You are heree-JEMMi No.21 Vol.15/2012 / Torrey Johnson: Menjangkau Kaum Muda untuk Kristus

Torrey Johnson: Menjangkau Kaum Muda untuk Kristus


Waktu itu tengah malam, ketika pesawat telepon berdering di kediaman Doug Fisher, di Chicago. Suara keras yang menjadi lawan bicaranya ialah milik Torrey Johnson, pendeta dari Gereja Alkitab Midwest.

Gambar: Torrey Johnson

"Doug, kita harus mulai mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di Chicago untuk menjangkau kaum muda bagi Kristus," kata penginjil-pendeta kepada sahabatnya yang pemusik itu. "Saya baru saja menghadiri pertemuan doa di Assosiasi Nasional Kaum Injili di Columbus, Ohio, dan saya yakin Tuhan menginginkan kita untuk melakukan apa yang telah didorong oleh Bev Shea dan Lacy Hall kepada kita."

George Bev Shea, seorang pemusik di WMBI -- stasiun radio Institut Alkitab Moody, dan Lacy Hall -- seorang mahasiswa dari institut tersebut, telah terlibat dalam KKR untuk kaum muda yang dipimpin oleh Jack Wyrtzen dan Glenn Wagner di Pantai Timur. Mereka merasa yakin KKR injili serupa dibutuhkan di jantung Amerika Serikat, dan mereka melihat bahwa pendeta yang memiliki tiga ratus lima puluh anggota terletak di sisi barat laut dari kota sebagai upaya kuncinya. "The Chapel Hour", siaran radio mingguan yang disiarkan oleh Johnson di WAIT, sudah memiliki pendengar, yang menarik lebih banyak orang ke gerejanya pada kebaktian Minggu sore daripada kebaktian di pagi hari.

Awal Masa Perang

Panggilan telepon terus berdering selama dua puluh satu minggu pada KKR hari Sabtu malam pada musim panas tahun 1944. Siaran radio WCFL, ikut andil dalam kelahiran Chicagoland Youth for Christ, dengan menarik perhatian personel militer yang ada di sekitar jalan-jalan di kota nomor dua terbesar di Amerika Serikat, bersama dengan gereja-gereja injili dan kaum muda mereka.

Hampir tiga ribu orang berkumpul di Orchestra Hall pada tanggal 26 Mei 1944 untuk mendengarkan Billy Graham, yang pada waktu masih belum begitu dikenal dari daerah pinggiran Western Springs, menyampaikan Kabar Baik. Diperkirakan empat puluh lima orang memberikan respons terhadap panggilan untuk melakukan komitmen rohani dan benih sudah disemaikan untuk KKR pada hari Sabtu malam di Chicago. Perhatian media nasional kembali tertarik setahun kemudian, ketika hampir tujuh ribu orang bertemu di Chicago, di depan sebuah danau di Lapangan Militer untuk mendengar Percy Crawford menyampaikan khotbah pada KKR, dengan pesan yang ditujukan kepada kaum muda dan undangan penginjilan.

Walaupun Torrey Maynard Johnson adalah seorang penginjil, tetapi sumbangan terbesar yang dilakukannya dalam kebangkitan kembali kaum injili pada pertengahan abad ke-20 ialah kecakapannya untuk mempersatukan orang-orang percaya dari berbagai denominasi untuk penyebaran Kabar Baik. Ia menjembatani jurang antargenerasi yang dihadapi para pemimpin besar dari awal abad ini seperti: Bob Jones, John Brown, Louis Talbott, dan Will Houghton, dan para pembicara muda seperti: Billy Graham, Bob Pierce, Charles Templeton, Jack Wyrtzen, dan Jack Shuler, yang datang untuk memimpin kaum injili Amerika memasuki paruh terakhir abad ke-20.

Torrey Maynard Johson dilahirkan pada tanggal 15 Maret 1909, anak ketiga dari enam anak Jacob Martin dan Thora Mathilda Evenson Johnson, pasangan imigran dari Norwegia. Nama lengkap bayi tersebut ialah R.A. Torrey, penginjil yang bekerja erat dengan D.L. Moody dan menjadi rektor Institut Alkitab di Los Angeles (sekarang Universitas Biola).

Torrey Johnson dibesarkan di belahan barat utara Chicago, di mana ayahnya berjualan kopi dan berkecimpung dalam bisnis real estate. Keluarganya tinggal di sebuah rumah yang berlokasi hanya dua rumah dari Gereja Injili Bebas Salem, yang ingin dikunjungi mereka. Pandangan Torrey terhadap dunia dibentuk oleh nilai-nilai yang diajarkan keluarganya melalui wejangan dari atas mimbar, yang dibawakan oleh C.T. Dyrness dan oleh guru sekolah minggunya, Oscar Larson, seorang kontraktor baja. Larson memimpin sebuah kelas yang terdiri dari lima sampai dua puluh pemuda, yang bertemu pada akhir minggu di rumahnya. Mereka menyebut diri mereka Kelas Pasukan Salib Kristen. Kelompok ini memfokuskan diri pada pemahaman Alkitab dan doa, dan benar-benar serius dalam hubungan mereka dengan Allah. Namun, baru setelah tahun pertama di perguruan tinggi di Wheaton College, Torrey Johnson menyadari tentang jaminan keselamatan.

Meracik Program-Program Kaum Muda

Ayahnya adalah pengagum fanatik dari penginjil-pendeta Paul Rader. Selama masa kuliahnya, Torrey Johnson mengenal lebih dekat dan menghargai orang yang dianggapnya sebagai pionir yang berani dalam metodologi penginjilan. Visi Rader mencakup bidang radio, program musik, suatu campuran dari kesaksian dan unsur surprise, dalam kebaktian sore dan mencapai klimaksnya dengan khotbah yang menarik. Unsur-unsur yang dicampur dengan teknik promosi dan program kaum muda, memberikan suatu model yang pada kemudian hari ditiru oleh Johnson, dan dikembangkan melalui cara yang lebih reseptif pada masa-masa peperangan.

Gambar: YFC

Torrey Johnson memperlihatkan nalurinya dalam manajemen pelayanan, dan ini merupakan dampak dari pola etika kerja Norwegianya sebagai pengaruh ajaran Dyrness, Larson, dan Rader. Ketika ia berusia sepuluh tahun, ia sudah bekerja di sebuah penatu Cina. Kemudian ia berganti-ganti kerja. Ketika masih menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Carl Schurz, ia bekerja sebagai pengrajin timah untuk seorang yang percaya pada ajaran teori evolusi dan tak memiliki waktu untuk Tuhan. Ini merupakan kesempatan emas bagi seorang pemuda Kristen untuk memberitakan Injil. Ada satu masalah. Torrey Johnson pada saat itu belum menyerahkan hidupnya kepada Kristus, walaupun ia sudah berkenalan dengan banyak pengkhotbah terkenal di kota Chicago. Ia mengakui bahwa pada masa remajanya, ia lebih memfokuskan pada pekerjaan sampingannya, dan terlalu malu untuk bersaksi secara verbal mengenai Yesus Kristus.

Perusahaan

Akan tetapi, sebagai usahawan, Torrey Johnson bukanlah seorang pemalu. Pada musim panas, keluarga Johnson menghabiskan waktunya di tempat peristirahatan keluarga di Pantai Williams, Wisconsin, di mana pada masa ia menuntut ilmu di perguruan tinggi, sebagai pemuda atletis ia membiayai kuliahnya dengan berjualan es krim. Kesediaannya untuk mengambil risiko dan mengelola keuangan menjadi dasar bagi perjalanan penginjilannya sepanjang hidupnya.

Pada bulan Januari 1927 di sebuah gereja kecil di Wheaton College, Torrey untuk pertama kalinya memperoleh jaminan keselamatannya. Pesan penginjilan pada malam itu kelihatannya tak memberi dampak kepada mereka yang sedang memimpin pertemuan malam itu, tetapi tidak bagi Johnson yang merupakan satu-satunya orang yang mengambil keputusan untuk menerima Kristus malam itu. Ia mengikuti kuliah di Wheaton karena ayahnya berkeinginan demikian; ia sebelumnya ingin menjadi seorang dokter gigi atau ahli bedah. Tak lama sesudah kejadian tersebut, ia mengubah prioritasnya.

Ketika ia lulus dari Wheaton College pada tahun 1930 dengan gelar sarjana muda dalam bidang sains, pemuda berusia dua puluh satu tahun ini menerima panggilan untuk menjadi pendeta di Gereja Mesias di Chicago dan ditahbiskan menjadi pendeta gereja Baptis, dan menikahi Evelyn Nilsen, gadis yang sudah dikenalnya sejak masih di SMU. Pengalamannya sebagai seorang gembala sidang hanya berlangsung selama setahun, ketika naluri berdagangnya mendorongnya untuk terjun sebagai seorang penginjil penuh waktu, yang kemudian dikatakan Billy Graham sebagai "seorang pendeta gereja Baptis Selatan yang kuno". Selama dua tahun Torrey Johnson, bersama seorang pemusik, berkelana mengadakan kebangunan rohani.

Pada bulan Oktober 1933, pendeta dan sekaligus penginjil ini menerima tantangan untuk mengelola suatu gereja di sebelah barat laut kota Chicago, yang tak terikat dengan suatu denominasi tertentu. Walaupun di kemudian hari, ia berkomentar bahwa ia tidak terlalu tertarik dengan nama Gereja Alkitab Midwest, karena konotasi separatismenya yang dihubungkan dengan gerakan gereja injili. Johnson menolong gereja tersebut bertumbuh dari jumlah anggota dua puluh enam orang pada tahun 1933, sehingga menjadi tujuh ratus orang pada ibadah sore sepuluh tahun kemudian (jumlah pengunjung ibadah sore secara konsisten mengalahkan jumlah pengunjung ibadah pagi). Sementara aktif dalam pelayanan, kerinduan pendeta muda ini akan pengetahuan Alkitab membawanya menuntut ilmu di Northern Baptist Seminary dan berhasil diselesaikannya pada tahun 1936. Dua siaran radio (Chapel hours dimulai tahun 1941 dan Songs in the Night yang didirikan empat tahun kemudian) merupakan instrumen untuk mengembangkan pelayanan gereja, dari sebuah mimbar terpencil di daerah pinggiran menuju suatu siaran penginjilan yang inovatif.

Youth for Christ International

Telepon tengah malam Torrey Johnson kepada Doug Fisher memperlihatkan kesediaannya untuk mengambil risiko, dan mengumpulkan orang-orang kreatif untuk bergabung dengan usaha penginjilannya. Paul Guiness di Brantford, Ontario; Oscar Gillan di Detroit; Jack Wyrzten di New York; dan Roger Malsbary di Indianapolis telah lama menggunakan slogan "Youth for Christ" sebelum KKR di Chicago. Walaupun demikian, justru keberhasilan Chicagoland YFC-lah yang membuat gerakan tersebut memperoleh perhatian nasional dan menjurus kepada terbentuknya Youth for Christ International pada tahun 1945, dengan Torrey Johnson sebagai presidennya.

Pada tahun 1948, Johnson mengundurkan diri sebagai presiden Youth for Christ dan mengabdikan seluruh tenaganya untuk gerejanya. Namun, ipar Torrey dan mantan pendeta pembantunya, Bob Cook, muncul sebagai presiden kedua dari YFC. Penggembalaan Torey terus berlangsung sampai tahun 1953, ketika ia kembali pada penginjilan penuh waktu dengan berkhotbah di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Selatan, Afrika, dan Timur Jauh.

Sejak tahun 1967 sampai 1982, Johnson mengatasi suatu tantangan lain; ia menjadi pendeta Gereja Bibletown dan menjadi presiden Konferensi dan Konsert Bibletown di Boca Raton, Florida. Kecakapan bisnis serta naluri berdagangnya kembali menonjol, dan ketika digabungkan dengan keterampilan berkhotbahnya, mengalihkan fokus pelayanan dari hiburan bagi kaum injili yang kaya kepada suatu pelayanan gereja yang utuh, yang mencakup aktivitas konferensi Alkitab.

"Hal yang utama, kedua, dan ketiga yang harus Anda lakukan ketika memulai segala sesuatu, hal berurutan yang perlu Anda lakukan ialah: '1. Berdoa. 2. Berdoa. 3. Berdoa.'" (Torrey Johnson)

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Pada masa "pensiun"-nya, Torrey M. Johnson terus berusaha mempersatukan kaum injili. Ia membentuk suatu perusahaan untuk mengembangkan kompleks perumahan bagi orang-orang yang mendekati atau dalam masa pensiun. Dengan gagasan serta energinya yang melimpah, mantan penjual es krim, pendeta, dan penginjil ini telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan melayani generasi muda di Amerika Serikat.

Tiga Prinsip

Walaupun Johnson memiliki keterampilan berorganisasi dan kepemimpinan yang hebat, tetapi ia tetap menganggap ada satu hal yang sangat hakiki dalam setiap usaha yang dilakukannya. Ketika menjabarkan strategi yang dibutuhkan untuk mengelola KKR malam Minggu, ia berkomentar, "Hal yang utama, kedua, dan ketiga yang harus Anda lakukan ketika memulai segala sesuatu, hal berurutan yang perlu Anda lakukan ialah: '1. Berdoa. 2. Berdoa. 3. Berdoa.'" Ini merupakan keyakinan Torrey bahwa doa merupakan satu ramuan yang paling utama, baik untuk suatu KKR maupun untuk suatu kehidupan pelayanan seumur hidup."

[Sumber: Mark Senter, "Torrey Johnson: Reaching Youth for Christ", dalam John Woodbridge. ed., More Than Conquerors: Protraits of Believers from All Walks of Life, (Chicago: The Moody Bible Institute: 1992).]

Audio: Torrey Johnson

Diambil dari:
Judul majalah : Kalam Hidup, Oktober 1996
Penulis : Tea
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 4 -- 8