You are heree-JEMMI No.18 Vol.05/2002 / Kenaikan-Nya Menerobos Keterbatasan Manusia
Kenaikan-Nya Menerobos Keterbatasan Manusia
Manusia yang lemah selalu diikat dengan berbagai keterbatasan, baik itu keterbatasan: stamina tubuh, inteligensi, kekayaan, dll. Acap kali pekerjaan Tuhan terhambat oleh adanya berbagai keterbatasan itu. Namun, kenaikan Yesusmenerobos beberapa keterbatasan yang menghalangi pekerjaan Tuhan.
1. Kenaikan Yesus menerobos keterbatasan orientasi waktu.
Murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kisah Para Rasul 1:6). Pertanyaan itu menunjukkan bahwa murid-murid masih berorientasi waktu pada masa lalu, yakni pada masa kejayaan kerajaan Israel yang dipimpin oleh Daud dan Salomo.
Ada sebagian orang yang selalu mengenang atau dihantui oleh masa lalu; baik itu masa lalu yang gemilang ataupun kegagalan. Masa lalu (sejarah) dibutuhkan untuk mengenal identitas diri. Oleh karena itu setiap siswa perlu belajar sejarah Indonesia, supaya mereka bisa mengenal identitas mereka sebagai orang Indonesia.
Namun, jangan hanya puas atau diikat dengan masa lalu. Tuhan ingin bertanya dua hal: apa yang sedang engkau lakukan sekarang ini? Dan apa rencana masa depanmu bagi kemuliaan nama-Nya?
Rasul Paulus menyatakan tekadnya yang penting, "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan Sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13b-14).
Ini bukan berarti, bahwa Paulus menjadi "amnesia" (lupa) terhadap masa lalunya. Akan tetapi, konteks Filipi 3 adalah membahas tentang masa lalu Paulus yang pernah menjadi orang yang "hebat" di dalam masyarakat Yahudi. Ia pernah mencapai beberapa "prestasi" yang bisa dibanggakan menurut versi agama Yahudi. Ia disunat pada hari kedelapan; dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, anggota Farisi; pernah menganiaya orang Kristen yang dibenci oleh orang Yahudi; dan ia tidak bercacat di dalam menaati Taurat (lihat Filipi 3:5-6).
Namun, apa yang pernah dibanggakan Paulus pada masa lalu, sekarang ia anggap sebagai sampah. Sekarang, Paulus melupakan kegemilangan masa lalu yang sia-sia itu. Ia bertekad untuk mengatakan pandangannya ke depan kepada tujuan yang sudah ditetapkan oleh Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Orang yang berjiwa muda selalu berkata, "Nanti saya akan melakukan ini dan itu." Hidupnya menjadi dinamis. Tetapi orang yang berjiwa tua selalu berkata, "Dahulu aku pernah melakukan ini dan itu." Hidupnya sekarang ini "mandek" dan statis.
Bukankah ada sebagian orang yang sering berkata, "Dahulu aku pernah menjadi anggota majelis. Aku pernah menjadi guru sekolah minggu. "Itu bagus, namun, Tuhan bertanya kepada mereka, "Apa yang kalian lakukan sekarang ini bagi kemuliaan nama-Ku?"
2. Kenaikan Yesus menerobos keterbatasan kesukuan dan geografis.
Murid-murid Yesus hanya memikirkan kerajaan bagi bangsa Israel. Mereka terkungkung oleh keterbatasan bangsa dan suku. Ruang lingkup mereka pun hanya dibatasi oleh geografis Palestina yang luasnya hanya: 192 x 64 km saja. Padahal sasaran penginjilan tidaklah terbatas pada satu suku/bangsa saja, juga tidak terkungkung pada satu tempat/negara saja.
Ada sebagian orang berkata, "Agama Kristen itu agamanya orang Barat." Apakah pendapat itu benar? Bukankah kekristenan muncul di Timur Tengah (Israel), bukan di Barat? Yesus Kristus bukan hanya untuk satu suku/bangsa, tetapi Dia mau menjadi Juru Selamat bagi semua suku bangsa di dunia.
3. Kenaikan Yesus menerobos keterbatasan fisik.
Kerajaan Daud dan Salomo pernah memiliki tentara-tentara yang andal dan disegani oleh banyak bangsa di sekitarnya. Namun, itu berbeda dengan Kerajaan Allah. Yesus pernah berkata kepada Pilatus, "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yohanes 18:36)
Kerajaan Allah yang didirikan oleh Yesus dimulai dengan hal-hal yang rohani, yakni pemerintahan Allah di dalam setiap hati orang yang percaya, seperti yang tertulis di dalam Lukas 17:20b-21, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."
Juga Paulus menjelaskan di dalam Roma 14:17, "Sebab Kerajaan Allah (terj. sehari-hari: "Sebab kalau Allah memerintah hidup seseorang") bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."
Karena sifatnya yang rohani, maka Kerajaan Allah tidaklah terbatas pada teritorial atau bangsa tertentu. Allah dapat memerintah hidup siapa saja dari berbagai suku bangsa, warna kulit, dan bahasa, asalkan orang itu mau taat kepada kehendak-Nya.
4. Kenaikan Yesus menerobos sikap hidup yang terpaku pada masalah sendiri.
"Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kisah Para Rasul 1:6). Pada waktu itu orang Israel sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Seolah-olah para murid Yesus berkata kepada-Nya, "Tuhan selesaikan dulu masalah interen bangsa kami. Bebaskan kami dahulu dari penjajahan orang Romawi." Namun Yesus menjawab, "Pergilah kamu, jadilah saksi-Ku."
Hal yang melumpuhkan banyak gereja Tuhan di dalam bermisi adalah suatu nasihat yang kedengarannya 'bijaksana', "Selesaikan dahulu masalah interen gereja kita; baru pikirkan program misi ke luar." padahal apabila kita mempelajari sejarah gereja, tidak ada satu gerejapun yang bisa terlepas dari masalah interen. Gereja mula-mula di Yerusalem pernah mempunyai masalah ketidakjujuran yakni dalam kasus "Ananias dan Safira" (lihat Kisah Para Rasul 5); pernah terjadi kekecewaan dari sebagian orang dalam hal pelayanan diakonia yang terabaikan (lihat Kisah Para Rasul 6).
Di dalam gereja Korintus pernah terjadi "klik-klikan" di antara para anggota (lihat 1 Korintus 3); terjadi dosa "kumpul kebo" antara seorang pemuda dengan mama tirinya (lihat 1 Korintus 5); dan pernah terjadi penyalahgunaan karunia-karunia tertentu dari Roh Kudus (lihat 1 Korintus 12).
Di gereja-gereja yang hanya memikirkan diri sendiri malah akan muncul banyak masalah interen. Sedangkan di gereja yang sibuk bermisi, para anggota mengonsentrasikan perhatian mereka kepada pelayanan, sehingga tidak ada waktu untuk bergosip dan mencari-cari masalah di antara sesama anggota.
5. Kenaikan Yesus menerobos kelemahan manusia.
Pernahkah Anda bayangkan, seorang Petrus dari desa Galilea, dengan latar belakang profesi hanya sebagai nelayan yang sederhana, tetapi sekali berkhotbah dapat membawa 3000 jiwa sekaligus untuk percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat?(lihat Kisah Para Rasul 2:41)
Ketika Paulus dan Silas sampai di Tesalonika, kaum Yahudi yang menyebut mereka sebagai "orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia" (Kisah Para Rasul 17:6c). Kalimat ini menyatakan bahwa pelayanan Saulus dan Silas berdampak sampai ke seluruh dunia.
Apakah yang menyebabkan dampak pelayanan mereka menjadi luar biasa? Hal itu karena Tuhan Yesus yang naik ke surga mengirimkan Roh Kudus untuk memberikan kuasa bagi umat-Nya yang ingin melayani. Yesus berkata, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu ...."
Kata kuasa di sini di dalam bahasa Yunaninya adalah dunamis. Dari kata ini muncullah kata dynamite dalam bahasa Inggris. Dynamite berkuasa untuk menghancurkan bukit batu. Demikian pula kuasa Roh Kudus diberikan kepada umat-Nya agar mereka dapat melayani dengan kuasa untuk menghancurkan "bukit-bukit batu" di dalam hati manusia, sehingga mereka dapat bertobat dari kehidupan mereka yang salah.
6. Kenaikan Yesus menerobos rasa takut yang keliru.
Dosa telah memutarbalikkan banyak hal di dunia ini. Seharusnya manusia berani berkata benar, dan takut berdusta. Namun karena dosa, manusia menjadi berani berdusta, tetapi takut berkata benar.
Murid-murid sebelum dipenuhi Roh Kudus, yang diutus oleh Yesus setelah naik ke surga, tidaklah berani bersaksi tentang Sang kebenaran. Namun setelah dipenuhi oleh Roh, mereka memiliki keberanian yang luar biasa (lihat Kisah Para Rasul 2:7-31).
Kata "saksi" didalam bahasa Yunani adalah martus. Dari kata ini muncullah kata martyr di dalam bahasa Inggris. Jadi maksudnya, setiap orang yang ingin menjadi saksi Kristus, harus bersiap-sedia juga untuk menjadi martyr (bandingkan Wahyu 1:5).
7. Kenaikan Yesus menerobos konsep yang salah tentang penginjilan.
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)
Bagaimanakah penginjilan itu dilaksanakan? Apakah harus menunggu sampai semua penduduk Yerusalem diinjili dahulu, baru kemudian seluruh penduduk Yudea, lalu seluruh penduduk Samaria, akhirnya ke negara-negara lainnya. Ternyata tidak demikian. Kata sambung "dan" yang diulangi beberapa kali dalam Kisah Para Rasul 1:8 mempunyai arti serempak. Maksudnya, Yerusalem perlu diinjili, bersamaan dengan itu Yudea, Samaria, dan daerah-daerah lainnya.
Aniaya yang menimpa jemaat Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 8:1b-3 merupakan koreksi Tuhan terhadap sikap orang Kristen pada waktu itu yang hanya mengonsentrasikan pelayanan mereka di Yerusalem saja. Aniaya mencerai-beraikan mereka ke berbagai tempat di negeri Israel sambil memberitakan Injil (lihat Kisah Para Rasul 8:4).
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga |
Penulis | : | Dr. Roby Setiawan |
Penerbit | : | Abbalove Ministries, Jakarta |
Halaman | : | 94 -- 101 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 8580 reads