You are hererenungan / Strategi dalam Doa, Perlukah?

Strategi dalam Doa, Perlukah?


By suwandisetiawan - Posted on 22 January 2019

Pernahkah Anda memikirkan strategi supaya Tuhan mengabulkan doa Anda? Barangkali Anda bingung, mengapa harus berstrategi, padahal selalu diajarkan agar berpedoman ‘dan jadilah kehendak-Mu.’

Namun, strategi meminta di sini bukanlah tentang mendapatkan sesuatu dengan taktik manipulatif. Sederhananya, bayangkan seorang anak meminta orang tua makan kue kesukaannya. Atau, seorang pengusaha membawa kelengkapan dokumen sebelum mengajukan pinjaman kredit kepada bank. Perhatikan, bahwa ada strategi komunikasi antara dua pribadi: si peminta dan pengabul permintaan.

Tuhan kita adalah Pribadi. Kita meminta kepada Sosok yang memiliki karakter. Untuk itu, kita perlu meminta dengan cara yang benar.

Jadi, apa saja yang perlu kita perhatikan saat meminta kepada-Nya?

Memahami Karakter si Pengabul Permintaan

Sebelum mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja, saya mengatur strategi untuk menyampaikan permohonan itu dengan baik kepada atasan. Langkah awal saya adalah melihat karakter sang atasan. Beliau adalah orang yang keras, dan pasti marah jika saya tiba-tiba mendatanginya dan berkata, “Bos, saya mau resign.”

Tidak berarti itu salah, tetapi akan mempersulit saya mendapatkan keinginan saya. Jadi, karena tahu atasan saya suka mengobrol, pertama-tama saya meminta waktu untuk bicara secara pribadi. Saya juga tahu beliau takkan langsung menerima begitu saja pengunduran diri saya. Memahami karakternya, saya pun memilih diam saat beliau bicara panjang-lebar, alih-alih berdebat dengannya. Dengan memahami karakter atasan, saya dapat mengutarakan keinginan saya dan beliau meluluskannya secara baik-baik.

Sama seperti contoh di atas, sebelum meminta, pastikan kita mengenal dulu siapa Tuhan dan bagaimana karakter-Nya. Jangan sampai kita buang tenaga dan waktu meminta sesuatu yang tak bakal Dia jawab karena kita gagal memahami Tuhan.
Tiga karakter Tuhan yang harus kita pahami sebelum doa kepada-Nya:

1. Tuhan itu kudus

“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.” – Yesaya 59:1-3

Dari ayat di atas, kita tahu Tuhan mampu menyelamatkan dan Dia mendengarkan. Namun, kejahatan dan dosa kita yang membuat Tuhan berpaling dan tidak mau mendengar kita.

Sebelum datang kepada Tuhan, periksalah hati kita terlebih dahulu. Apakah kita datang dengan kekudusan atau penuh dosa?

Jika ya, berhentilah bermain-main dengan dosa. Allah yang kudus tidak dapat bersatu dengan yang tidak kudus.

Apakah kita masih memelihara dendam dan kebencian? Sudahkah kita berdamai dengan orang lain? Adakah orang yang belum bisa kita maafkan? Masalah yang belum kita bereskan dengan orang lain?

Jika ya, bereskan dahulu masalah kita, baru kembali datang kepada-Nya. Dengan begitu, doa kita menjadi berkenan di hadapan-Nya.

“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” – Matius 5:23-24

2. Tuhan itu baik

“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” – Yakobus 4:2b-3

Jika Anda meminta sesuatu yang baik, jawaban Tuhan adalah salah satu dari tiga hal ini: ya, tunggu, atau, “Aku punya sesuatu yang lebih baik.”

Namun, Anda hanya ingin memuaskan keinginan sendiri, punya motivasi yang salah, atau mengharapkan hal buruk terjadi pada orang lain, besar kemungkinan Tuhan tidak akan mengabulkannya. Karena, hal ini tidak sejalan dengan karakter-Nya, yaitu baik. Tuhan itu baik. Dia tidak akan memberikan sesuatu hal yang tidak baik kepada umat-Nya.

3. Tuhan itu detail

“Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.” – Kejadian 6:14-16

Berdasarkan ayat tersebut, kita tahu Allah adalah pribadi yang detail. Tak usah jauh-jauh; lihatlah cara kerja tubuh Anda, maka Anda akan kagum betapa detailnya Dia menciptakan kita, manusia.

Dia, Allah yang detail, ingin kita menjadi pribadi yang detail juga. Detail dalam hal ketaatan, juga dalam permohonan kita kepada-Nya. Jika kita meminta secara rinci, Allah akan menjawab dengan rinci pula. Kalau kita tidak merinci permintaan kita, jangan heran kita mendapat jawaban yang tidak rinci juga.

Try it! Saya sendiri sudah mencobanya, dan berhasil.

Jadi, ingatlah, Dia Tuhan yang kudus, baik, dan detail. Pastikan kita datang kepadanya dengan kekudusan, meminta hal baik dengan motivasi yang benar, dan memintanya dengan detail. Dengan begitu, kita tidak meminta sesuatu yang takkan Tuhan jawab karena bertentangan dengan karakter-Nya. Semoga strategi ini dapat membantu agar doa Anda dikabulkan Tuhan.

Source : https://gkdi.org/blog/strategi-dalam-doa-perlukah/

Tags