You are heree-JEMMi No.13 Vol.14/2011 / Persekutuan Dalam Penderitaan Kristus
Persekutuan Dalam Penderitaan Kristus
Mengenal Kristus
Visi apa yang harus ada dalam kehidupan orang percaya? Visi Kristus, yaitu menjadi serupa dengan Kristus dan Kristus dimuliakan dalam hidupnya! Itulah yang menjadi prinsip Paulus -- bagiku hidup adalah Kristus (lihat Filipi 1:21). Inilah saran Paulus, "Mengenal Kristus dalam pengenalan yang terdalam, terintim, sedemikian sehingga akhirnya dia bisa berkata, 'hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus dalamku'" (Galatia 2:19).
Mengapa Paulus merasa penting untuk mengenal Kristus? Pertama, karena dahulu ia hidup seolah mengenal dan melayani Allah, tetapi sesudah bertemu Kristus pertama kali, baru ia ketahui bahwa ia sedang melawan Allah dan menganiaya Kristus. Karena tidak mengenal Kristus, Paulus telah salah arah dalam hidup dan pelayanannya. Kedua, dahulu Paulus membanggakan dirinya sendiri sebagai seorang yang benar karena melakukan hukum Taurat. Ternyata, semua itu keliru. Upaya mencari kebenaran lewat usaha sendiri untuk mematuhi hukum Taurat, tidak membawa Paulus menjadi orang benar. Kata "benar" di sini berarti berada dalam relasi yang benar dengan Allah. Paulus sadar bahwa semua yang ia miliki dahulu dan semua yang ia upayakan dahulu, tidak menjadikan dia benar di hadapan Allah. Hanya ketika ia bertemu dengan Kristus mata rohaninya tercelik, sehingga ia sadar bahwa ia bukan orang benar. Kristus, dengan karya salib-Nyalah yang membawa pembenaran buat orang yang percaya dan menerima Dia. Kristuslah yang menjadi agen pembenaran karena Dia adalah Allah.
Relasi yang benar dengan Allah merupakan permulaan hidup baru. Relasi yang benar harus membuahkan hidup yang benar, tingkah laku, pikiran, perkataan, dan segala sesuatu yang benar. Ini hanya mungkin terjadi kalau orang percaya bertumbuh rohaninya. Ini hanya bisa terjadi kalau Kristus terus-menerus menjadi sumber kekuatan rohani kita dan model hidup benar kita.
Oleh karena itu, tujuan Paulus juga harus menjadi tujuan orang percaya, yaitu mengenal Kristus sedemikian sehingga kita menjadi serupa Kristus, dan kuasa-Nya yang utama hadir dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah. Namun, sebelum mengalami sepenuhnya kuasa kebangkitan Kristus itu, kita juga harus bersekutu dalam penderitaan-Nya. Ini paket rohani yang tidak bisa dipisahkan. Kita harus mengalami persekutuan dalam penderitaan-Nya sedemikian, sehingga kita menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, baru akhirnya kita beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Apa Arti Bersekutu dalam Penderitaan Kristus?
Pertama, menerima penderitaan Kristus sebagai fakta yang menjadikan kita mengalami keselamatan. Kalau Kristus tidak menderita dan mati karena dosa-dosa kita, kita masih ada dalam belenggu dosa dan akan binasa kekal. Menerima fakta berikut, menyebabkan kita tidak akan pernah menyombongkan diri seakan-akan keselamatan kita itu karena usaha kita sendiri, atau karena kita cukup baik untuk mendapatkan keselamatan. Sebaiknya, kita mengucap syukur karena kasih dan pengorbanan Kristus di salib yang menyebabkan kita hari ini adalah milik-Nya.
Kedua, bersekutu dalam penderitaan Kristus berarti kita mau berbagi dengan apa yang Dia pernah alami, yaitu menderita menanggung dosa, ditolak, dianiaya, bahkan dibunuh. Menderita seperti Kristus dan menderita bagi Kristus adalah suatu kehormatan, kemuliaan, dan kepercayaan dari Dia yang mengizinkan kita berbagi dengan penderitaan-Nya. Pikul salib adalah suatu panggilan hidup yang mulia. Dengan pikul salib, kita bukan hanya menjadi bagian dalam penderitaan Kristus, tetapi juga menyaksikan kepada dunia bahwa salib Kristus berkuasa menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan kebinasaan kekal.
Ketiga, bersekutu dalam penderitaan Kristus sampai serupa dengan Dia dalam kematian-Nya berarti mati terhadap dosa. Kristus mati untuk menebus dosa manusia. Dia menderita dan mati supaya kita dibebaskan dari belenggu dosa. Hidup kita yang sudah mengalami pembebasan dari dosa, seharusnya tidak lagi membiarkan diri dikendalikan oleh dosa. Ini aspek penyangkalan diri. Diri kita adalah milik Kristus yang sudah menebus kita dengan penderitaan-Nya, dengan curahan darah-Nya, dengan jiwa-Nya. Artinya, kita menolak hidup gampangan yang hanya menuruti kita semata-mata, bahkan keinginan daging, supaya penderitaan Kristus bahkan kematian-Nya tidak sia-sia. Jadi, persekutuan di dalam penderitaan-Nya bermakna penuh buat hidup kita tatkala kita menguduskan diri dari berbagai godaan dosa, yang di dalamnya berarti ada penyangkalan akan hak-hak kita demi hidup kita yang lebih mulia, kudus, menjadi berkat buat sesama, dan memuliakan Tuhan.
Saat anak-anak Tuhan mengenal Kristus secara mendalam, yang dimulai dengan bersekutu di dalam penderitaan-Nya, maka kuasa kebangkitan Kristus mulai menghasilkan dampak yang dahsyat dalam kehidupan mereka. Kuasa itu pertama-tama menghasilkan anak-anak Tuhan yang berkemenangan terhadap pergumulan daging, godaan dunia, dan tipu daya iblis yang hendak menyeret mereka kembali terjerumus dalam dosa. Kuasa itu juga akan menjadi daya pendorong yang luar biasa untuk menyaksikan Kristus kepada dunia, disertai demonstrasi kuasa Kristus yang nyata.
Diambil dari: | ||
Judul buletin | : | Partner, Tahun XXIII, Edisi 1, Tahun 2009 |
Penulis artikel | : | Hans Wuysang |
Penerbit | : | Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta |
Halaman | : | 1 -- 2 |
- Login to post comments
- 8738 reads