You are hererenungan / Apakah Saya Orang Munafik?

Apakah Saya Orang Munafik?


By suwandisetiawan - Posted on 21 March 2019

Sebagai manusia, kita sering kali mudah untuk menilai dan menghakimi orang lain. Dalam satu dan lain kesempatan, kita mungkin pernah berkomentar, “Ih, orang itu munafik, ya!”

Namun, pernahkah kita sekali-kali bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya orang yang munafik?”

Alkitab Terjemahan Baru mencatat 26 kata munafik, dan bagaimana Tuhan membenci kemunafikan. Pertanyaannya, munafik itu sebenarnya seperti apa, ya? Bagaimana ciri-ciri kemunafikan menurut Firman Tuhan?
Ciri-ciri Orang Munafik

1. Gampang melihat kesalahan orang lain, tetapi tidak melihat kesalahan sendiri

“Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” – Lukas 6:42

Tuhan Yesus kerap kali menegur orang Farisi dan ahli Taurat karena mereka begitu ahli melihat kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan orang lain. Mereka mempertanyakan mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa. Mengapa para murid tidak cuci tangan sebelum makan? Mengapa Yesus melanggar aturan dengan menyembuhkan orang sakit (bekerja) pada hari Sabat?

Namun, mereka lupa untuk melihat ke dalam diri sendiri. Sudahkan mereka “bersih”? Sebersih ekspektasi mereka terhadap orang lain?

Bagaimana dengan kita? Apakah kita gampang melihat kesalahan orang lain tetapi lupa menginstropeksi diri sendiri?

2. Melakukan sesuatu supaya dilihat orang

“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” – Matius 6:2

“Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang.” – Matius 23:5

Tuhan kita adalah Tuhan yang lebih mementingkan motivasi ketimbang aksi belaka. Alangkah baik jika kita murah hati, tetapi alasan kita memberi jauh lebih penting daripada apa dan berapa banyak yang kita beri. Tuhan melihat hati kita, melebihi tindakan kita di bagian luar.

Apa alasan kita melakukan sesuatu? Apakah untuk Tuhan, atau agar dipuji manusia? Saat kita lebih memilih berbuat sesuatu supaya dilihat orang, kita sudah menjadi orang munafik.

3. Terlihat bagus di luar, tapi di dalam, siapa tahu?

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” – Matius 23:27-28

Banyak orang terbungkus dengan sampul yang kelihatannya baik dan rohani. Namun, bagaimana sikap hati kita sebenarnya?

Apakah Anda rajin pelayanan, tetapi dosa terus dilakukan selancar jalan tol? Mungkin Anda sosok yang aktif dan terpandang di gereja, tetapi apakah Anda menjaga kemurnian dalam berpacaran? Anda bisa berkata-kata manis saat bertemu jemaat di hari Minggu, tetapi bagaimana cara bicara Anda kepada orang tua, anak, atau teman dalam hidup sehari-hari?

Apakah yang Anda lakukan dan pikirkan ketika Anda sedang sendirian tetap sekudus image yang Anda ciptakan di depan orang lain?

4. Terjebak dalam rutinitas, tapi lupa hal terpenting

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” – Matius 23:23

Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah orang-orang terpandang dan pintar. Berikut kualitas mereka: hafal ayat kitab suci, melakukan 10 perintah Allah, saat teduh dan berdoa setiap hari, serta rutin membayar perpuluhan. Mereka sangat rohani, bisa dikatakan sempurna dalam mengerjakan rutinitas spiritual. Namun, Yesus mengecam mereka karena melupakan hal yang lebih penting, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.

Setiap hari kita mungkin sibuk bekerja dan melakukan pelayanan. Dan, ya, itu bagus. Tuhan memberi perintah agar kita menggunakan setiap talenta yang Dia berikan. Namun, jangan lupa ada hal-hal yang lebih penting. Menjalankan kewajiban gerejawi itu baik, tetapi jangan abaikan kewajiban kita kepada Tuhan dan sesama.

Apakah ada ciri-ciri di atas yang Anda temukan dalam diri Anda? Jika ya, mari kita bertobat karena Tuhan membenci orang yang munafik.

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” – Matius 5:37

Source : https://gkdi.org/blog/munafik/

Tags