You are hereArtikel Misi / Artikel Misi
Artikel Misi
Cara Menyenangkan Mengenalkan Misi kepada Anak (Bagian II)
Kami yakin, Tips Mengajar bagian pertama pada minggu lalu dapat memberi wawasan baru bagi Anda yang rindu mengenalkan pelayanan misi kepada anak. Minggu ini, kami kembali mengusung kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya, yang tidak kalah menariknya dengan kegiatan-kegiatan yang telah kami sajikan pada bagian pertama.
Cara Menyenangkan Mengenalkan Misi kepada Anak (Bagian I)
Misi bukanlah suatu embel-embel yang dilampirkan pada program gereja, Sekolah Minggu, atau keluarga Kristen. Misi merupakan alasan utama bagi setiap orang percaya untuk tetap tinggal di dunia. Misi merupakan sebuah prioritas (Markus 13:10; Kisah Para Rasul 15:14), bukan sebuah pilihan, tetapi merupakan hal yang paling penting, dan merupakan perintah yang pertama dan terakhir dalam Alkitab (Kejadian 1:1-3; Matius 24:14; Wahyu 5:9; 7:9). Oleh karena itu, sejak dini perkenalkanlah anak-anak dan murid-murid SM pada dunia pelayanan misi.
Kabarkan Injil
Untuk anak-anak yang lebih besar (kelas 3 SD - 6 SD), guru SM dapat memakai Bahan Mengajar (2), (3) dan (4) di bawah ini untuk menolong mereka belajar lebih banyak tentang apa artinya mengabarkan Injil dan bagaimana melakukannya.
Mengapa Sebagian Orang Tidak Percaya
Alkitab tidak lagi bersikap diplomatis ketika berbicara tentang mengapa sebagian orang tidak percaya akan keberadaan Allah. tidak menutupi sesuatu pun ketika mengatakan, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.'"
Kontekstualisasi Ala Paulus (Lukas 4:18-19)
Naskah Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di wilayah Kekaisaran Romawi pada zaman itu, meskipun Perjanjian Baru Yunani tersebut banyak memelihara kata bahasa Aram -- yang saat itu juga bisa disebut bahasa Ibrani -- sebab dianggap salah satu dialek tutur saja oleh masyarakat Yahudi di Galilea.
Dengan Wanita di Timur
Selama mengajar sebagai seorang guru selama 13 tahun di sebuah negara Arab, saya menyadari pola pikir kultural dan tradisi-tradisi masyarakat melalui siswa-siswa saya dan keluarganya. Mereka, sebaliknya, mengamati saya dengan hati-hati dan menanyakan kepercayaan saya dan praktik-praktiknya. Saya segera sadar bahwa membagikan Kabar Baik kepada mereka melibatkan seluruh hidup saya: kata-kata, tindakan, dan pikiran saya.
Prinsip-Prinsip Kontekstualisasi
Istilah kontekstualisasi pertama kali dicetuskan oleh Aharon Sapaezian dan Shoki Coe, kepada direktur Theological Education Fund WCC pada tahun 1972.
Tantangan Dalam Hal Memenangkan Anak-Anak
Apabila Saudara mengajar anak-anak, maka suatu pintu kesempatan yang indah sekali terbuka di hadapan Saudara. Sudah terlalu lama gereja gagal dalam melihat adanya kemungkinan besar untuk mencapai anak-anak bagi Kristus dan untuk mendidik mereka pada jalan yang benar sejak kecilnya.
Gereja-gereja yang Miskin Belajar untuk Memberi
Dapatkah yang termiskin dari yang miskin memberi? Apakah mereka memiliki sesuatu untuk memberi? Banyak orang yang tinggal di negara- negara miskin merasa bahwa mereka tidak dapat memberi, setidaknya tidak untuk pelayanan misi. Tetapi suatu gereja yang dirintis oleh YWAM (Youth With A Mission) di antara masyarakat "kelas bawah", yaitu para pekerja jalanan, telah melihat bahwa kemiskinan bukanlah halangan bagi mereka untuk memberi. Maaf, untuk alasan keamanan, kami tidak dapat mengatakan di mana gereja tersebut, tetapi kisah seperti berikut ini dapat terjadi di seluruh bagian dunia.
Kuasa Injil
Perkataan Allah merupakan ekspresi kehendak Allah, kuasa Allah merupakan penggenapan kehendak-Nya. Antara perkataan dan kuasa Allah tidak ada jarak. Namun dalam banyak gereja dewasa ini, nyata sekali bahwa kuasa tidak terkandung di dalam perkataan (khotbah) yang disampaikan. Ini disebabkan karena teori kita banyak, tetapi tidak menuntut kuasa yang seimbang dengan teori.