You are hereArtikel Misi / Meningkatkan Program Pendidikan untuk Anak Kurang Mampu
Meningkatkan Program Pendidikan untuk Anak Kurang Mampu
Statistik yang ada menunjukkan fakta yang tidak baik mengenai sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah yang kurang mampu. Anak-anak yang lulus dari sekolah itu kurang siap untuk bersaing dengan anak-anak lain yang belajar di sekolah-sekolah di pinggiran kota atau sekolah swasta. Selain memberikan alternatif bagi anak-anak yang bersekolah di daerah-daerah seperti ini, kita harus melakukan apa yang sanggup kita lakukan untuk meyakinkan bahwa mereka juga pantas mendapat pendidikan yang terbaik. Salah satu cara yang terbukti efektif bagi kami adalah membantu anak-anak itu melalui program pelajaran tambahan.
Kepedulian kita semua melalui program seperti program pelajaran tambahan mungkin adalah yang paling dibutuhkan untuk membantu anak-anak tersebut. Periksa lingkungan Anda untuk mencari anak-anak yang membutuhkan pendidikan, kemudian rekrut tenaga pengajar sukarelawan dari lingkungan Anda dan gereja-gereja lokal untuk melayani dalam sebuah program pelajaran tambahan yang diadakan secara rutin. Sukarelawan yang dapat mengajar musik dan kesenian, juga yang menguasai satu bidang pelajaran, akan menghasilkan sebuah program pengajaran yang hebat. Bagi anak-anak SD, terkadang yang dibutuhkan hanyalah waktu; waktu bersama orang-orang dewasa untuk mendorong dan memeriksa pekerjaan rumah mereka. Kepercayaan dan kedisiplinan diri adalah yang paling diperlukan oleh anak-anak, dan para pengajar dapat menjadi teladan, serta dapat membantu menumbuhkan karakter-karakter itu. Komunikasi rutin dengan orang tua dan guru sekolah anak-anak itu akan memampukan para pengajar untuk memperkuat pendidikan dan menjadi lebih sensitif terhadap lingkungan tempat tinggal mereka.
Sebuah jamuan yang diadakan setiap semester yang dihadiri orang tua dan guru sekolah adalah salah satu cara yang tepat untuk menghargai kerja keras dan prestasi. Bisnis setempat dapat didorong untuk membantu menyediakan fasilitas pengajaran, seperti kursi, buku, komputer, pena, dan kapur.
Salah satu pembicara dalam pertemuan yang kami adakan adalah Paul Gibson. Pria berkulit hitam ini dulunya adalah staf InterVarsity yang ada di lingkungan kami. Ia mengadakan program pengajaran pada salah satu sekolah dasar di Pasadena (wilayah Los Angeles). Program itu begitu sukses sampai-sampai sekolah-sekolah yang ada sekarang memakai strateginya dan memasukkannya dalam kurikulum pendidikan.
Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan guru sekolah itu penting. Hampir semua, bahkan semua guru setuju bahwa hal yang paling penting bagi keberhasilan seorang anak adalah keterlibatan orang tua. Jika orang tua kesulitan untuk menghadiri rapat orang tua-guru karena mereka harus menjaga anak atau karena masalah transportasi, berikan tumpangan untuk mereka atau bantu mereka untuk menjagai anak-anak mereka. Jika orang tua tidak peduli dengan pendidikan anak-anak mereka, dorong mereka untuk terlibat, minta tetangga mereka untuk mendorong mereka, atau jika perlu, kumpulkan semua orang dewasa dalam lingkungan Anda yang bersedia secara bersama-sama bertanggung jawab atas anak-anak di lingkungan mereka dan memikirkan cara untuk berperan sebagai "orang tua" bagi anak-anak itu dalam bidang pendidikan.
Dua hal paling penting yang kami lakukan ialah membantu orang tua yang mengurus anak-anaknya dan orang-orang yang berperan sebagai "orang tua" bagi anak-anak yang orang tuanya tidak peduli kepada mereka. Salah satu anak laki-laki yang mengikuti program ini sering sekali bertengkar di sekolah, dan ibunya tak terlalu peduli dengan hal tersebut. Gurunya sangat bersyukur karena ia bisa menghubungi anak saya, Derek, dan mengatakan semua tentang perkembangan dan masalah anak itu. Guru itu tahu bahwa Derek pasti akan mengurus anak itu seperti seorang ayah. Orang tua lain berharap anak-anak mereka mendapatkan nilai yang baik, namun mereka tidak mampu membantu anak-anak mereka karena mereka harus bekerja atau tidak cukup berpendidikan. Mereka sangat menghargai dan mendukung apa yang kami lakukan, yaitu memberikan pelajaran tambahan untuk mereka.
Sebuah usaha pelayanan dan pendidikan yang agak memakan biaya dan lebih menantang adalah membangun sebuah sekolah swasta bagi anak-anak kurang mampu di sekitar kita. Upaya demikian terkadang diperlukan. Sekolah seperti itu memungkinkan tersedianya kelas yang lebih kecil dan adanya unsur-unsur kekristenan. Karena sekolah itu ditujukan dan dijalankan oleh orang-orang yang memahami kebutuhan masyarakat dan ada di masyarakat, sekolah itu akan lebih dapat mengembangkan pemimpin-pemimpin muda daripada sekolah negeri.
Putriku, Priscilla dan putraku, Derek, serta Julie Ragland sedang berusaha mewujudkan visinya untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu di sekitar tempat tinggal kami. Priscilla sedang berusaha meraih gelar Ph.D. dalam bidang administrasi sekolah dan Julie sedang berusaha meraih S2 dalam bidang pendidikan khusus dan pendidikan lintas budaya. Mereka mencari guru Kristen berdedikasi yang merasa terpanggil untuk mengajar di tempat yang membutuhkan tenaga mereka. Nantinya akan ada kelas "playgroup" sampai kelas enam SD. Namun begitu, sekolah ini awalnya hanya akan membuka kelas "playgroup", taman kanak-kanak, dan kelas satu SD, kemudian menambah satu atau dua tingkat kelas setiap tahunnya.
Kami mencoba mengumpulkan dana yang memungkinkan agar sekolah itu tidak tergantung pada uang sekolah untuk terus beroperasi, dengan begitu para murid juga akan terbantu. Meski kami selalu meminta para orang tua murid untuk membayar semampu mereka, terkadang kami memasukkan anak-anak yang orang tuanya tidak peduli atau tidak mampu membayar, ke sekolah kami. Kami juga berencana untuk membangun sebuah asrama untuk anak-anak yang berasal dari lingkungan tempat tinggal yang buruk.
Beberapa orang khawatir bahwa sekolah Kristen swasta akan berdampak buruk terhadap sekolah negeri. Hal itu dapat dipahami. Salah satu majalah menjelaskan bahwa dari semua anak yang belajar di 25 sekolah negeri dengan sistem sekolah paling buruk, yang berkulit putih hanya tiga persennya -- hal itu menandakan sedikitnya anak kulit putih yang mau bersekolah di sekolah negeri dan kemerosotan sekolah-sekolah negeri. Sekolah Kristen yang ada di daerah-daerah kurang mampu seharusnya tidak menjadi tempat pelarian dari masalah tersebut, seperti halnya sekolah swasta dan sekolah di pinggiran kota. Sebaliknya, sekolah ini harus menjadi sebuah jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Meski kita tidak bisa menangani pendidikan anak-anak yang kurang mampu, kita dapat menangani sebagian dari anak-anak itu. Jika sekolah ini menyebabkan orang-orang Kristen tidak peduli terhadap anak-anak kota (misalnya, tidak mau bekerja sama untuk meningkatkan kualitas sekolah negeri), maka sekolah ini menjadi sebuah masalah. Harapan kami, semua anak mendapatkan pendidikan yang paling berkualitas.
Saya telah menyaksikan bahwa mendirikan sekolah seperti itu benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan di daerah bersangkutan. Salah satu alasannya adalah satu kata yang telah ada sejak Amerika ada -- kompetisi. Hal itu bisa memaksa sekolah negeri untuk memberikan pendidikan yang berkualitas. Kedua, kebanyakan anak yang ingin kita asuh itu adalah anak-anak yang terancam putus pendidikannya. Jika anak-anak itu sedang di ambang kejatuhan dan kebutuhan pendidikan mereka tak terpenuhi, kita harus melakukan apa pun juga untuk mendidik mereka. Kita harus melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk menghancurkan lingkaran setan kepasrahan: karena Anda miskin, Anda mendapat pendidikan yang buruk; karena Anda kurang terdidik, Anda tidak akan dapat bersaing; dan karena Anda tidak dapat bersaing, Anda akan tetap menjadi miskin. (t/Dian)
Judul buku | : | Beyond Charity; The Call To Christian Community Development |
Judul bab | : | Providing Services |
Penulis | : | John M. Perkins |
Penerbit | : | Baker Books, Michigan 1993 | Halaman | : | 109 -- 112 |
- Printer-friendly version
- 16450 reads