You are hererenungan / Inisiatif: Si Kecil yang Berdampak Besar

Inisiatif: Si Kecil yang Berdampak Besar


By suwandisetiawan - Posted on 26 December 2018

Sejak kecil, kebanyakan dari kita didorong oleh orang tua atau guru untuk menjadi pribadi yang berinisiatif, bukan pasif. Inisiatif adalah prakarsa. Sebuah upaya atau tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri, bukan paksaan.

Dalam Alkitab, kita akan menemukan banyak tokoh yang berinisiatif. Mereka membuktikan bahwa prakarsa mereka, yang kelihatannya simpel dan sepele, ternyata berdampak luar biasa—bahkan hingga berabad-abad setelahnya.
Berikut adalah tiga tokoh Alkitab yang memiliki inisiatif tinggi:

1. Petrus: Berjalan di atas air (Matius 14:22-33)
Setelah memberi makan lima ribu orang, Yesus menyuruh murid-murid-Nya menyeberangi danau lebih dulu. Sementara Dia berdoa di bukit, kapal mereka dilanda angin sakal.

Angin sakal disebut juga angin haluan. Artinya, tiupannya datang dari depan, berlawanan arah perahu. Dalam Injil Markus, diceritakan bahwa Yesus melihat murid-murid-Nya susah-payah mendayung melawan angin sakal. Dia pun mendatangi mereka.

Saat murid-murid lain ketakutan, mengira Yesus hantu, Petrus malah merespon, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.”

Yesus menyahut, “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.

Siapa yang menyuruh Petrus berjalan di atas air? Tuhan-kah? Bukan! Petrus sendiri yang meminta izin untuk berjalan di atas air bersama-Nya.

Dan, Petrus memecahkan rekor. Ia berjalan di atas air—bukan saat danau sedang tenang, melainkan di tengah badai. Petrus mengambil langkah penuh resiko ini karena tahu bersama siapa ia berjalan. Percaya bahwa jika Tuhan yang menyuruh, Dia akan memampukannya melakukan hal-hal luar biasa.

Apakah proses itu berjalan mulus? Tidak juga. Petrus sempat tenggelam. Walaupun perjalanan lintas air Petrus tidak sempurna, efeknya sungguh luar biasa. Dalam sejarah, dialah satu-satunya orang (selain Yesus) yang pernah berjalan di atas air. Yesus pasti bangga karena seorang murid-Nya mau percaya dan mengikuti Dia sepenuhnya. Petrus selangkah lebih maju daripada kesebelas murid lain, yang diam di perahu sebagai penonton. Ia mengambil langkah iman dengan berinisiatif meminta Tuhan menyuruhnya berjalan di atas air. Petrus keluar dari zona nyaman dan bertumbuh dalam iman.

Sudahkah kita berinisiatif meminta Tuhan agar dimampukan melakukan hal-hal yang kita anggap terlampau besar? Apakah kita sedang diam di perahu, atau justru mengalami petualangan iman dengan “berjalan di atas air”?

2. Maria: Meminyaki Yesus dengan minyak narwastu (Yohanes 12:1-8)
Dari keempat kitab Injil, hanya Yohanes yang menyebut nama wanita yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu, yaitu Maria, saudari Marta dan Lazarus. Menanggapi tindakannya, Yudas Iskariot malah berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

Tak tertulis apakah Maria seorang kaya atau tidak. Yang pasti, tiga ratus dinar bukanlah harga murah. Satu dinar adalah upah buruh per hari. Zaman sekarang, kira-kira 120 ribu rupiah (anggaplah setara UMR sehari di Jakarta). Berarti harga minyak narwastu sekitar 36 juta rupiah!

Siapa yang suruh Maria meminyaki Yesus? Tidak ada. Ini murni inisiatifnya. Tak hanya mengurapi kaki Yesus, Maria menyekanya dengan rambut. Maukah kita meminyaki kaki seseorang dan mengelapnya dengan rambut kita? Belum tentu.

Namun, Maria mengenal Yesus. Ia melihat dengan mata kepala sendiri Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Karena itu, Maria suka punya quality time dengan Yesus. Mengobrol dan mendengarkan pengajaran-Nya. Maria rela mengorbankan benda mahal dan melakukan hal yang butuh banyak kerendahan hati (menyeka kaki-Nya dengan rambut), karena He is worth the price.

Apakah dampak tindakan Maria?

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” (Markus 14:9)

Ya, Maria akhirnya tercatat dalam Injil. Kendati bukan salah satu dari dua belas murid Yesus, Maria selalu diingat. Ketulusan dan kerendahan hatinya menjadi teladan bagi banyak orang.

Adakah hal-hal yang menghambat kita melakukan sesuatu untuk Tuhan? Dalam pelayanan, keluarga, sekolah, pekerjaan, masyarakat, mereka yang membutuhkan?

Jika kita mengenal Allah dan kebesaran-Nya, kita pun dapat memiliki inisiatif bertindak. Tidak perlu tindakan yang besar. Kita bisa mulai dari hal kecil atau sederhana.

In God, every little thing counts.

3. Zakheus: Mengembalikan apa yang sudah diperasnya. (Lukas 19:1-10)
Pemungut cukai bukanlah pekerjaan yang dipandang baik pada masa itu. Selain karena menarik pajak untuk pemerintah Romawi, seringkali mereka memeras lebih dari jumlah semestinya. Selisihnya menjadi milik mereka.

Dan, Zakheus bukan sembarang pemungut cukai—ia kepala pemungut cukai. Tak heran ia begitu kaya raya. Juga, dibenci banyak orang. Zakheus orang yang kesepian; tidak ada yang mau berteman dengannya.

Saat mendengar Yesus datang ke kotanya, Zakheus repot-repot memanjat pohon supaya bisa melihat-Nya. Yesus, yang tahu isi hati Zakheus, memulai percakapan dengan memanggil namanya secara personal. “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”

Zakheus pun menyambut-Nya dengan gembira, karena Yesus melihat kebutuhan dan keinginan hatinya, yaitu perasaan ingin diterima. Bahkan Yesus memakai kata ‘harus’, yang menunjukkan sesuatu yang bersifat mutlak. Saya yakin Yesus punya banyak pilihan tempat menginap, tetapi Dia tahu akan ada sukacita besar di surga hari itu karena satu orang bertobat.

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

Apakah ada yang menyuruh, apalagi memaksa Zakheus melakukannya? Tidak. Zakheus bisa saja tidak berjanji apa-apa. Secara finansial, ia bisa bangkrut atau jatuh miskin akibat keputusan itu. Namun, inilah buah pertobatannya.

Berbeda dengan anak muda yang sedih karena diminta Yesus meninggalkan hartanya, Zakheus berinisiatif melakukan sesuatu. Bukan berarti orang yang mau bertobat harus berbuat sama seperti Zakheus. Ia melakukannya sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan.

Si pemungut cukai yang menunjukkan pertobatan luar biasa ini tercatat dalam kitab yang tak pernah usang sepanjang masa. Hingga hari ini, kita dapat belajar dari hati Zakheus.

Bagaimana dengan kita? Inisiatif apa yang sudah dilakukan sebagai buah pertobatan kita?

Inisiatif adalah hal kecil dengan dampak yang luar biasa. Dan, di dalam Tuhan, tidak ada hal yang terlalu kecil. Dia sanggup mengubah hal sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa. Mari berinisiatif! Have a great initiative day!

Source : https://gkdi.org/blog/inisiatif-si-kecil-yang-berdampak-besar/

Tags