You are hereArtikel Misi / Orang-Orang Memerlukan Kristus (Roma 10:1-15)
Orang-Orang Memerlukan Kristus (Roma 10:1-15)
Diringkas oleh: Kusuma Negara
Mengapa kita mengadakan konferensi misi? Mengapa kita mengirimkan penginjil-penginjil? Mengapa kita mengirim orang-orang untuk pergi ke tempat-tempat lain untuk mengatakan kepada orang lain tentang Yesus Kristus? Mengapa orang-orang Kristen percaya bahwa mereka harus memberitakan iman mereka? Di seluruh dunia ada banyak agama, ideologi, "pandangan dunia", mengapa orang Kristen berpikir mereka sendiri yang benar? Tidak adakah nilai di agama lain? Tidak adakah sesuatu yang bernilai di semua agama? Tidak adakah keindahan dan kebenaran di semua budaya? Tidakkah pengajaran banyak agama sangat mirip? Tidakkah ada banyak jalan untuk mencari Allah? Bahkan jika kita percaya bahwa Yesus adalah unik dan kita ingin mengatakan kepada orang lain tentang Dia dan tawaran keselamatan-Nya, bagaimana kita memberitakannya dengan cara yang sensitif dan tepat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting, tapi itu bukan pertanyaan-pertanyaan baru. Abraham pun menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sama; ia memercayai satu Tuhan ketika semua orang memercayai banyak tuhan. Jemaat Kristen mula-mula termasuk Paulus pun menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sama; pada zamannya, semua jenis agama, filosofi, dan kultus dapat ditemukan. Paulus berkhotbah kepada semuanya dan ia percaya bahwa pesan tentang Yesus Kristus relevan bagi semuanya. Beberapa orang memercayai pengajarannya dan yang lain -- yang tidak merespons Injil -- tidak ingin mendengarkan pesan ini. Mereka tidak tertarik kepada khotbah Paulus karena pesan itu tidak relevan bagi mereka. Mereka adalah orang-orang Yahudi sendiri.
Dalam Roma 10 ia berbicara tentang saudara sebangsanya dan bagaimana ia menginginkan agar mereka mengenal Yesus. Dalam melakukan hal tersebut, Paulus memberi model kepada kita bagaimana kita dapat memperlihatkan perhatian bagi keluarga kita dan bagaimana bersaksi dalam masyarakat yang pluralis. Ini adalah pokok permasalahan kunci dalam dunia modern: kita ingin menjaga keselarasan religius dan ras, namun kita pun ingin bersungguh-sungguh dengan iman kita.
Tiga buah kata dapat menyimpulkan apa yang dikatakan Paulus di sini yang menjelaskan sikapnya kepada orang lain. Hormat, keyakinan, dan kerinduan (keprihatinan).
HORMAT
Ketika Paulus memikirkan tentang saudara sebangsanya atau kelompok orang lain, emosi pertama yang ia rasakan kepada mereka adalah hormat. Ia merasakan hormat yang mendalam kepada saudara sebangsanya, kepada sejarah mereka, budaya mereka, dan warisan spiritual mereka (baca Roma 9:4-5).
-
Bangsa Israel telah diangkat sebagai anak-anak -- yang pertama mengenal Tuhan sebagai Bapa mereka.
-
Mereka adalah orang-orang pertama yang menerima sinar kemuliaan Allah (di Gunung Sinai).
-
Mereka telah menerima perjanjian dari Allah melalui Abraham, Musa, dan Daud.
-
Mereka [adalah bangsa yang] menerima hukum Taurat di Gunung Sinai.
-
Mereka diajar bagaimana beribadah menyembah Allah dan bagaimana membangun suatu tempat ibadah.
-
Mereka diberi janji-janji pengharapan dan dorongan dari Allah
-
Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur yang besar dan mengagumkan.
-
Akhirnya, Allah memberi mereka Mesias, Anak-Nya. "Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya."
Ketika ia berbicara kepada orang yang menyembah banyak dewa di Listra, ia tidak mengkritik mereka karena menyembah banyak dewa. Ia berbicara dengan hormat tentang Tuhan Pencipta yang besar. Ketika ia berbicara dengan orang-orang Athena yang berpikiran maju, ia berbicara tentang filsuf-filsuf dan pujangga-pujangga. Sejauh itu Paulus selalu memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan pada kebudayaan dan warisan orang yang ia ajak berbicara. Pendekatannya adalah pendekatan yang paling positif yang dapat ia lakukan. Kita perlu mulai dengan mencari hal positif dalam keyakinan dan kebudayaan orang lain dengan seluruh kemampuan kita.
Tapi kita tidak dapat menghormati kecuali kita mengerti. Kita tidak dapat mengerti, kecuali kita mengalami kesulitan dan mengambil waktu untuk mempelajari serta memahami apa yang mereka percayai dan apa yang penting bagi mereka. Jika kita mengirimkan misionaris-misionaris, atau terlibat dalam perjalanan misi, itu adalah tindakan yang benar. Baca dan pelajarilah apa yang dipercayai orang lain.
Dalam Roma 10:2, kita juga melihat bahwa Paulus pun sangat menghormati ketulusan dan penyembahan religius mereka. "... aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah." Paulus sedang berbicara tentang juru tulis dan orang-orang Farisi. Yesus menyebut beberapa juru tulis dan orang-orang Farisi sebagai orang munafik. Tidak diragukan lagi, beberapa di antara mereka memang munafik. Tapi kita tidak boleh sedetik pun membayangkan bahwa semua orang Farisi seperti itu. Banyak orang Farisi seperti Nikodemus yang memiliki kasih yang sungguh-sungguh pada firman Tuhan dan memiliki keinginan hati yang mendalam untuk mematuhi firman tersebut. Banyak yang mengetahui Mazmur dengan hati mereka dan bermeditasi pada kitab ini secara tekun.
Empat hal yang perlu kita ingat:
-
Kita perlu menghargai mereka.
-
Kita perlu menghormati mereka. Jika kita tidak menghormati mereka, mengapa mereka harus menghormati apa yang kita katakan?
-
Kita perlu mendengarkan. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan mereka sebelum kita mau mendengarkan. Orang-orang Kristen biasanya sangat baik untuk berbicara dengan orang lain namun sering kali tidak terlalu baik dalam mendengarkan orang.
-
Kita memerlukan dialog. Dialog adalah suatu bagian integral dari kesaksian. Dalam masyarakat demokratis modern mana pun, seharusnya ada kejujuran dan dialog terbuka. Hidup kita diperkaya dengan berbicara dengan orang lain, dari pemahaman mereka, nilai-nilai mereka, kebiasaan-kebiasaan mereka. Kadang itu membenarkan pemahaman kita, kadang hal itu membuat kita kembali ke Alkitab untuk melihat hal-hal yang sudah kita lupakan atau tidak pernah kita perhatikan.
KEYAKINAN
Dalam Roma 10:1-13, Paulus menyatakan keyakinannya. Ini adalah keyakinan yang tidak terelakkan. Hal itu mengikuti format secara logis dari apa yang Paulus telah katakan dalam delapan pasal sebelumnya. Ia mengatakan bahwa semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Tuhan. Setiap manusia telah berdiri di dalam penghukuman. Setiap manusia memerlukan seorang Juru Selamat. Jadi di dalam Roma 10:1-13, ia berbicara tentang Injil.
Perlunya Injil (ayat 1 -- 5)
Dalam Roma 9:30 -- 10:5, Paulus berbicara tentang dua cara keselamatan: cara hukum dan cara iman. Imamat 18:5 mengekspresikan prinsip kebenaran karena hukum: orang yang berpegang pada ketetapan Allah dan peraturan Allah akan hidup karenanya. Itulah yang dulu dilakukan oleh Paulus.
Paulus, seorang murid rabi yang harus diteladani, luar biasa giat dan memiliki keinginan hati untuk menjaga hukum Tuhan serta tradisi nenek moyangnya. Apa yang salah dengan itu? Inilah kesaksian Paulus: kita tidak dapat melakukannya. Kita tidak dapat membuat diri kita masuk surga.
Cara keselamatan berikutnya adalah cara iman. Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah penggenapan dari hukum -- karena Ia menaati hukum dengan sempurna dan Ia menggenapi kebutuhan untuk dibenarkan oleh hukum. Kristus memungkinkan orang-orang dibenarkan oleh iman. Kristus mati sehingga siapa pun yang beriman kepada-Nya menemukan hidup dan kebenaran. Paulus memiliki rasa hormat yang besar pada saudara sebangsanya, pada komitmen religius dan ketulusan mereka. Tetapi ketulusan saja tidak cukup. Mereka memerlukan Injil dan Paulus rindu mereka akan menemukan jalan keselamatan yang ada dalam Kristus.
Kesederhanaan Injil (ayat 6 -- 10)
Paulus mengatakan bahwa kita tidak usah melakukan hal yang tidak mungkin. Kita tidak perlu mendaki naik ke surga. Kita tidak perlu bertingkah seakan Kristus tidak pernah lahir dan Anak Allah tidak pernah turun ke dunia.
Kita tidak perlu mencari cara untuk naik kepada Allah karena Ia telah datang kepada kita. Jika Anda membeli bensin di Singapura, Anda akan diberi suatu kartu kecil. Setiap kali Anda membeli bensin di tempat yang sama, mereka akan memberi poin pada kartu Anda. Setelah mengumpulkan 4.000 poin, Anda akan mendapat kamera gratis. Beberapa orang berpikir bahwa Allah pun seperti itu. Kita harus mengumpulkan poin. Jika kita mendapat cukup poin, barulah kita mendapatkan tiket gratis ke surga.
Kita tidak harus mengusahakan jalan kita ke surga karena Allah telah datang ke bumi. Dan kita tidak harus bersikap seakan-akan Kristus masih di dalam kubur dan pekerjaan keselamatan masih belum sempurna sehingga kita harus melakukan sesuatu untuk menyempurnakannya. Seperti yang telah dikatakan Paulus sebelumnya di Roma 4:25, Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita dan telah dibangkitkan untuk pembenaran kita. Hal itu sudah selesai. Pekerjaan itu sudah dilaksanakan. Tidak ada yang harus kita lakukan kecuali percaya dengan hati kita dan mengakui Kristus dengan mulut kita (ayat 9).
Orang Yahudi telah mendaftar 39 tindakan yang dilarang pada hari Sabat. Kemudian dalam setiap 39 tindakan tersebut, ada 39 tindakan yang lebih detil yang terlarang, sehingga hasilnya ada 1521 tindakan yang dilarang pada hari Sabat. Saya mengagumi perhatian mereka untuk menjaga supaya Sabat tetap suci. Tetapi argumen Paulus adalah jika kita melakukan 1520 dari ke-1521 hukum tersebut, tapi melanggar satu saja, kita tetaplah pelanggar hukum.
Beberapa orang menghabiskan sepanjang hidupnya berpuasa dan berdoa, melakukan pekerjaan amal, dan melakukan ziarah ke tempat orang-orang suci. Itu adalah usaha yang sia-sia untuk mencari kedamaian pikiran, keringanan dari perasaan bersalah, dan pembenaran diri.
Injil itu gratis, namun bukan berarti murahan. Kita dapat hidup dengan cara apa pun yang kita mau, tapi tidak seenak kita. Kristus menjadi Tuhan kita, tapi kita tidak perlu mengurbankan apa pun meskipun Yesus harus mengurbankan semuanya.
Relevansi Universal Injil (ayat 11-13)
Injil diperuntukkan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang non-Yahudi. Tapi hal itu tidak populer pada zaman yang serba relatif ini. Pascamodernisme telah melingkupi masyarakat Barat dan sedang bergerak dengan pelan ke Timur melalui internet. Media massa mengatakan, "Biarlah setiap orang memiliki kepercayaan sendiri. Setiap orang itu benar. Jika seseorang berpikir sesuatu itu benar, itu benar bagi mereka." Ini adalah rasionalisme yang gila.
Saya berbincang-bincang dengan seorang pemeluk agama lain dalam sebuah kereta api di India. Kemudian, kami berdiskusi tentang hidup setelah kematian. Ia berkata, ia percaya bahwa setelah mati kita akan mengalami reinkarnasi. Saya berkata bahwa saya percaya setelah mati kita tidak akan mengalami reinkarnasi tapi menghadapi takhta penghakiman Allah. Dua pandangan ini tidak dapat benar dua-duanya. Keduanya sama-sama eksklusif.
Kita harus menolak relativisme. Kita harus menolak ide bahwa semua orang adalah benar. Ini disebut kebenaran absolut; ada hal-hal yang benar dan ada hal-hal yang tidak benar. Paulus memberikan argumen bahwa ada satu Juru Selamat untuk semua. Ia diyakinkan pada saat yang sama tentang relevansi universal iman Kristen.
Orang bertanya kepada saya mengapa saya memberitakan Injil kepada orang Yahudi. Saya melakukannya karena Yesus telah mengatakan kepada kita untuk melakukannya dan karena mereka layak untuk mendengar. Saya telah berbicara dengan ratusan orang Yahudi yang telah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan mereka mengatakan bahwa mereka telah menemukan hal-hal ini dalam Yesus.
-
Pengetahuan pribadi tentang Tuhan. "Saya telah menemukan apa yang dicari ayah dan kakek saya. Saya sekarang tahu Allah Abraham, Ishak, dan Yakub."
-
Pengampunan dosa. Mereka berdoa untuk minta pengampunan, tapi mereka tidak memiliki jaminan bahwa mereka sudah diampuni.
-
Hidup yang kekal. Sebagian besar tidak memiliki pengharapan tentang hidup kekal. Mereka mengatakan bahwa orang mati hanya akan hidup dalam memori mereka. Jadi mereka menyalakan sebatang lilin setiap tahun dan mengingat mereka.
Ini waktunya bagi orang-orang Kristen untuk menghadapi logika dan iman mereka. Apakah yang lahir di Betlehem hanyalah bayi kecil biasa atau Tuhan yang berinkarnasi? Apakah ia yang mati di kayu salib adalah seorang nabi yang gagal atau Juru Selamat dunia? Apakah orang yang muncul di hadapan murid-murid pada hari Paskah pagi yang pertama adalah hantu atau Tuhan yang telah bangkit? Jika Ia adalah Tuhan yang telah bangkit, maka Ia adalah Tuhan dan Juru Selamat dan Tuhan bagi semua. Jika Ia bukan Juru Selamat dunia, berarti kita tidak memunyai Juru Selamat.
Kita tidak boleh lupa pentingnya pesan yang kita beritakan. Kita harus belajar bagaimana memberitakan Kabar Baik ini dengan kerendahan hati dan hormat. Kita juga perlu melakukannya dengan keyakinan.
Orang-orang Kristen kadang terdengar arogan. Mereka terdengar seakan mereka memiliki semua jawaban. Sesungguhnya, kita tidak tahu semua hal. Kita tidak tahu semua jawaban-jawaban. Kita hanya tahu apa yang telah Tuhan katakan kepada kita. Kita tidak lebih baik daripada orang lain. Kita adalah orang berdosa yang memiliki pesan untuk diberitakan. Kita perlu memberitakannya dengan kerendahan hati dan kepekaan tapi dengan percaya diri.
KERINDUAN/KEPRIHATINAN (Ayat 14-15)
"Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?" Dua milyar orang belum pernah mendengar tentang Kristus. Dukacita yang sangat besar dan kesedihan hati yang tiada henti (Roma 9:2). Paulus mengekspresikan keprihatinan yang mendalam bahwa mereka akan diselamatkan (Roma 10:1). Ia rindu dan berdoa bagi mereka. Ia pun menangis bagi mereka seperti ketika Yesus meratap karena kota Yerusalem. Inilah tingkat keterlibatan Paulus.
Ini adalah jenis keprihatinan yang memotivasi Musa ketika ia berdoa untuk orang-orang Israel dan yang menantang David Brainerd ketika ia berdoa untuk orang-orang Indian di Amerika Utara. Itulah yang memotivasi Hudson Taylor ketika ia memikirkan 1 juta orang sekarat tiap bulan tanpa Kristus. Ia tidak menghabiskan waktu untuk berspekulasi tentang takdir kekal mereka. Ia tidak mendebat bahwa mereka yang tulus tapi tidak pernah mendengar tentang Kristus mungkin akan baik-baik saja. Ia percaya bahwa tidak ada keselamatan tanpa Kristus. Kita tidak memunyai hak untuk berjudi dengan keselamatan orang lain, untuk berteori ketika orang-orang sedang menunggu untuk mendengar. Ia rindu orang-orang akan dikirim. Bagaimana mereka mendengar kecuali orang-orang dikirim? Ia berdoa agar pekerja-pekerja akan dikirim keluar menuju ladang tuaian. Ia tahu hal ini penting, bahwa orang-orang hanya akan pergi dengan keyakinan bahwa mereka dipanggil.
Ia tahu bahwa ini adalah hak istimewa. "Betapa indahnya kaki-kaki mereka yang membawa Kabar Baik." Ia tahu bahwa hal itu akan sulit. Kadang orang tidak bersedia mendengar. "Siapakah yang percaya dengan pemberitaan kami?" (ayat 16) Perikop ini mengacu pada Hamba yang Menderita, yang ditolak, dihina, manusia yang penuh kesengsaraan dan yang menderita kesakitan.
Tidak mudah untuk menjadi seorang pembawa pesan; mengikuti langkah-langkah Raja yang menjadi Hamba. Bersiap-siaplah untuk menghadapi penolakan. Bersiap-siaplah untuk menjadi rapuh. Bersiap-siaplah untuk menderita. Kita pun mungkin menghadapi lawan karena kita adalah pembawa-pembawa pesan Kabar Baik. Kita tidak akan selalu diterima dengan baik. Kadang kita akan menghadapi kesalahpahaman.
Kesimpulan
Paulus menghormati semua orang, cara pandang, budaya, dan ketulusan hati mereka. Paulus memiliki keyakinan bahwa Yesus Kristus yang dulu dan yang sekarang adalah Juru Selamat dunia dan bahwa semua orang memerlukan hadiah keselamatan yang Ia tawarkan. Paulus memiliki keinginan hati, karena ia rindu agar semua orang mendengar kabar yang luar biasa tentang hadiah Tuhan yang tidak terkatakan.
Ada 2 miliar orang belum pernah mendengar tentang Yesus. Apakah Anda akan menahan kesempatan mereka untuk mendengar pesan pengampunan, janji hidup kekal, dan pengharapan tentang hubungan pribadi dengan Tuhan?
Diringkas dari:
Judul artikel | : | Orang-Orang Memerlukan Kristus (Roma 10:1-15) -- |
Makalah Seminar Mahasiswa Indonesia Menuai (MIM), | ||
Yogyakarta, 22 -- 25 Agustus 2005 | ||
Penulis | : | Christopher David Harley |
Halaman | : | 1 -- 8 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 18315 reads