You are hereArtikel Misi / Menanamkan Visi Misi ke Dalam Gereja-Gereja 2
Menanamkan Visi Misi ke Dalam Gereja-Gereja 2
Perwujudan Misi dalam Gereja Mula-Mula
Cook menggambarkan 5 langkah ke mana gereja akan dipimpin, supaya jangan bekerja dengan orang Yahudi saja, melainkan menetas menjadi gerakan misi ke seluruh dunia. Gerakan misi sudah membayang di bagian pertama kitab Kisah Para Rasul. Dalam Kisah Para Rasul 2, ketika Roh Kudus dicurahkan, bukan saja orang Yahudi, bahkan orang-orang kafir pun hadir pada saat itu. Mereka mendengar berita yang disampaikan oleh Petrus, dan mungkin dengan sukacita mereka kembali ke rumah sambil bersaksi! Dalam Kisah Para Rasul 8, Pilipus -- diaken dan penginjil gereja Yerusalem, dipimpin Roh Kudus untuk mengadakan misi penginjilan di Samaria, yang baru mulai dilakukan sejak Yesus ada di sana yang terakhir kalinya! Sekembalinya ke Yerusalem, Tuhan memberikan tugas misi yang lain untuk Pilipus (Kisah Para Rasul 8:25-39). Sejak saat itu dan seterusnya, pencapaian misi dilaksanakan dengan cara berikut ini.
1. Kita mengetahui dari Kisah Para Rasul pasal 10 bagaimana Petrus dipimpin untuk berkhotbah kepada Kornelius, seorang kafir, dan kepada keluarganya. Hal ini merupakan sesuatu yang baru, sehingga perlu bagi Tuhan untuk memberikan tiga tanda yang luar biasa: penglihatan surgawi yang menunjukkan bahwa tidak ada satu pun yang Tuhan telah ciptakan boleh dianggap haram; suara Tuhan yang mengatakan agar dia pergi bersama orang-orang yang dikirim dari Yope; kemudian turunnya Roh Kudus ke atas orang-orang di rumah Kornelius ketika Petrus sedang berkhotbah kepada mereka, tepat sama seperti Dia turun ke atas murid-murid yang sedang menunggu-Nya pada hari Pentakosta, di mana Petrus menjadi saksi-Nya. Alangkah jelasnya tanda yang menunjukkan bahwa Tuhan sendiri telah menerima orang-orang kafir ini ke dalam keluarganya, sama seperti Dia menerima kelompok rasul yang terdahulu.
2. Penganiayaan di Yerusalem dimulai dengan pembunuhan Stefanus. Karena itu, banyak orang Kristen dari jemaat biasa tersebar sebagai pengungsi sampai ke Antiokhia, daerah kafir (Kisah Para Rasul 11:19-30). Muncullah sebuah gereja di sana yang jemaatnya terdiri dari orang Yahudi dan kafir. Jemaat ini menjadi maju di bawah pelayanan Barnabas, yang dikirim oleh Gereja Yerusalem sebagai tenaga bantuan. Belakangan, dia membawa Paulus ke Antiokhia, yakni orang yang telah dikenalnya di Yerusalem beberapa tahun sebelumnya. Di Antiokhia, bakat mengajar Paulus memberi sumbangan yang berharga untuk pertumbuhan kerohanian, serta pertumbuhan gereja jemaat Antiokhia yang memiliki latar belakang campuran Yahudi-kafir.
3. Alkitab mencatat dalam Kisah Para Rasul 13:1-4, bagaimana gereja tersebut didorong oleh Roh Kudus untuk mengkhususkan Barnabas dan Paulus bagi tugas misi perintis. Setelah sebelumnya mereka dipanggil oleh Roh Kudus, sekarang keduanya diutus oleh gereja ini.
4. Langkah kemajuan penting lainnya untuk visi misi gereja adalah sidang Yerusalem yang digambarkan di Kisah Para Rasul 15. Konferensi tersebut diselenggarakan setelah selesainya perjalanan misi pertama Paulus dan Barnabas. Cook menyebutnya sebagai "krisis pertama yang benar-benar merupakan suatu krisis yang besar dalam kekristenan mula-mula". Juga disebutkannya sebagai "sebuah kasus anggur yang baru dalam kirbat yang lama". Dia menyatakan bahwa anggur Injil yang baru, tidak bisa dimasukkan ke dalam kirbat yang lama, yaitu Yudaisme, walaupun kelompok penganut Yudaisme menginginkan agar orang-orang yang baru bertobat, mau menjadi orang-orang Yahudi terlebih dahulu sebelum menjadi Kristen. Dalam laporannya mengenai keluarga Cornelius dan pertobatan mereka, Petrus berpegang pada pendapat bahwa dengan imanlah hati mereka disucikan (ayat 7-9), dan oleh karena anugerah Tuhanlah mereka telah menerima Roh Kudus. Barnabas dan Paulus menyatupadukan laporan mereka mengenai pertobatan orang-orang kafir (ayat 3-12). Berhasilnya misi kepada orang kafir di Galatia sudah jelas, tetapi masalah yang harus dipecahkan juga jelas: beberapa orang meminta agar orang-orang yang baru bertobat itu di sunat (ayat 5).
Perkataan terakhir dan menentukan diucapkan oleh Paulus. Dengan mengutip dari Simeon dan juga Amos (9:11-12), dia mendapatkan dasar-dasar alkitabiah bagi misi Petrus kepada orang-orang kafir untuk menyetujui laporan Paulus dan Barnabas, dan mencoba membuktikan bahwa misi kepada orang kafir merupakan rencana Tuhan. Karena itu, dia menerangkan bahwa orang-orang kafir bisa diterima ke dalam Gereja tanpa dibebani dengan persyaratan yang tidak penting (Kisah Para Rasul 15:13-18), karena Tuhan telah menginsyafkan mereka dalam rencana keselamatan-Nya. Karena itu, Paulus menyarankan dalam ayat 19, "Aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah." Akan tetapi, karena praktik-praktik orang kafir itu sangat memuakkan hati nurani orang Yahudi, dia menyarankan (ayat 20) bahwa demi kerukunan persekutuan antara orang-orang Kristen yang berasal dari Yahudi dan orang-orang Kristen yang berasal dari kafir, orang-orang Kristen yang asalnya kafir mau "menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati lemas, dan dari darah." Ayat 20 dan seterusnya menunjukkan tercapainya persetujuan bersama yang menyatakan bahwa para rasul, tua-tua, dan para anggota menyetujui usul itu, dan bersama Paulus dan Barnabas mengirim sepucuk surat kepada orang-orang Kristen Antiokhia guna meneguhkan iman mereka, tanpa menjalankan undang-undang Yahudi, melainkan hanya perlu memenuhi permintaan dalam ayat 20 sebagai kewajiban kasih dan persekutuan (ayat 28-29). Jelas bahwa keputusan gereja Yerusalem dan surat ke Antiokhia, sanggup menyelesaikan masalah itu. Tidak ada beban yang lebih berat yang dipikulkan atas bahu orang-orang Kristen yang berasal kafir, sehingga menjadi lapang jalan menuju perluasan kegiatan misi selanjutnya.
5. Kisah Para Rasul 16 memberi laporan tentang bagaimana misi gereja mula-mula berkembang menuju ke daerah luar, yaitu ke Eropa! Paulus dan teman-temannya mengadakan perjalanan misinya yang kedua. Karena didorong oleh Roh Yesus ke tepi pantai di Troas tanpa mempunyai kesempatan untuk pergi ke timur, ke timur laut, atau ke utara, mereka hanya melihat laut di hadapannya. Haruskah mereka menyeberang? Mereka berdoa. Paulus ingat sabda Tuhan yang disampaikan kepadanya beberapa tahun lalu ketika dia akan meninggalkan Yerusalem, "Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain." (Kisah Para Rasul 22:21) Kemudian Tuhan berfirman melalui penglihatan mengenai orang Makedonia, "Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!" Paulus dan teman-temannya "yakin" bahwa Tuhan memanggil mereka untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang Makedonia. Inilah usaha misi pertama untuk masuk ke benua Eropa yang nantinya akan menjadi pusat kekristenan! Ketaatan Paulus sangat penting, sebab sejak saat itulah Injil bisa disebarkan dengan bebas karena rintangan yang terakhir telah teratasi. Paulus pergi menuju Yunani dan sangat mengharapkan untuk bisa ke Roma; Dia bahkan berencana ke Spanyol (Roma 15:23-24).
Sesungguhnya gereja mula-mula telah menjadi gereja yang bersifat mengutus. Kadang-kadang kalau kita berbicara mengenai Paulus kita mungkin bisa melupakan konsep gereja, tetapi hubungan yang telah diperkuat oleh Paulus dengan gereja induk di Yerusalem dan dengan gereja misinya yang ada di Antiokhia, menunjukkan bahwa dia sungguh-sungguh melihat dirinya seperti lengan gereja yang terulur, lengan yang satu terkekang dengan menggenggam sebuah tugas khusus, yakni menjadikannya wakil Tuhan seperti dirinya sendiri dalam pencapaian dan kegiatan memulai usaha misi. (Kisah Para Rasul 18:22b-23a).
Selain langkah-langkah yang pokok ini, Perjanjian Baru memberikan laporan-laporan mengenai usaha-usaha yang lebih kecil dan tidak kalah pentingnya untuk meluaskan Injil ke luar lingkaran gereja-gereja Kristen! Misalnya, bukannya Paulus yang menginjil dari Efesus ke Asia kecil, yang pada saat itu merupakan provinsi Roma, tetapi anggota-anggota gereja Efesus yang setialah, yang pergi menginjil setelah diajar dan dididiknya. Mereka pergi dengan membawa serta Kabar Baik itu sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan" (Kisah Para Rasul 19:10). Atau orang-orang Tesalonika, "dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah." (1 Tesalonika 1:8)
Perintah Misi sebagai Tugas dan Tanggapan Gereja
Dengan menelusuri "perwujudan misi" di gereja mula-mula dan menemukan bukti yang jelas, bahwa gereja dan orang-orang Kristen mula-mula menyibukkan diri mereka dengan bersungguh-sungguh untuk melaksanakan Amanat Agung yang ditinggalkan kepada mereka oleh Tuhan, tampaknya kita perlu memeriksa apa yang menjadi sifat Gereja dalam Perjanjian Baru, untuk mengetahui apakah tugas misi itu adalah sesuatu yang boleh dilakukan dan boleh juga tidak, atau apakah tugas misi itu merupakan sebuah perintah.
George Peters menyatakan bahwa Tuhan memilih gereja untuk untuk memberitakan-Nya. Pada saat yang sama, Gereja melayani demi pencapaian tujuan Tuhan dalam dunia ini. Kata "ekklesia" -- memanggil, menunjukkan bahwa tubuh gereja adalah orang-orang yang dipanggil dari dan yang dipanggil bagi masyarakat. Mereka adalah orang-orang khusus, yang bersama-sama dipanggil demi sebuah tujuan yang khusus pula.
Alkitab menyebut Gereja sebagai "tubuh Kristus" (Efesus 1:22-23), "bait Allah" (Efesus 2:21-22), "imamat kudus" (1 Petrus 2:5), dan "perawan suci kepada Kristus" (2 Korintus 11:2; Wahyu 19:5-9). Kita bisa membaca dari Efesus 5:25, "Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya," dan di Matius 16:18, Dia berkeinginan untuk "mendirikan jemaat-Ku". Pembangunan Bait Allah masih berjalan terus pada waktu orang-orang dari segala bangsa dan suku ditambahkan. Tapi pada saat yang sama, "Ia menyucikannya", sehingga pada akhirnya Dia akan menyajikan Gereja yang suci dan tidak bercacat cela, "Gereja yang cemerlang" (Efesus 5:27), yang siap untuk perjamuan kawin Anak Domba (Wahyu 19:9). Setelah dibawa ke dalam hubungan yang hidup dengan Yesus Kristus oleh iman, Tubuh Gereja terdiri dari "orang-orang istimewa untuk melayani apa yang menjadi tujuan Tuhan yang khusus di zaman ini, dengan harapan untuk menempati kedudukan yang luar biasa beserta Tuhan di masa-masa mendatang."
Ciri-ciri gereja dalam jemaat lokal bisa diperoleh dari Kisah Para Rasul 2:44-47. Di sini ada sekelompok orang yang baru percaya (ayat 38,41), yang telah menerima Roh Kudus (ayat 38), tetap dalam pengajaran rasul-rasul, yang berdoa bersama-sama (ayat 42), yang bersama-sama memakai harta milik mereka (ayat 44,45), yang berbakti kepada Tuhan (ayat 47), mengasihi orang lain dan membawa orang lain ke dalam persekutuan (ayat 47). Jelas, bahwa kesaksian mereka sungguh-sungguh merupakan kehidupan mereka. Karena itu kita menyetujui pernyataan Peters, "Misi bukanlah sesuatu yang memberatkan tubuh gereja karena memang sudah menjadi sifatnya yang wajar, seperti buah anggur, wajarlah ada pada ranting-ranting dan sebatang dengan pokoknya. Misi tersalur dari struktur, watak, dan rancangan tubuh Gereja yang ada di dalamnya."
Walaupun dalam sejarah timbul pengertian yang salah, pendapat bahwa misi adalah tanggung jawab perseorangan dan bukan tanggung jawab gereja, Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tugas pokok tubuh Gereja ialah menyampaikan berita Ilahi kepada dunia secara gamblang dan efektif, untuk membawa manusia kepada hubungan yang hidup dengan Kristus oleh iman. Pemeliharaan, penjelasan, dan komunikasi Kabar Baik yang gamblang dan meyakinkan, beserta dengan maksud untuk membawa orang-orang kepada pengetahuan tentang Kristus sebagai satu-satunya Juru Selamat, dan penyerahan yang total kepada-Nya sebagai Tuhan, merupakan tugas gereja yang tertinggi dan paling utama. Inilah jantungnya misi Kristen.
Kita bisa menyatakan bahwa misi tidak saja merupakan tugas yang tertinggi dan utama, tapi juga merupakan jawaban kasih kepada Tuhan dan tuannya. Bersama Dialah kita rindu melihat domba-domba yang sesat dibawa ke dalam kandang (Yohanes 10:16), anak yang terhilang kembali kepada Bapanya (Lukas 15:32), bangsa-bangsa kafir diinjili dan dijadikan murid (Matius 28:18-30), dan Pertuanannya diluaskan sampai ke ujung-ujung dunia (Kisah Para Rasul 1:8). Tidak dapat disangkal bahwa dalam Perjanjian Baru, Gereja berada di bagian pusat. Tak dapat disangkal pula bahwa perintah dan tugas misi, harus menjadi sesuatu yang utama bagi gereja di segala Zaman dan bangsa.
Tugas Misi Dipandang dari Segi Kedatangan Kristus yang Sudah Dekat
Menurut Matius 24:14, "Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." Misi harus berjalan terus sampai Tuhan datang kembali. Semua bangsa dan suku bangsa harus sudah menerima kesaksian. Gereja tetap memanggil satu umat datang kepada Tuhan, bahkan dari suku bangsa yang terpencil sekalipun. Sebab, Paulus dipanggil untuk bersaksi kepada segala bangsa dan masyarakat (Kisah Para Rasul 26:15-18), demikian juga gereja harus menyadari bahwa keluarga, suku bangsa, seluruh lapisan masyarakat, dan segala bangsa harus dicapai sebelum Tuhan datang kembali. Penginjilan total, baik dalam kebudayaan sendiri maupun antar budaya, haruslah menjadi sasaran Gereja sebelum kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke dunia ini untuk mengambil gereja-Nya.
Semua harus mendengarkan, harus mendapat kesempatan untuk mengenal Injil, harus mempunyai perwakilan dalam Gereja Yesus Kristus yang akan dihimpun dari segala bangsa (Roma 11:25; Kisah Para Rasul 15:14). Kitab Kisah Para Rasul merupakan catatan mengenai begitu banyaknya orang Yahudi (Kejadian 21:20) dan masih banyak lagi bangsa-bangsa lain yang memberikan tanggapan terhadap Injil, sehingga gereja yang disebut gereja rasuli terdiri dari orang-orang Yahudi, Samaria, Yunani, Romawi, Galatia, Kreta, Arab, Mesir. Internasionalisme dan interrasialisme adalah jauh lebih dari idaman saja. Perwujudannya yang sempurna bisa dilihat dalam kitab Wahyu 5:8-1, di mana gereja yang bersukacita di depan takhta itu terdiri dari wakil-wakil "tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa".
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | Merencanakan Misi Lewat Gereja-Gereja di Asia |
Judul bab | : | Menanamkan Visi Misi ke dalam Gereja-Gereja |
Penulis | : | David Royal Brougham |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang 2001 |
Halaman | : | 22 -- 31 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 8228 reads