You are heree-JEMMI No.19 Vol.09/2006 / Marianna Slocum

Marianna Slocum


Marianna dibesarkan di Philadelphia, di mana ia menyelesaikan kuliahnya untuk kemudian mengambil kursus di Sekolah Alkitab Philadelphia. Ayahnya adalah seorang profesor dan penulis yang produktif. Meski demikian, kecintaan Marianna pada bahasa dan menulis tampaknya memang muncul secara alamiah. Ketika baru mulai menjadi mahasiswi, ia merasa bahwa Tuhan menuntunnya untuk terlibat dalam pelayanan penerjemahan bahasa suku. Ketika lulus, ia mengikuti Camp Wycliffe dan bergabung dengan pelayanan Wycliffe Bible Translation pada musim panas tahun 1940. Tugas pertamanya adalah menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa suku Chol yang tinggal di ujung selatan wilayah Chiapas di Meksiko. Jarak wilayah tersebut hanya satu hari mendaki ke wilayah suku Tzeltal tempat Bill Bentley, seorang pemuda yang pernah dikenal Marianna di Camp Wycliffe, mengerjakan proyek terjemahan juga.

Marianna Slocum

Pada bulan Februari 1941, Bill dan Marianna bertunangan dan pada musim panas berikutnya mereka kembali ke Amerika Serikat untuk merencanakan sebuah upacara pernikahan sederhana. Sejauh ini kisah asmara mereka memang seperti sebuah dongeng. Namun, semuanya berakhir dengan tragis pada 23 Agustus, enam hari sebelum hari pernikahan mereka. Bill meninggal dunia ketika tidur, diperkirakan akibat serangan penyakit jantung yang tak pernah ia ketahui selama bertahun-tahun. Setelah pemakamannya di Topeka, Kansas, Marianna pergi ke Camp Wycliffe dan berniat untuk mengambil alih kelanjutan proyek penerjemahan bahasa Tzelta yang ditinggalkan Bill.

Marianna berangkat ke Mexico sendirian. Namun, tak lama kemudian ia disusul oleh seorang penerjemah wanita dan mereka tinggal bersama dalam satu kamar di sebuah rumah perkebunan kopi milik seorang warga Jerman yang dahulu juga pernah ditempati Bill saat masih bekerja bersama kelompok suku Tzelta. Tahun-tahun awal pelayanannya menjadi masa yang cukup berat bagi Marianna. Mereka terutama berurusan dengan orang-orang Indian yang masih mempunyai kebiasaan bermabuk- mabukan, berkelahi, dan secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya atas kehadiran dua wanita Amerika itu. Setelah beberapa saat, rekan pertama Marianna pergi dan digantikan oleh rekan-rekan sementara yang datang dan pergi sampai pada tahun 1947, ketika Florence Gerdel, seorang perawat, datang membantu untuk sementara waktu. Namun akhirnya, ia malah menetap di wilayah itu lebih dari dua puluh tahun.

Bagi Marianna dan Florence, tugas-tugas mereka terlihat tak mungkin diatasi. Setiap hari Marianna berjuang keras mengatasi kesulitan berbahasa, sementara Florence berjuang menghadapi alkohol, ketidakkudusan hidup, takhyul, dan kuasa roh jahat dari dukun-dukun setempat. Dari semua usaha yang mereka lakukan, hanya ada sedikit tanda yang menunjukkan kesuksesan. Hampir tujuh tahun berlalu sebelum seorang Indian suku Tzeltal -- anak seorang dukun -- menyatakan iman pertobatannya kepada umum. Kesaksiannya tersebut diuji juga dengan adanya penganiayaan yang diikuti oleh pertobatan warga yang lain hingga hampir mencapai 100 orang di Desa Corralito. Kebaktian Minggu mulai diadakan dan segera diikuti oleh ratusan orang Indian dari berbagai penjuru wilayah. Tidak ada yang bisa menghalangi kerinduan mereka untuk beribadah meskipun ada hujan deras yang mengakibatkan jalan berlumpur dan arus deras yang mempersulit perjalanan.

Tanggal 6 Agustus 1956 menjadi hari yang paling menggembirakan bagi Marianna dan lebih dari 1000 orang Kristen suku Tzeltal. Sebuah pesawat kuning milik MAF (Mission Aviation Fellowship) mendarat dengan membawa kiriman pertamanya yang sangat berharga, yaitu edisi pertama kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Oxchuc, bahasa suku Tzeltal. Kebaktian ucapan syukur segera diadakan. Lalu, para orang Indian berbaris untuk mendapatkan salinan firman Tuhan dalam bahasa mereka. Hari itu adalah puncak pelayanan dari lima belas tahun kesepian dan kesulitan yang selama ini dialami Marianna yang tentu saja menjadi hari yang terindah dalam hidup Marianna.

Kesepian, kesakitan, ketidakramahan, kehidupan yang primitif, pengorbanan hidup pernikahan, dan keluarga adalah harga yang harus dibayar selama proses penerjemahan kitab Perjanjian Baru bahasa Bachajon itu.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Setelah menyelesaikan penerjemahan kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, Marianna tahu bahwa pelayanannya dengan orang Tzeltal sudah selesai. Gereja telah berdiri di bawah kepemimpinan lokal dan Florence mulai mengubah arahnya ke pelayanan kesehatan bagi orang-orang Indian yang ia latih. Tersebutlah sebuah kelompok suku Tzeltal lainnya, orang Bachajon yang tinggal di tengah hutan, yang belum mengenal bahasa tulisan. Pada April 1957, setelah sebuah penerbangan singkat bersama MAF dan 6 jam mendaki, sekali lagi Marianna dan Florence mendapati diri mereka di tengah budaya yang sangat berbeda dan asing. Mereka pun seperti kembali ke awal lagi.

Pengalaman menerjemahkan yang telah dimiliki Marianna mempercepat proses penerjemahan yang kedua ini. Pada tahun 1965, hanya delapan tahun setelah kedatangan mereka, sekali lagi mereka membagikan kitab Perjanjian Baru bahasa Bachajon sebagai batu peringatan dalam pelayanan mereka. Penerjemahan itu bukan satu-satunya yang mereka kerjakan. Florence mengadakan pelayanan kesehatan dan melatih asisten-asisten medis dari penduduk setempat. Kemajuan pesat juga terjadi dalam hal penginjilan. Ketika salinan terjemahan Perjanjian Baru itu tiba, orang-orang Kristen yang berasal dari empat puluh kongregasi lebih -- beberapa di antaranya berasal dari wilayah yang sangat jauh -- datang untuk menjumpai pilot MAF. Tangisan bahagia mewarnai kedatangan salinan kitab Perjanjian Baru tersebut dan banyak orang antri untuk mendapatkannya.

"Berapa harga sebuah kitab itu?" Inilah pertanyaan yang berulang kali muncul dari orang-orang Indian yang sedang antri. Harga 17,5 peso tentu adalah jawaban atas pertanyaan mereka, tetapi harga yang sebenarnya tidak dapat diukur dengan uang. Kesepian, kesakitan, ketidakramahan, kehidupan yang primitif, pengorbanan hidup pernikahan, dan keluarga adalah harga yang harus dibayar selama proses penerjemahan kitab Perjanjian Baru bahasa Bachajon itu. Harga yang sungguh mahal, namun telah dibayar Marianna dengan sukacita. Dan, ketika pekerjaannya dengan orang Bachajon selesai, sekali lagi ia dan Florence memulai hal yang sama di wilayah Pegunungan Andes Selatan, Columbia. (t/Ary)

Bahan diterjemahkan dan diringkas dari sumber:
Judul Buku : From Jerusalem To Irian Jaya -- A Biographical History of Christian Missions
Judul Artikel : Marianna Slocum
Penulis : Ruth A. Tucker
Penerbit : Zondervan, Amerika, 1983
Halaman : 360 -- 363

Sumber: e-JEMMi 19/2006