MARIANNA SLOCUM
Marianna dibesarkan di Philadelphia, di mana ia menyelesaikan
kuliahnya untuk kemudian mengambil kursus di Sekolah Alkitab
Philadelphia. Ayahnya adalah seorang profesor dan penulis yang
produktif. Meski demikian, kecintaan Marianna pada bahasa dan
menulis tampaknya memang muncul secara alamiah. Ketika baru mulai
menjadi mahasiswi, ia merasa bahwa Tuhan menuntunnya untuk terlibat
dalam pelayanan penerjemahan bahasa suku. Ketika lulus, ia mengikuti
Camp Wycliffe dan bergabung dengan pelayanan Wycliffe Bible
Translation pada musim panas tahun 1940. Tugas pertamanya adalah
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa suku Chol yang tinggal di
ujung selatan wilayah Chiapas di Meksiko. Jarak wilayah tersebut
hanya satu hari mendaki ke wilayah suku Tzeltal tempat Bill Bentley,
seorang pemuda yang pernah dikenal Marianna di Camp Wycliffe,
mengerjakan proyek terjemahan juga.
Pada bulan Pebruari 1941, Bill dan Marianna bertunangan dan pada
musim panas berikutnya mereka kembali ke Amerika Serikat untuk
merencanakan sebuah upacara pernikahan sederhana. Sejauh ini kisah
asmara mereka memang seperti sebuah dongeng. Namun, semuanya
berakhir dengan tragis pada 23 Agustus, enam hari sebelum hari
pernikahan mereka. Bill meninggal dunia ketika tidur, diperkirakan
akibat serangan penyakit jantung yang tak pernah ia ketahui selama
bertahun-tahun. Setelah pemakamannya di Topeka, Kansas, Marianna
pergi ke Camp Wycliffe dan berniat untuk mengambil alih kelanjutan
proyek penerjemahan bahasa Tzelta yang ditinggalkan Bill.
Marianna berangkat ke Mexico sendirian. Namun, tak lama kemudian ia
disusul oleh seorang penerjemah wanita dan mereka tinggal bersama
dalam satu kamar di sebuah rumah perkebunan kopi milik seorang warga
Jerman yang dulu juga pernah ditempati Bill saat masih bekerja
bersama kelompok suku Tzelta. Tahun-tahun awal pelayanannya menjadi
masa yang cukup berat bagi Marianna. Mereka terutama berurusan
dengan orang-orang Indian yang masih mempunyai kebiasaan bermabuk-
mabukan, berkelahi, dan secara terang-terangan menunjukkan
ketidaksukaannya atas kehadiran dua wanita Amerika itu. Setelah
beberapa saat, rekan pertama Marianna pergi dan digantikan oleh
rekan-rekan sementara yang datang dan pergi sampai pada tahun 1947,
ketika Florence Gerdel, seorang perawat, datang membantu untuk
sementara waktu. Namun akhirnya, ia malah menetap di wilayah itu
lebih dari dua puluh tahun.
Bagi Marianna dan Florence, tugas-tugas mereka terlihat tak mungkin
diatasi. Setiap hari Marianna berjuang keras mengatasi kesulitan
berbahasa, sementara Florence berjuang menghadapi alkohol,
ketidakkudusan hidup, takhyul, dan kuasa roh jahat dari dukun-dukun
setempat. Dari semua usaha yang mereka lakukan, hanya ada sedikit
tanda yang menunjukkan kesuksesan. Hampir tujuh tahun berlalu
sebelum seorang Indian suku Tzeltal -- anak seorang dukun --
menyatakan iman pertobatannya kepada umum. Kesaksiannya tersebut
diuji juga dengan adanya penganiayaan yang diikuti oleh pertobatan
warga yang lain hingga hampir mencapai 100 orang di Desa Corralito.
Kebaktian Minggu mulai diadakan dan segera diikuti oleh ratusan
orang Indian dari berbagai penjuru wilayah. Tidak ada yang bisa
menghalangai kerinduan mereka untuk beribadah meskipun ada hujan
deras yang mengakibatkan jalan berlumpur dan arus deras yang
mempersulit perjalanan.
Tanggal 6 Agustus 1956 menjadi hari yang paling menggembirakan bagi
Marianna dan lebih dari 1000 orang Kristen suku Tzeltal. Sebuah
pesawat kuning milik MAF (Mission Aviation Fellowship) mendarat
dengan membawa kiriman pertamanya yang sangat berharga, yaitu edisi
pertama kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Oxchuc, bahasa suku
Tzeltal. Kebaktian ucapan syukur segera diadakan. Lalu para orang
Indian berbaris untuk mendapatkan salinan firman Tuhan dalam bahasa
mereka. Hari itu adalah puncak pelayanan dari lima belas tahun
kesepian dan kesulitan yang selama ini dialami Marianna yang tentu
saja menjadi hari yang terindah dalam hidup Marianna.
Setelah menyelesaikan penerjemahan kitab Perjanjian Baru dan
Perjanjian Lama, Marianna tahu bahwa pelayanannya dengan orang
Tzeltal sudah selesai. Gereja telah berdiri di bawah kepemimpinan
lokal dan Florence mulai mengubah arahnya ke pelayanan kesehatan
bagi orang-orang Indian yang ia latih. Tersebutlah sebuah kelompok
suku Tzeltal lainnya, orang Bachajon yang tinggal di tengah hutan,
yang belum mengenal bahasa tulisan. Pada April 1957, setelah sebuah
penerbangan singkat bersama MAF dan 6 jam mendaki, sekali lagi
Marianna dan Florence mendapati diri mereka di tengah budaya yang
sangat berbeda dan asing. Mereka pun seperti kembali ke awal lagi.
Pengalaman menerjemahkan yang telah dimiliki Marianna mempercepat
proses penerjemahan yang kedua ini. Pada tahun 1965, hanya delapan
tahun setelah kedatangan mereka, sekali lagi mereka membagikan kitab
Perjanjian Baru bahasa Bachajon sebagai batu peringatan dalam
pelayanan mereka. Penerjemahan itu bukan satu-satunya yang mereka
kerjakan. Florence mengadakan pelayanan kesehatan dan melatih
asisten-asisten medis dari penduduk setempat. Kemajuan pesat juga
terjadi dalam hal penginjilan. Ketika salinan terjemahan Perjanjian
Baru itu tiba, orang-orang Kristen yang berasal dari empat puluh
kongregasi lebih -- beberapa di antaranya berasal dari wilayah yang
sangat jauh -- datang untuk menjumpai pilot MAF. Tangisan bahagia
mewarnai kedatangan salinan kitab Perjanjian Baru tersebut dan
banyak orang antri untuk mendapatkannya.
"Berapa harga sebuah kitab itu?" Inilah pertanyaan yang berulang
kali muncul dari orang-orang Indian yang sedang antri. Harga 17,5
peso tentu adalah jawaban atas pertanyaan mereka, namun harga yang
sebenarnya tidak dapat diukur dengan uang. Kesepian, kesakitan,
ketidakramahan, kehidupan yang primitif, pengorbanan hidup
pernikahan, dan keluarga adalah harga yang harus dibayar selama
proses penerjemahan kitab Perjanjian Baru bahasa Bachajon itu. Harga
yang sungguh mahal, namun telah dibayar Marianna dengan sukacita.
Dan ketika pekerjaannya dengan orang Bachajon selesai, sekali lagi
ia dan Florence memulai hal yang sama di wilayah Pegunungan Andes
Selatan, Columbia. (t/Ary)
Bahan diterjemahkan dan diringkas dari sumber:
Judul Buku | : | From Jerusalem To Irian Jaya |
Judul Artikel | : | Marianna Slocum |
Penulis | : | Ruth A. Tucker |
Penerbit | : | Zondervan, Amerika, 1983 |
Halaman | : | 360 - 363 |
e-JEMMi 19/2006