You are hereArtikel Misi / Mencari Dukungan Dana

Mencari Dukungan Dana


Setiap organisasi dan individu memiliki caranya masing-masing dalam mencari dana. Dalam bukunya, "People Raising", dengan anak judul "A Practical Guide to Raising Support", William Dillon menyebutkan berbagai cara pengumpulan dana -- George Mueller yang hanya mengandalkan doa; D.L. Moody yang mengandalkan doa, informasi, dan usaha pengumpulan dana; sementara Hudson Taylor mengandalkan doa dan informasi, namun tanpa usaha pengumpulan dana. Kemudian ia berkata, "Pertanyaannya adalah: model pencarian dana manakah yang diajarkan Alkitab secara ekslusif? Jawaban: Tidak ada. Ada banyak model dan metode yang berbeda."

Seperti yang selama ini diperdebatkan di gereja, kita memerlukan cara pandang yang tepat, yang melihat pada gambaran utuh tanggung jawab gereja untuk membangun Kerajaan Allah. Seperti kata Dillon, hal ini akan melibatkan pengembangan sikap menghargai metode pengumpulan dana kelompok dan individu lain. Termasuk di dalamnya rasa syukur kepada mereka yang memberi bagi pekerjaan Kerajaan Allah, baik mereka yang memberi dari kelebihan atau pun dari kekurangannya.

Komunikasi yang baik dalam masalah uang itu penting agar orang-orang dapat memahami keadaan dunia. Kita harus mengubah cara pandang yang menyatakan bahwa membicarakan uang adalah sesuatu yang tidak rohani. Saya meminta pemahaman Anda yang lebih dalam mengenai prinsip-prinsip keuangan yang alkitabiah, dan lebih dari itu, sikap yang menyatakan bahwa apa pun cara kita mengumpulkan dana dan siapa pun yang memberikan dana, pada akhirnya Tuhanlah yang menyediakan semua kebutuhan kita, dan Ialah Pribadi yang layak menerima ucapan syukur kita.

Salah satu dasar alkitabiah utama yang mengajarkan tentang upah bagi pekerja Kristen adalah 1 Korintus 9:7-14.

Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.

Kebenaran ayat di atas adalah bahwa seseorang yang dipanggil untuk menjadi misionaris di luar negeri telah diterima dalam pekerjaan kerajaan, dan oleh karena itu, dia boleh mengharapkan upah, entah itu gaji maupun pemberian khusus dari saudara seiman. Apabila Anda terlibat dalam pekerjaan Tuhan, Anda tidak perlu merasa bersalah saat menerima imbalan. Anda bahkan tidak perlu merasa bersalah jika ada orang yang rela berkorban agar Anda mendapatkan imbalan. Anda tidak perlu terobsesi untuk memiliki gaya hidup yang miskin. Sebagai seorang pekerja, Anda patut mendapatkan upah (Lukas 10:7). Menurut 1 Korintus 9:9, Anda diibaratkan sebagai seekor lembu, dan seperti yang Paulus katakan, Tuhan mengatakan bahwa ini untuk kebaikan kita.

Kesulitan muncul ketika orang-orang berkata bahwa mereka terpanggil untuk terlibat dalam pelayanan sepenuh waktu, namun karena satu atau dua hal, orang-orang di gereja lokal tidak menerima mereka; hal ini sering terjadi saat jemaat gereja lokal tidak diikutsertakan dalam diskusi, namun hanya diberi tahu bahwa akan ada misionaris yang datang. Selama bertahun-tahun, kami melihat fenomena menarik di mana orang-orang mengatakan mendapat petunjuk langsung dari Tuhan, namun kemudian berbalik dan mengkritik gereja karena gereja tidak mengirim bantuan dana. Saya mendapati banyak orang berkata bahwa mereka akan berjalan berdasarkan iman dan tidak akan meminta uang kepada siapa pun, namun segera bersikap buruk saat gereja tidak antusias dan uang tidak segera dikirimkan. Ini semua berkaitan dengan kebutuhan akan tingkat komunikasi dan tanggung jawab yang lebih tinggi dari tahap paling awal seseoraang tertarik dalam pelayanan misi.

Beberapa orang mengatakan bahwa masalahnya bukanlah kesulitan dalam menerima uang dari orang lain sebagai pekerja Kristen, namun mengetahui bahwa sering kali apa yang diterima tidak cukup untuk melanjutkan hidup dan bahwa jemaat yang diutus harus diyakinkan akan nilai investasi dalam pelayanan semacam ini. Hal seperti itu tidak perlu terjadi. Gereja perlu mengembangkan cara pandang alkitabiah tentang uang. Salah satu cara untuk membantu mereka mengembangkannya dan membantu meningkatkan kondisi orang-orang yang hidup dari bantuan saudara seiman di gereja adalah dengan memastikan bahwa mereka mengerti dengan jelas akan kebutuhan-kebutuhan yang ada.

Komunikasi dengan gereja lokal ini sangat penting. Gereja lokal merupakan pihak yang paling penting dalam mengutus jemaatnya dan menerimanya kembali. Jika Anda mengalami masa sulit dalam pelayanan misi dan gereja belum terlibat, maka bicarakanlah dengan mereka dan mintalah konfirmasi. Anda harus terbuka dan jujur kepada mereka tentang kebutuhan-kebutuhan Anda, dengan cara yang penuh kasih yang membuat mereka mendukung pelayanan Anda. Terkadang mungkin terjadi konspirasi di dalam gereja untuk tidak peduli dengan kebutuhan para jemaatnya. Dengan siapa pun Anda berbicara -- gereja Anda, kelompok, atau orang lain -- kembangkan kemampuan berkomunikasi yang baik untuk membantu Anda mengatasi masalah ini. Sebenarnya beberapa gereja lebih banyak memiliki jemaat yang bersedia diutus untuk menjadi misionaris daripada yang dapat mereka dukung. Kenyataan ini dapat mengakibatkan kekecewaan dan ketegangan apabila tidak ditangani dangan bijak.

Kemampuan berkomunikasi yang menyenangkan dan efektif dengan orang lain, baik secara tatap muka, lewat telepon, dan surat, perlu diupayakan. Kemampuan ini membutuhkan pemahaman konteks hidup yang tidak dirasakan oleh orang yang mungkin akan membantu. Gunakan media cetak untuk berkomunikasi. Pertimbangkanlah untuk mempersiapkan surat perkenalan tentang diri sendiri. Mungkin Anda bisa meminta seseorang yang mengetahui pekerjaan Anda untuk menulis sesuatu tentang Anda. Ketika Anda mengembangkan kemampuan ini untuk mendapatkan dukungan bagi Anda sendiri, pikirkan dan ceritakan juga kebutuhan-kebutuhan untuk pelayanan yang lebih luas. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dukungan dana yang paling besar dan setia berasal dari teman-teman dan anggota jemaat. Saya percaya banyak dari mereka yang siap dan bersedia untuk membantu Anda dengan senang hati, namun Anda harus memastikan bahwa masing-masing dari mereka memiliki kesempatan untuk melakukannya.

Ketika Anda menceritakan kebutuhan Anda, kembangkan visi Anda. Tanpa visi, usaha mencari dukungan menjadi pekerjaan yang membosankan. Ingatlah bahwa tujuan pelayanan Anda adalah untuk memberitakan Injil kepada mereka yang terhilang. Inilah visi yang membimbing dan menginspirasi saya ketika saya berusaha dan berdoa untuk terjadinya terobosan keuangan. Uang memang sangat dibutuhkan. Seandainya orang bisa menghindari kesulitan dengan beberapa cara lain, kita tidak perlu repot. Kenyataan ini membuat kita harus berjuang demi sumber keuangan yang kita butuhkan dan tidak terintimidasi oleh kemerosotan dan kekecewaan yang kita hadapi.

Bagian dari sikap benar dalam menyikapi pemenuhan kebutuhan bagi individual adalah mengusahakan keseimbangan antara doa, tindakan, dan lebih dari itu, tetap percaya kepada Tuhan. Saya dapat menggambarkan prinsip umum ini dengan cerita yang sangat memilukan. Pada tahun 1982, Jonathan McRostie, yang kemudian menjadi Direktur Operation Mobilisation Eropa, mengalami kecelakaan mobil yang parah hingga membuatnya lumpuh. Ketika kami mendengar tentang kecelakaan itu, kami mengajak ribuan orang untuk mendoakannya. Pada saat yang sama, kami melakukan apa pun yang diperlukan agar ia mendapatkan perawatan terbaik. Sebuah helikopter membawanya ke salah satu rumah sakit terbaik di Eropa, di sana dia mendapat penanganan dari dokter terbaik. Namun akhirnya, yang bisa kami lakukan hanyalah percaya kepada Tuhan bahwa Ia akan memeliharanya. Kami berdoa, kami lakukan apa yang bisa kami lakukan, dan selanjutnya kami serahkan kepada Tuhan.

Dalam Operation Mobilisation, kami sering menemukan kesulitan untuk menerapkan keseimbangan tersebut dalam hal keuangan. Dulu, sudah menjadi kebijakan untuk tidak menyebutkan kebutuhan tentang uang di luar organisasi kecuali diminta secara khusus, dan demikian juga membiarkan anak-anak muda masuk dalam program kami untuk menyebutkan kebutuhannya atau kebutuhan kami secara langsung. Kami percaya bahwa kami harus bergantung sepenuhnya pada doa syafaat bagi pergerakan keuangan dan tetap menghargai kelompok lain dengan metode yang mereka pakai. Saya akui bahwa terkadang kebijakan ini membuat kami merasa superior dan "paling rohani" ketika kami melihat usaha pengumpulan dana yang pihak lain lakukan. Hal ini juga menimbulkan adanya kubu-kubu ketika beberapa orang menerapkan kebijakan ini dengan lebih ketat daripada yang lain. Sudah jelas bahwa informasi yang muncul adalah tentang kebutuhan kami. Jemaat yang menghadiri persekutuan doa mendengar kebutuhan itu dan banyak di antaranya yang menuliskan kebutuhan itu dalam surat pribadi. Pemberian dari para dermawan tentu saja berdasarkan informasi dari dalam pihak Operation Mobilisation. Kebijakan ini tidak pernah dimaksudkan untuk berkata dengan cara sederhana bahwa kita bergantung "hanya kepada Tuhan dan bukan kepada manusia", tapi bagi banyak orang, kebijakan ini nampak seperti itu.

Beberapa tahun yang lalu, kami mengubah penekanan kebijakan untuk lebih menyiratkan pengajaran alkitabiah bahwa Tuhan memakai beberapa orang dan gereja untuk memenuhi kebutuhan mereka yang melayani-Nya. Bahkan, Perjanjian Baru lebih banyak membahas hal ini daripada "berharap pada Tuhan saja" dalam hal keuangan. Saat hal ini dikenal secara luas, kebutuhan akan informasi yang berkualitas, bagi mereka yang mungkin terlibat dalam pemberian bantuan, menjadi penting. Kami terjun dalam usaha pengumpulan dana, dan saya yakin sekarang penekanan kami lebih alkitabiah daripada sebelumnya, yaitu doa syafaat yang intensif, diikuti dengan tindakan yang masuk akal dan pemberian informasi tentang kebutuhan dana, dan di belakang semuanya itu, ketergantungan kepada Tuhan untuk mencukupkannya bagi kami. (Sementara itu, kami terus mengingatkan diri kami akan perlunya menghargai usaha orang lain dalam masalah dana ini.) Tuhan sanggup melakukan hal yang mustahil, namun Dia juga bekerja dengan umat-Nya hari demi hari, melalui cara yang bijaksana, baik, dan damai. Hudson Taylor, seseorang yang terkenal akan doanya dan imannya bahwa Tuhanlah yang menyediakan uang, yang juga seorang pembicara yang luar biasa dalam pekerjaannya; kita membutuhkan pendekatannya yang seimbang.

Penting bagi kita untuk menyadari bahwa memusatkan doa kita pada uang merupakan hal yang bukan tidak rohani atau duniawi. Watchman Nee, dalam bukunya, "A Table in the Wilderness", mengatakan:

Tapi ketika menyinggung masalah kebutuhan akan uang, makanan, minuman, dan uang tunai, masalah ini sangat praktis sehingga realita iman kita pada akhirnya diuji. Bila kita tidak dapat percaya kepada Tuhan untuk mencukupi kebutuhan hidup kita sementara, apa untungnya membicarakan tentang kebutuhan rohaninya? Kita mengatakan kepada orang lain bahwa Tuhan adalah Allah yang hidup. Marilah kita membuktikannya dalam hal-hal material yang praktis. Tidak akan ada yang dapat membuat kita percaya kepada-Nya, yang seharusnya kita ketahui, saat tuntutan-tuntutan rohani lain itu muncul.

Jika kita mempelajari perumpamaan janda yang gigih dalam Lukas 18:1-5, kita akan mempelajari pelajaran penting tentang ketekunan berdoa. Kemudian, saat kita berdoa, kita mulai menghadapi situasi yang aneh dan sulit untuk menguji ketulusan tujuan kita. Kita harus benar-benar berhati-hati dengan motivasi kita. Apakah kita sungguh-sungguh rindu melayani dalam dunia penginjilan? Ketika kita berdoa untuk keuangan, apakah itu demi kemuliaan Tuhan? Tuhan terkadang menahan berkat keuangan karena Dia prihatin dengan cara pandang kita yang salah tentang Dia. Sebagai contoh, sungguh tidak benar jika kita berpikir bahwa kita bisa meletakkan Tuhan di dalam kotak dan memaksa-Nya untuk melakukan apa yang kita inginkan. Kitab Ayub mengajarkan kepada kita tentang hal ini dan menunjukkan kepada kita sampai tingkat mana Tuhan menguji seseorang. Ketika ujian itu datang, penting bagi kita untuk tetap berusaha agar tidak kehilangan visi yang Tuhan berikan kepada kita. Karena Tuhan tidak ingin menghancurkan tujuan kita, tapi memurnikan kita saat kita berjalan di dalamnya. Tuhan mungkin mengizinkan kita diuji, dengan kekhawatiran akan keuangan kita, tapi kekhawatiran tidak akan menciptakan terobosan rohani. Jika kita tidak bisa menang atas roh kekhawatiran, maka saya rasa penting bagi kita untuk menceritakan dan mendoakannya bersama saudara seiman kita.

Dalam 1 Yohanes 3:21-22, kita melihat hubungan yang jelas antara ketaatan dan jawaban doa: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memerolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Akan tetapi, itu bukan berarti jika setiap kali mengalami kekurangan uang atau doa-doanya tidak segera dijawab, berarti orang tersebut tidak taat. Hal ini membutuhkan pemahaman yang benar. Walaupun kita harus menghindari rasa bersalah dan kecenderungan terlalu mengintrospeksi diri, kita juga harus ingat bahwa dosa apa pun yang kita perbuat bisa menjadi penghalang doa. Dalam Perjanjian Lama, kita diingatkan bahwa ketika seorang yang berdosa berdoa, doanya menjadi sebuah kekejian. Doa tidak akan pernah bisa menjadi pengganti ketaatan.

Beberapa orang menyikapi negatif tekanan yang muncul bersamaan dengan kebutuhan keuangan yang besar dalam rencana usaha mereka. Mereka tidak suka diingatkan akan perlunya memercayakan diri kepada Tuhan untuk jumlah uang yang banyak. Meskipun demikian, saya rasa ketergantungan ini merupakan salah satu realita terbesar dalam pelayanan misi. Sekitar 75 persen atau lebih dari seluruh penduduk dunia setiap hari menghadapi masalah utama -- memertahankan hidup. Rata-rata, pendapatan tahunan untuk biaya hidup satu orang di salah satu negara termiskin di dunia, yaitu antara 400 -- 500 poundsterling per tahun. Banyak orang harus bekerja 16 jam setiap hari hanya untuk memertahankan hidup. Akan hal ini, mungkin kita perlu mengingat ucapan O Hallesby dalam bukunya tentang doa: "Doa adalah pekerjaan." Mungkin beberapa orang di antara kita lebih suka menghindari pekerjaan ini.

Bersamaan dengan doa, kita pun perlu bertindak. Beberapa tindakan itu adalah komunikasi penting dengan gereja dan individu. Pada saat yang sama, diperlukan sikap yang benar untuk kita menerima bantuan dari orang lain. Mungkin ada pelatihan tepat yang bisa Anda ikuti untuk meningkatkan nilai uang yang diberikan orang-orang Kristen untuk membantu Anda. Bagi anak muda, 2 tahun mengikuti program pendek tidaklah cukup. Apakah ada kemungkinan untuk menjadwalkan kembali waktu Anda, atau mengubah gaya hidup Anda sehingga tersedia lebih banyak kesempatan bekerja demi mencari dana dan meningkatkan nilai pokok dari dana tersebut? Banyak penulis Kristen menuliskan perlunya orang-orang Kristen dari negara yang lebih makmur untuk mengubah cara hidup mereka, supaya mereka dapat lebih memerhatikan keadaan dunia dan memberikan Injil kepada mereka yang memerlukannya, di mana pun mereka berada.

Berdoalah dan berusahalah, selanjutnya kita serahkan semuanya kepada Tuhan. Saat saya mengucapkannya, tidak berarti bahwa Tuhan memenuhi celah yang ada di antara dan sesudah doa dan usaha kita. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa Tuhan berkuasa atas segalanya. Hanya oleh karena anugerah-Nya, segala sesuatu terwujud melalui doa dan usaha. Akan tetapi, ada satu titik di mana kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita harus, tanpa keraguan, mengizinkan Roh Kudus untuk bekerja atas orang-orang yang telah dan belum kita hubungi. (t/Setyo)

Diterjemahkan dan diringkas dari:

Judul buku : Out of the Comfort Zone
Penulis : George Verwer
Penerbit : O M Books, Secunderabad 2000
Halaman : 110 -- 120

e-JEMMi 46/2008