif dan sehat, digambarkan sebagai:
"Gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan sedunia. Setiap anggota jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci dalam menggenapi Amanat Agung dan memobilisasi sumber-sumber dayanya semaksimal mungkin untuk tugas ini."
Bishop Stephen Neil mengatakan, "Mission is the intentional crossing of barriers from church to non-church in word and deed for the sake of the proclamation of the Gospel." (Misi adalah setiap usaha sengaja untuk melintasi atau menerobos rintangan-rintangan dari gereja kepada non-gereja demi memproklamirkan Injil dalam kata dan karya.) Jadi, yang dikategorikan sebagai misi adalah pekerjaan yang memikirkan kebutuhan di luar tembok gereja. Berangkat dari definisi tersebut, setiap orang percaya mendapat hak istimewa untuk ambil bagian dalam pekerjaan misi, siapa pun dan apa pun kondisi kita, di mana pun dan kapan pun, masing-masing dengan cara dan ukuran yang sesuai dengan talenta yang Tuhan percayakan.
"WE ARE IN THE WORLD, BUT NOT OF THE WORLD"
Ungkapan ini berarti bahwa kita berada di dalam dunia, tapi bukan berasal dari dunia. Hal ini menegaskan bahwa gereja diciptakan oleh Allah sendiri, tidak seperti lembaga-lembaga lain di dunia ini. Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang ditebus oleh darah Yesus Kristus dan menjadi milik Allah demi kemuliaan-Nya. Gereja bukanlah gedungnya sekalipun gedung adalah sarana fisik yang diperlukan sebagai wadah bagi jemaat bersekutu dan tumbuh bersama sebagai murid-murid Kristus.
Walaupun demikian, cerita dalam Perjanjian Lama tentang tempat ibadah umat Allah yang berkaitan dengan bangunan fisik patut disimak. Kitab 1Tawarikh 29 menyaksikan Bait Allah dibangun dengan biaya (menurut perhitungan mata uang Indonesia waktu berada dalam puncak krisis ekonomi) lebih dari 20 trilyun rupiah. Dari sekian besarnya biaya itu, Raja Daud menyumbang kira-kira 100 ton emas dan kira-kira 200 ton perak murni ditambah dengan persembahan kasih dari jemaat yang menyumbang ratusan ton emas, ratusan ton perak murni, tembaga, dan barang-barang berharga yang lain. Ketika Bait Allah telah selesai dibangun dan ditahbiskan dalam 2 Tawarikh 6, Salomo berdoa, isinya antara lain penyataan dan permohonan kepada Tuhan untuk mendedikasikan tujuan dari pembangunan Bait Allah itu. Tujuan itu tercakup dalam 2Tawarikh 6:33, yaitu supaya melalui Bait Allah ini segala bangsa di bumi mengenal nama Allah yang disembah bangsa Israel. Kemegahan Bait Allah kemudian menjadi kesaksian bagi nama Tuhan Allah dengan luar biasa. Berikutnya, sejarah mencatat bahwa Bait Allah ini dihancurkan oleh musuh-musuh bangsa Israel. Allah tidak malu Bait Allah dihancurkan. Dia mengizinkannya. Daniel 1:2 menyaksikan bahwa Tuhan menyerahkan Yoyakim, Raja Yehuda dan sebagian perkakas rumah Allah ke dalam tangan Nebukadnezar. Salah satu sebabnya ialah karena Bait Allah tidak lagi menjadi kesaksian bagi segala bangsa di bumi seperti doa Raja Salomo dan tujuan semula Bait Allah ini didirikan.
Bait Allah Perjanjian Baru adalah tubuh kita (2Korintus 6:16). Bait Allah adalah juga gereja, dalam arti persekutuan orang-orang percaya. Bait Allah, baik tubuh kita secara pribadi maupun gereja dimaksudkan Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang Allah yang hidup di dunia ini. Gereja dimaksudkan untuk menjadi "rumah doa bagi segala bangsa" dan membangun jembatan untuk memberkati dunia ini dan bukannya tembok pemisah yang membuat diri sendiri terkurung serta membuat kasih Allah tidak tampak bagi dunia ini.
Trilogi gereja harus dilakukan dengan seimbang dan penuh kejujuran di hadapan Allah, Sang Kepala Gereja. Ibadah (koinonia) yang menyangkut persekutuan jemaat, segala fasilitas dan kebutuhan di dalamnya seperti gedung gereja, kursi, alat musik, alat-alat kantor dan sebagainya harus dipenuhi dan dijalankan dengan sehat tanpa mengabaikan pelayanan sosial (diakonia) yang dilandasi kasih terhadap sesama dan tetap menaruh perhatian serius agar pelayanan misi dan penginjilan (marturia) berjalan juga. Jika salah satu dari tiang gereja ini tertinggal, kehidupan gereja akan pincang tanpa kita sadari. Perlahan-lahan hakikat gereja akan luntur, tidak lagi menjadi garam yang menggarami, tidak lagi menjadi kumpulan orang-orang kudus yang memuliakan Tuhan, tapi akan mati dan hancur serta menjadi semacam perkumpulan sosial yang bertemu setiap hari Minggu. Gereja tidak lagi menjadi refleksi keluarga Allah, tapi menjadi klub sosial. Dalam keluarga, yang paling kecil dan paling lemah akan mendapat banyak perhatian, tapi dalam klub sosial yang terkuat dan terkaya akan mendapat perhatian paling banyak.
Ketika menyucikan Bait Allah kembali kepada fungsinya yang seharusnya, Yesus mengutip Yesaya 56:7 dan Yeremia 7:11 dengan menegaskan, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa" (Markus 11:17). Penyataan ini sekaligus bisikan untuk gereja masa kini. Mendirikan gereja bukanlah untuk mendirikan gedung yang dibatasi tembok pemisah dari dunia luar, tapi agar orang percaya membangun rumah doa bagi segala bangsa di mana di dalamnya ada mezbah bagi Tuhan dan para imam Perjanjian Baru, yaitu orang-orang percaya, umat tebusan-Nya, yang menaikkan syafaat bagi segala suku dan bangsa.
Dari keempat Injil, hanya Injil Yohanes yang diakhiri dengan perintah penggembalaan. Sementara itu, Injil Matius, Markus, dan Lukas diakhiri dengan perintah misi dan penginjilan (PI). Bukan berarti penggembalaan mendapat tempat yang lebih kecil daripada misi dan PI, namun tugas penggembalaan tidak boleh menjadi status quo, menjadi tugas akhir tanpa tujuan. Kedewasaan jemaat harus tercermin dari keterlibatan dan perhatian mereka terhadap misi dan PI sehingga gereja tetap menjadi alat Tuhan yang membawa kasih-Nya bagi dunia ini dalam bentuk nyata, baik berkat rohani maupun jasmani untuk kemuliaan nama-Nya.
Gereja harus bisa menyuarakan firman Allah agar nama-Nya disembah di seluruh bumi. Kebenaran-Nya harus diberitakan di antara segala bangsa dan suku-suku bangsa. Gereja harus mewujudnyatakan kesaksiannya itu kepada dunia. Allah terlalu kecil jika hanya disembah di dalam gereja kita saja. Allah terlalu kecil jika hanya disembah oleh bangsa Indonesia saja. Allah kita adalah Allah yang Mahabesar yang harus diwartakan ke seluruh penjuru bumi hingga segala bangsa, suku bangsa, kaum, dan bahasa mengenal Dia dan sujud menyembah-Nya. Demikianlah seruan pemazmur:
"Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab TUHAN Maha Besar dan terpuji sangat, ia lebih dahsyat daripada segala Allah.
Sebab segala Allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.
Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.
Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan kekuatan!
Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya.
Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi.
Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "Tuhan itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran ...." (Mazmur 96:3-10)
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku | : | Misi dari dalam Krisis |
Judul artikel | : | Hakekat Gereja |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Obor Mitra Indonesia, Jakarta 2003 |
Halaman | : | 27 - 33 |
- Printer-friendly version
- 19432 reads