Henrietta C. Mears: Seorang Perempuan dengan Visi Besar

Sepanjang sejarah, ada orang-orang yang secara khusus dipanggil oleh Tuhan untuk memperluas penyebaran Injil. Henrietta C. Mears adalah salah satu di antara mereka. Bagi orang-orang yang paling mengenalnya, dia dikenal dengan sebutan "Guru" -- dan memang begitulah dirinya: seorang pengajar sejati yang mengabdikan hidupnya untuk mendidik.

Pada pagi hari Minggu Paskah tahun 1895, Henrietta kecil yang baru berusia lima tahun memberi tahu ibunya, saat mereka sedang bersiap-siap ke gereja, bahwa dia siap menjadi seorang Kristen dan ingin bergabung dengan gereja. Ibunya dengan senang hati berdoa bersama putrinya dan menuntunnya kepada Tuhan, tetapi dia sempat menyampaikan kekhawatiran bahwa orang-orang mungkin akan menganggap Henrietta terlalu muda untuk memahami arti sebenarnya dari bergabung dengan jemaat pada usia sedini itu. Namun, setelah percakapan yang menunjukkan bahwa Henrietta benar-benar memahami apa yang dia katakan dan lakukan, sang ibu pun berjanji akan berbicara dengan pendeta mengenai hal tersebut.

Beberapa minggu kemudian, Henrietta muda berdiri di hadapan jemaat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar imannya. Dengan kejelasan dan keterbukaan yang luar biasa untuk anak seusianya, dia diterima sebagai anggota jemaat First Baptist Church di Minneapolis, Minnesota.

Gambar: gambar

Henrietta Mears tampaknya memang telah dipersiapkan oleh Tuhan untuk menjadi seorang pengajar dan pelayan di bidang Sekolah Minggu. Baik pendidikan agamanya maupun pendidikan umum yang dia terima semuanya mengarah ke satu tujuan itu. Pada usia dua belas tahun, dia mengajar kelas Sekolah Minggu pertamanya. Sejak saat itu, kemampuan dan visinya berkembang pesat, menjangkau puluhan ribu anak laki-laki dan perempuan, pria dan wanita, untuk Kristus. Saat masih menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi, Henrietta sudah dipercaya menjadi pengawas departemen junior Sekolah Minggu di gerejanya. Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Minnesota, dia terjun ke dunia pendidikan formal dan menjabat sebagai kepala sekolah di sebuah SMA di kota kecil di Minnesota. Dalam perjalanannya, dia berpindah ke beberapa kota dan mengajar berbagai mata pelajaran -- mulai dari kimia hingga seni drama. Apa pun yang dia ajarkan, dia mencintai pekerjaannya dan para siswanya, serta dengan tulus mencurahkan waktu dan tenaganya, baik untuk profesinya maupun untuk pelayanan di Sekolah Minggu setempat.

Henrietta terlibat penuh dalam kehidupan para siswanya dan dengan antusias mendukung berbagai kegiatan sekolah mereka. Dia melatih pertunjukan drama, membentuk paduan suara, dan bahkan menggalang dana untuk berbagai proyek khusus. Suatu ketika, dia bahkan mencarikan pelatih dan membantu membentuk tim sepak bola di sekolah menengah tempat dia mengajar. Dia tak pernah absen menyaksikan pertandingan -- selalu duduk di bangku cadangan, bersorak mendukung tim seperti bagian dari keluarga mereka sendiri. Menariknya, para pemain yang sama itu kemudian menjadi peserta yang paling antusias dalam kelas Alkitab yang dia pimpin, dengan penuh semangat duduk di barisan depan dan mencari bimbingan rohani dari guru mereka yang mereka kagumi.

Pada tahun 1928, Henrietta Mears menerima tawaran untuk menjabat sebagai Direktur Pendidikan Kristen di First Presbyterian Church di Hollywood, California. Jabatan itu dijalankannya dengan semangat dan kapasitas luar biasa, dan dia terus mengembannya hingga akhir hayatnya, 35 tahun kemudian.

Di Minnesota, Henrietta telah dikenal sebagai seorang guru yang berhasil. Namun, ketika dia menjabat sebagai Direktur Pendidikan Kristen di Hollywood, tantangan yang dihadapinya sangat berbeda. Tugas utamanya bukan lagi mengajar langsung, melainkan mengatur dan melatih orang lain agar mampu mengajarkan Alkitab, firman Tuhan. Bagi Henrietta, menyusun pelatihan bagi para guru adalah hal yang alami dan mudah. Akan tetapi, antusiasme yang luar biasa dari jemaat menimbulkan persoalan baru: jumlah peserta terus bertambah dan ruang yang tersedia tidak pernah cukup. Hanya dalam waktu dua setengah tahun setelah dia bergabung dengan gereja di Hollywood, jumlah peserta Sekolah Minggu melonjak dari 450 menjadi 4.200 orang, dan akhirnya mencapai lebih dari 6.500 peserta.

Lonjakan luar biasa ini membuat fasilitas pendidikan Kristen menjadi perhatian utama para pemimpin gereja. Tiga gedung pendidikan baru pun dibangun. Melalui sarana-sarana inilah, secara harfiah ribuan orang -- baik anak-anak maupun orang dewasa -- dijangkau oleh Injil dan dikuatkan dalam iman mereka, terutama berkat visi seorang perempuan yang dipanggil dan diperlengkapi oleh Tuhan.

"Mimpi memang bisa menjadi kenyataan. Hal pertama yang saya lakukan ketika tiba di Hollywood adalah menuliskan visi saya untuk Sekolah Minggu. Saya menetapkan tujuan-tujuan saya untuk lima tahun pertama -- meliputi perbaikan dalam hal organisasi, tim pengajar, kurikulum, dan semangat pengajarannya. Saya menginginkan program yang terstruktur dengan baik, bahan ajar yang memperkenalkan Kristus dan kebenaran-kebenaran-Nya, staf pengajar yang terlatih, gedung pendidikan yang baru, paduan suara, klub-klub, program perkemahan, semangat misi, dan pemuda yang diperlengkapi untuk menghadapi tantangan zaman."

Henrietta Mears adalah sosok yang langka, seorang pemimpi visioner sekaligus pelaksana yang realistis. Tuhan bekerja melalui dirinya dengan cara yang luar biasa, mengubah setiap visinya menjadi langkah konkret dan hasil yang nyata.


"Tidak ada keajaiban dalam rencana yang kecil. Ketika saya memikirkan pelayanan saya, saya memikirkan dunia. Apa pun yang kurang dari itu tidak akan layak bagi Kristus, maupun bagi kehendak-Nya atas hidup saya." —Henrietta C. Mears
 

"Sekolah-sekolah Minggu kita harus menjadi lembaga yang jauh lebih efisien," tegasnya. "Pengajaran di dalamnya harus berdampak pada kehidupan sehari-hari, karena tidak ada seorang anak pun -- maupun orang dewasa -- yang dapat menerima seluruh pengajaran dan pembinaan Kristen yang mereka butuhkan hanya dalam satu jam pada Minggu pagi. Untuk menjawab tantangan ini, kita memerlukan rencana pendidikan yang terarah, bahan ajar yang mendidik sekaligus selaras dengan kebenaran Alkitab, dan guru-guru yang mampu menyampaikan dengan keterampilan sejati."

"Sekolah Minggu mungkin satu-satunya bentuk pengajaran yang kerap dilakukan tanpa pelatihan. Gereja harus menaikkan standar. Segala sesuatu yang ditawarkan haruslah terbaik. Hubungan seseorang dengan Injil harus dibangun lewat pengalaman yang berkualitas tinggi."

Untuk visi inilah Henrietta Mears mendedikasikan seluruh hidupnya, sebuah panggilan yang pada akhirnya berkembang menjadi pelayanan berskala global.

Pada era 1930-an, ratusan anak muda -- pria dan wanita -- yang sedang memulai perjalanan karier mereka menghadapi kebutuhan rohani yang mendesak. Mereka rindu mengenal Kristus dan ingin menjadikan-Nya dikenal. Kebutuhan itulah yang mendorong Henrietta untuk bertindak, dan dia menanggapi tantangan dari Tuhan itu dengan kesungguhan. Kita mungkin tidak akan pernah tahu secara pasti seberapa besar buah yang dihasilkan dari pelayanannya selama bertahun-tahun. Namun satu hal yang pasti, tak terhitung banyaknya kesaksian dari para pemimpin Kristen di seluruh dunia yang menyatakan betapa besar pengaruh Henrietta dalam hidup mereka.

"Tidak ada keajaiban dalam rencana yang kecil. Ketika saya memikirkan pelayanan saya, saya memikirkan dunia. Apa pun yang kurang dari itu tidak akan layak bagi Kristus, maupun bagi kehendak-Nya atas hidup saya." —Henrietta C. Mears

(t/Jing-jing)

Diambil dari:

Nama situs

:

Gospel Light

Alamat artikel

:

https://gospellight.com/henrietta-mears/

Judul asli artikel

:

Woman of Vision

Penulis artikel

:

Gospel Light

Kolom Publikasi