SUKU BIMA
Nusa Tenggara Barat
Letak | : | Nusa Tenggara Barat |
Populasi | : | 500.000 jiwa |
Bahasa | : | Bima |
Anggota Gereja | : | 17 (0,003%) |
Alkitab dalam bahasa Bima | : | PB |
Film Yesus dalam bahasa Bima | : | Dalam proses |
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Bima (Juli 1998) | : | Tidak Ada |
Suku Bima tinggal di daerah dataran rendah, wilayah kabupaten
Bima, Donggo dan Sangiang, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Lingkungan
alam suku Bima berbeda-beda karena di daerah utara Lombok tanahnya
sangat subur sedangkan sebelah selatan tanahnya gundul dan tidak
subur. Kebanyakan dari mereka bermukim sekitar 5 km atau lebih dari
pesisir pantai. Mereka juga disebut suku "Oma" (artinya
"berpindah-pindah") karena sering hidup berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain. Suku Bima memiliki hubungan dengan suku
Sasak yang tinggal berdekatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
SOSIAL BUDAYA
Mata pencaharian yang utama adalah meramu. Selain itu, mereka
juga bersawah beternak kuda dan berburu. Suku Bima terkenal dengan
kudanya yang kecil tetapi kuat. Tahun 1920-an daerah Bima sudah
menjadi tempat pengembangbiakan kuda yang penting. Sistem pengairan
Subak yang dikenal dalam masyarakat Bali dan Sasak juga diterapkan,
disebut ponggawa. Irigasi secara permanen ini dapat dilakukan karena
adanya sungai-sungai di pesisir utara dan sungai-sungai di pusat
pegunungan. Selain itu, para wanita juga membuat kerajinan anyaman
dari rotan dan daun lontar, juga kain tenunan 'tembe nggoli, yang
terkenal.
Sebuah desa di Bima, yang disebut kampo atau kampe, dikepalai
oleh kepala desa yang disebut ncuhi, mpu atau gelarang, dengan
dibantu oleh golongan kerabat yang tua dan dihormati. kepemimpinan
diatur secara turun-temurun di antara kerabat nenek moyang pendiri
desa.
Bahasa Bima terdiri atas berbagai dialek, yaitu dialek Bima,
Bima Donggo dan Sangiang. Bahasa ini membedakan bahasa halus dan
kasar. Bahasa yang mereka pakai ini termasuk kelompok Melayu
Polynesia.
Secara umum, penduduk Nusa Tenggara Barat sangat terikat
dengan adat dan agamanya, Namun demikian, merreka tidak menutup diri
sama sekali dari pengaruh luar. Dahulu, sekolah dianggap perusak
adat. Saat ini anak-anak disekolahkan dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Mereka cenderung beranggapan segala yang berasal
dari luar itu baik, terutama yang menyangkut kebudayaan dan
teknologi. Cara hidup dan berfikir sudah mengikuti pola modern, hidup
hemat, cermat dan ekonomis.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Kepercayaan asli orang Bima disebut pare no bongi, yaitu
kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Walaupun sebagian besar
masyarakat Bima memeluk agama Islam, suku Bima masih mempercayai
dunia roh-roh yang menakutkan. Dunia roh yang ditakuti adalah Batara
Gangga sebagai dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai
penguasa, Batara Guru, Idadari sakti dan Jeneng, roh Bake dan roh Jim
yang tinggal di pohon, gunung yang sangat besar dan berkuasa untuk
mendatangkan penyakit, bencana, dll. Mereka juga percaya adanya
sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap sakti, Murmas tempat
para dewa Gunung Rinjani; tempat tinggal para Batara dan dewi-dewi.
Sedangkan suku Bima bagian timur menganut agama Kristen.
KEBUTUHAN
Tenaga kesehatan sangat diperlukan bagi orang Bima. Tingkat
keematian sangat tinggi. Masyarakat hanya percaya kepada para dukun
dan ahli sihir. Juga dibutuhkan program pendidikan dan alat pertanian
yang cukup baik untuk bercocok tanam. Komoditi pertanian yang
diusahakan oleh pengusaha daerah mulai terdesak oleh pengusaha kuat.
Kendala pemasaran juga sangat terasa. Petani bawang merah membutuhkan
penyediaan modal usaha untuk menggunakan teknologi pertanian yang
tepat dengan bantuan petugas penyuluh pertanian. Semangat wiraswasta
yang dimiliki leluhur perlu terus dihidupkan di kalangan angkatan
muda.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat :
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan
suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan
bagi Anak Domba !"
(\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di
tengah-tengah suku Bima, agar terang dan kemuliaan Tuhan
bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh
kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya
untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa
syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai
untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku
Bima
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan
untuk mengadopsi suku Bima juga yang berbeban dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri