You are hereKesaksian Misi / Kesaksian Misi

Kesaksian Misi

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Mesir: Ahmed

"Mengapa engkau membahayakan anak-anakmu?" tanya salah seorang polisi Mesir itu.

Ahmed telah ditangkap beberapa kali karena kesaksiannya dan karena telah membagikan buku-buku Kristen. Tapi ia melihat setiap interogasi sebagai kesempatan untuk bersaksi bagi Kristus.

Chet Bitterman

Kala itu bulan Januari 1981, di Kolombia, Amerika Selatan, kelompok teroris Marxis sedang terbentuk. Mereka benar-benar marah terhadap organisasi Kristen seperti Wycliffe Bible Translators. Salah satu organisasi gerilya dari kelompok Marxis yang dikenal dengan nama M- 19 memutuskan untuk menculik Al Wheeler, direktur Wycliffe di Bogota, Kolombia, dan memakainya untuk menjadi alat negosiasi. Pada tanggal 19 Januari, seorang anggota M-19 yang menyamar dengan pakaian polisi mengetuk pintu kantor Wycliffe. Ketika pintu dibuka, 6 orang bertopeng dan bersenjata menyerbu masuk dan mengikat 12 orang dewasa dan 5 orang anak. Ketika mereka tidak dapat menemukan Wheeler, mereka menangkap ahli bahasanya, Chet Bitterman.

R Dan Keluarganya Dibebaskan Dari Dakwaan Penghujatan

R yang berumur 16 tahun telah dibebaskan dari dakwaan bersama dengan ayahnya, S, dan 3 orang anggota keluarga lainnya. Sharing Life Ministry Pakistan (SLMP) telah mengadakan pertemuan rekonsiliasi antara para pemimpin Kristen dan para pemimpin sebuah agama lain, yang hasilnya sangat membantu dalam pembebasan mereka, demikian menurut laporan dari Compass Direct.

"Ini adalah sebuah tanda yang luar biasa yang telah membuat sejarah," kata SK, seorang pekerja di SLMP. "Kasus ini merupakan keputusan awal bagi kasus-kasus penghujatan lainnya pada masa depan terhadap orang-orang Kristen."

Damai Bersama Allah

Pendeta, istri, dan enam anaknya yang masih kecil baru saja selesai membaca Mazmur 23 sambil makan pagi. Tiba-tiba polisi menerobos masuk rumah dan menangkapnya.

Mehdi Dibaj

Pendeta Mehdi Dibaj dari Iran menghadapi pengadilan. Di pengadilan, ia diberikan kesempatan untuk membela dirinya dan menjelaskan mengapa ia berpindah dari "agama lain" menjadi pemeluk agama Kristen. Semua mata tertuju kepadanya ketika ia memberikan jawabannya.

Virgin Islands: Leonard Dober

Leonard Dober bertanya-tanya apakah Yesus berpikir bahwa salibnya terlalu berat; kemudian dia teringat bagian akhir doa Yesus di taman, "Bukan kehendak-Ku, tapi kehendak-Mu, Bapa." Tugas Leonard sepertinya tidak mungkin untuk dilakukan, tapi dia sedang melakukan kehendak Allah, bukan kehendaknya.

Madame Jeanne Guyon

Madame Jeanne Guyon dilahirkan sebagai anak yang cantik. Ia tinggal dalam keluarga Perancis yang berada. Pada umur sepuluh tahun, ia menemukan sebuah Alkitab dan menghabiskan seluruh hari-harinya untuk membacanya. Ia sering berdoa walaupun keluarganya menentangnya.

Rusia: Kapten Marco

"Apa yang kamu inginkan?" bentak Marco, seorang kapten Soviet, kepada seorang anak laki-laki muda.

Anak yang baru berumur 12 tahun itu, menelan rasa takutnya di hadapan petugas komunis itu. "Kapten, Anda adalah orang yang memenjarakan orang tua saya. Hari ini adalah hari ulang tahun ibu saya. Saya selalu membelikannya sebuah bunga pada hari ulang tahunnya. Sejak ibu mengajari saya untuk mengasihi musuh-musuh saya dan membalas yang jahat dengan yang baik, saya telah membawakan bunga untuk ibu dari anak-anak Anda. Tolong bawalah pulang untuk istri Anda malam ini dan katakan kepadanya tentang kasihku dan kasih Kristus."

Laos: Umat Kristen

Meterai merah yang begitu mengancam di bagian bawah halaman sebuah dokumen menandakan simbol kantor komunis wilayah untuk area itu di Laos. Bagi umat Kristen, kalimat-kalimatnya lebih mengancam lagi.

"Jika siapa pun, suku apa pun, keluarga apa pun tertipu untuk memercayai agama lain, seperti kekristenan atau lainnya, mereka harus kembali ke agama yang mereka percayai sebelumnya," demikian dinyatakan dokumen itu. "Adalah hal yang dilarang untuk mempropagandakan agama. Sebaliknya, umat percaya itu harus pindah dan tinggal di wilayah baru. Jika ada desa atau keluarga yang percaya pada agama lain, anggota komite partai harus mengumpulkan datanya, dan membuat daftar kelompok orang itu dan mengirimnya ke Kantor Urusan Pembangunan. Kami perlu mengetahui berapa banyak yang percaya kepada Yesus dan merupakan umat Kristen di wilayah ini." Dokumen yang tertanggal 18 Juli 1996 itu ditandatangani oleh Komite Tetap Urusan Pembangunan.

Vivia Perpetua (Wafat Tahun 203)

Pada tahun 202M, Kaisar Roma, Septimus Severus, melarang orang bertobat dan menjadi pengikut ajaran Yudaisme maupun Kristen.

Oleh sebab itu, di Afrika Utara, Vivia Perpetua, Felicitas, dan beberapa petobat baru lainnya dipenjarakan dan akhirnya dihukum mati dengan cara dimasukkan ke dalam arena binatang buas di kota Kartago. Namun, pelaksanaan hukuman mati ditunda sampai Felicitas melahirkan seorang bayi perempuan setelah 8 bulan mengandung. Dalam "The Passion" -- berisi riwayat tentang penyiksaan para wanita ini -- Perpetua, seorang istri yang berpendidikan dan juga seorang ibu yang penuh kasih, menceritakan iman dan hidupnya selama berada dalam penjara. Wanita berusia 22 tahun ini menyimpulkan bahwa "sel bawah tanah bagiku adalah sebuah istana".