You are hereArtikel Misi / Kapan Yesus Lahir?
Kapan Yesus Lahir?
Sejak pertengahan bulan November, suasana Natal sudah mulai dihembuskan oleh pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Pada saat itu, gereja sendiri mungkin baru membentuk panitia Natal. Seakan tidak mau kehilangan waktu, dunia bisnis, melalui dekorasi pohon cemara bersalju, rusa, dan kereta salju serta bingkisan hadiah memberikan dorongan psikologis kepada calon pembeli untuk segera berbelanja. Suasana serba putih yang diciptakan dari tahun ke tahun itu juga membentuk citra bahwa Kristus lahir pada musim dingin yang bersalju di kota kecil bernama Betlehem.
Pemandangan demikian jelas tidak sesuai dengan gambaran yang dilukiskan oleh Lukas mengenai peristiwa besar itu. Injil ini menulis, "Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam" (Lukas 2:8). Sejak zaman Alkitab sampai sekarang, gembala di Betlehem meninggalkan padang penggembalaan musim dingin dengan berlindung di gua-gua, yang disebut grotto, yang banyak terdapat di sekitar Betlehem. Karena malam yang dingin itu, dalam bulan Desember, apalagi tanggal 25 tidak akan ada gembala-gembala yang berada di padang bersama domba-domba. Biasanya mereka menggiring kawanan domba mereka ke padang setelah hari raya Paskah sampai hujan pertama atau salju tipis pada bulan Oktober. Ini berarti peristiwa kelahiran Yesus terjadi dalam selang waktu di antara Paskah pada awal April sampai awal Oktober. Usaha untuk mendapatkan tanggal dan bulan kelahiran-Nya yang tepat ternyata tidak membuahkan hasil yang memuaskan, sehingga tanggal 25 Desember tetap dipakai sebagai patokan. Alasan yang dikemukakan biasanya, "Tidak ada seorang pun tahu kapan Dia lahir. Karena sudah ada yang menetapkan lebih dulu 25 Desember, maka kita pakai saja, yang penting kita memberikan satu hari dalam satu tahun untuk merayakan kelahiran-Nya." Bagi orang yang memiliki sikap kritis dalam mencari kebenaran sejarah, jawaban ini tentu belum cukup memuaskan. Penyelidikan di lingkungan Kristen selama ini dilakukan dengan melupakan suatu prinsip penting dalam kehidupan Yesus bahwa Dia datang untuk menggenapi Taurat dan bukan meniadakannya (Matius 5:17). Hal ini berarti semua kejadian penting dalam kehidupan Kristus sudah dinubuatkan oleh Taurat Musa. Dalam hal ini, Hukum Taurat merupakan tolok ukur untuk menunjukkan siapa Mesias yang sesungguhnya akan datang.
Tujuh Hari Raya Tuhan
Hukum Taurat dalam Imamat 23 menetapkan 7 hari raya untuk diperingati dan dirayakan pada waktu tertentu setiap tahun. Hari-hari raya tersebut meliputi Paskah, Roti tidak Beragi, Buah Sulung, Pentakosta, Sangkakala, Pendamaian, dan Tabernakel. Orang Kristen secara keliru menyangka bahwa semuanya itu adalah hari-hari raya Israel. Firman Tuhan mengatakan, "Hari-hari raya Tuhan yang kamu maklumkan untuk dikuduskan, semuanya itu adalah hari-hari raya-Ku" (Imamat 23). Semuanya itu adalah hari-hari raya TUHAN. Setiap hari raya mengungkapkan satu segi kehidupan Yesus, yaitu firman Tuhan yang untuk sementara waktu datang ke planet bumi dalam wujud manusia. Bahwa 7 hari raya tersebut merupakan nubuatan tentang Mesias yang semuanya digenapi secara utuh oleh Yesus dapat dijelaskan sebagai berikut:
Paskah (Pesach): Yesus adalah domba Paskah kita. Inilah hari kematian-Nya.
Roti tidak Beragi (Hag HaMatzah): Yesus adalah Roti Hidup, Roti tidak Beragi yang turun dari surga. Ia tidak berdosa karena ragi menyatakan dosa.
Buah Sulung (Sfirat Haomer): Yesus adalah Buah Sulung kebangkitan dari kematian.
Pentakosta (Shavuof): Yesus adalah Pembaptis dengan Roh Kudus.
Sangkakala (Rosh HaShanah): Yesus adalah Mempelai Pria yang menjemput mempelai perempuan (gereja) dalam "Pengangkatan Gereja" (rapture).
Pendamaian (Yom Kippur): Yesus adalah Mesias orang Yahudi yang datang kedua kalinya.
Tabernakel (Sukot): Yesus akan memerintah sebagai Raja Damai dalam Kerajaan 1000 Tahun.
Dalam 7 hari raya tersebut, semua segi kehidupan Yesus yang penting sudah dan akan diungkapkan. Kematian dan kebangkitan-Nya telah dinubuatkan dalam Taurat. Pengangkatan gereja dan kedatangan-Nya yang kedua telah dinubuatkan dalam 7 Hari Raya itu. Namun, adakah petunjuk tentang hari kelahiran-Nya? Tentu saja, pada hari raya yang ke-7 yaitu hari raya Tabernakel. Hal ini membentuk suatu pola, kalau hari raya pertama menunjuk pada kematian-Nya, maka hari raya terakhir menunjuk pada kelahiran-Nya; kalau hari raya ke-6 menunjuk pada kedatangan-Nya yang kedua, maka pada hari raya ke-7 menunjuk pada kedatangan-Nya yang pertama.
Hari raya Tabernakel merupakan hari raya yang paling meriah di antara ke-7 hari raya dan disebut juga sebagai "Festival Cahaya". Saat itu, Bait Suci bagaikan bermandikan cahaya, di Serambi Wanita dipasang 4 kandil pada empat penjuru seakan-akan ingin menerangi bangsa-bangsa. Ini merupakan petunjuk bahwa Terang Dunia itu sedang datang menerangi bangsa-bangsa yang masih berada dalam kegelapan dosa. Hari raya Tabernakel juga merupakan suatu masa raya yang penuh sukacita. Dalam suasana itulah, malaikat datang kepada para gembala di padang bersama kawanan domba mereka dan berkata, "Jangan takut karena sesungguhnya aku memberitakan kesukaan besar bagi seluruh bangsa" (Lukas 2:10). Bagaimana perhitungan tanggalnya? Injil Lukas 1:5 mencatat bahwa Zakaria, suami Elisabet, kakak ipar Maria ibu Yesus, menjadi imam dari rombongan Abia. Menurut 1 Tawarikh 24:10 rombongan Abia mendapat urutan ke-8 dalam tugas di Bait Suci. Tiap rombongan bertugas rutin satu minggu, dua kali dalam setahun.
Jadwal tugas imam ditetapkan menurut kalender keagamaan yang dimulai dengan bulan Nisan, yaitu pertengahan Maret. Jadi, Zakaria bertugas pada pertengahan Mei. Namun, karena hari raya Shavuot (Pentakosta) jatuh pada akhir Mei dan semua imam diminta bertugas bersama, Zakaria harus menetap di Bait Suci untuk tambahan dua minggu. Akibatnya, dia baru pulang ke rumah untuk menemui isterinya pada awal minggu kedua bulan Juni.
Elisabet mulai hamil pertengahan Juni (Lukas 1:24). Pada saat Elisabet hamil 6 bulan, malaikat Gabriel datang kepada Maria, yaitu pertengahan Desember. Maria mulai mengandung saat itu (Lukas 1:36). Walaupun Yesus dikandung dari Roh Kudus (Lukas 1:35), Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan hari raya Tabernakel (Honorof, R.A., 1997, The Return of the Messiah).
Hari raya Tabernakel setiap tahun pada tanggal 15 bulan Tishri dan dirayakan selama satu minggu. Ini berarti menurut ketentuan Taurat tanggal kelahiran Yeshua HaMashiach (Yesus Kristus) jatuh pada tanggal 15 Tishri menurut kalender Yahudi. Menurut kalender internasional (Gregorian), pada tahun 1998, tanggal 15 Tishri jatuh pada 5 Oktober; sedangkan pada tahun 1999 jatuh pada 25 September. Pada tahun 2000 jatuh pada 14 Oktober, sedangkan pada tahun 2001 jatuh pada 2 Oktober 2001 lalu.
Kalau begitu, mengapa dunia merayakan kelahiran Yesus pada 25 Desember? Kelahiran Yesus tidak pernah dirayakan sampai tahun 336. Kelahiran-Nya mulai dirayakan setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (285-337) menyatakan diri menjadi pemeluk agama Nasrani. Sudah menjadi tradisi setiap 25 Desember penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut "Saturnalia Romawi" untuk menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan. Ketika siang hari menjadi lebih panjang, dewa matahari dianggap telah lahir kembali dan mereka bergembira-ria sambil tukar-menukar hadiah.
Ketetapan untuk mengkonversikan 25 Desember menjadi hari raya Nasrani dengan menjadikannya sebagai hari kelahiran Yesus dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad ke-4 di kota Roma (Worldwide Church of God, 1985 The Plain Truth About Christmas). Ketetapan tersebut tidak dapat diterima oleh gereja-gereja di Yerusalem yang menolaknya sampai abad 6 (Wagner, C. 1995 Bridges for Peace). Setelah itu, secara tidak resmi, umat Nasrani menerima 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, walaupun banyak yang mengetahui bahwa itu bukan tanggal yang sesungguhnya.
Bagaimana Perhitungan Tahunnya?
Kelahiran Yesus jelas harus terjadi sebelum kematian Raja Herodes Agung yang ingin membunuhnya dengan memerintahkan pembunuhan semua bayi berumur di bawah 2 tahun di Betlehem (Matius 2:16). Flavius Josephus (37-100), sejarawan Yahudi abad pertama, mengatakan bahwa sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan yang menurut para pakar perbintangan terjadi pada 13 Maret tahun ke-4 sebelum Masehi (Antiquities of the Jews, XVII, vi, 167). Dengan mengacu pada taksiran Herodes bahwa bayi yang baru lahir itu tidak lebih dari 2 tahun usianya, maka taksiran intelektual tahun kelahiran Yesus sekitar tahun 4-5 sebelum Masehi.
Kekeliruan penetapan tahun 1 tarikh Masehi oleh imam Italia Dionysius Exiguus yang hidup di abad 6 mengakibatkan kelahiran Yesus tidak terjadi pada tahun 0 (nol) Masehi, Anno Domini (op cit, 1985). Ini berarti, 2000 tahun sebelum Yesus lahir adalah tahun 1996; sedangkan tahun 2000 kemarin yang dihebohkan dengan "kutu mileniumnya" tidak lain adalah tahun 2004 setelah Kristus lahir.
Diambil dari: | ||
Judul Artikel | : | Kapan Yesus Lahir? |
Penulis | : | Benyamin Obadyah (Gembala Sidang GBI Exousia Agape, Jakarta) |
Alamat Situs | : | http://www.bahana-magazine.com/des2001/artikel1.htm |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 16002 reads