You are hereArtikel Misi / Generasi yang Hilang
Generasi yang Hilang
Berikut ini suatu kisah nyata dari sebuah panti asuhan di Kenya yang menawarkan kehidupan baru bagi anak-Anak penderita AIDS. Kiranya menginspirasi Anda untuk terlibat dalam pelayanan menolong mereka yang tertular penyakit HIV/AIDS.
Setiap hari, ratusan anak dan bayi meninggal karena AIDS -- atau penyakit yang berhubungan dengan AIDS dan yang lebih parah lagi adalah terinfeksi AIDS -- yang biasanya diturunkan dari ibu mereka.
"Bayi-bayi malang ditemukan di berbagai tempat," kata Clive Beckenham, direktur New Life Homes. "Di parit-parit, tempat-tempat pembuangan, di ladang-ladang, juga di luar kebun-kebun kopi." Namun, bayi yang baru lahir bisa diberi obat antiretroviral atau ARV. ARV akan menyerang virus HIV penyebab AIDS, dengan demikian pasien bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun. Tidak ada yang lebih memahami hal ini selain Father Angelo d`Agostino, pendiri Nyumbani Orphanage (Panti Asuhan Nyumbani) di Kenya.
"Pada awalnya, di tahun 1992, kami sebenarnya hanya mendirikan rumah singgah," katanya. "Banyak anak yang meninggal karena tidak ada obat-obatan. Pada saat itu, makam anak-anak yatim piatu cepat terisi penuh. Sekarang ini, hampir seratus anak tumbuh dan besar di sini. Kami menyelamatkan mereka dari kematian," kata Father d`Agostino. "Sangat menakjubkan melihat mereka bertambah gemuk, semakin aktif dan sehat." Aturan pemberian ARV memang patut disyukuri sehingga anak-anak Nyumbani bisa bermain, belajar, dan menikmati kegiatan mereka sehari-hari.
UNICEF memperkirakan bahwa lebih dari 95% anak-anak di seluruh dunia yang positif terinfeksi HIV tidak menerima perawatan yang mereka perlukan. Mengobati anak-anak itu lebih rumit karena berat dan tinggi mereka berubah-ubah. Sementara obat menjadi lebih mahal -- mahalnya bisa mencapai delapan kali dosis orang dewasa. "Secara klinis dan ekonomis, merawat anak-anak itu lebih rumit," kata William Bellamy, duta besar AS di Kenya.
Dana mengalir dengan lancar. Dalam lima tahun, 15 milyar dollar Amerika dana yang dijanjikan Presiden Bush untuk AIDS telah menjadikan Kenya sebagai program AIDS terbesar kedua AS dalam dunia yang berkembang ini. Apa yang membuat hal ini menjadi perhatian utama? Duta besar Bellamy mengatakan hal ini berkat usaha kelompok misi Kristen dan nirlaba. "Kami mendapati organisasi-organisasi lokal yang didirikan atas dasar iman ini menjadi rekan kerja yang kuat di mana kami dengan cepat dapat menjalin kerjasama," katanya.
Namun selain masalah dana, anak-anak yang positif terinfeksi HIV sering kali tidak mendapat perawatan karena tidak ada yang tahu bahwa mereka sakit. Dr. Irene Inwani dari Kenyatta National Hospital mengatakan bahwa kesalahan dalam mendiagnosa mudah terjadi. "Anak-anak itu pada umumnya terlihat sehat, namun jumlah CD4 mereka rendah dan bahkan sangat rendah," katanya. Karena anak-anak ini terinfeksi HIV dari ibu mereka, bisa saja satu anak menginfeksi seluruh keluarga.
Banyak keluarga yang takut terhadap diskriminasi
"Karena ketakutan dan merasa HIV adalah suatu aib, tidak mudah untuk mendapatkan izin untuk merawat mereka. Oleh sebab itu, bisa saja anak-anak tersebut tidak mendapat pilihan yang terbaik untuk mendapatkan perawatan," kata Chris Ouma dari UNICEF. Evelyn contohnya, seorang pasien HIV berusia enam belas tahun di Kenyatta National Hospital. Setelah orang tuanya meninggal, sebagian besar keluarganya menolak dia. Namun, bibinya menolong dia mendapatkan awal yang baru di asrama sekolah. Di sana, Evelyn memutuskan untuk menyembunyikan statusnya sebagai penderita HIV. "Jika murid-murid lain tahu bahwa saya positif HIV, hal buruk akan menimpa saya," katanya.
Bagi anak-anak yang kehilangan orang tuanya, mereka selalu dipenuhi dengan pertanyaan di mana mereka akan tinggal. Kenya sendiri memiliki dua juta anak yatim. Pemerintah menganjurkan keluarga-keluarga yang mampu untuk mengadopsi mereka.
Perubahan perilaku di Kenya merupakan kabar baik bagi anak-anak yatim piatu penderita HIV. New Life Homes mengatakan kira-kira 80% dari anak-anak itu akan diadopsi. "Inilah yang kami lihat ketika orang-orang asing masuk ke negara ini," kata Ahmed Hussein dari Departemen Pelayanan Anak Kenya (Kenyan Dept. of Children’s Services), "sekarang hal ini terjadi pada anak-anak Kenya. Menurut saya, ini adalah tahap yang rumit, tahap pendidikan dan perubahan dalam masyarakat."
New Life mengatakan banyak keluarga yang merasa dipanggil Allah untuk mengadopsi anak-anak itu. "Mereka berjalan-jalan, mereka melihat seorang anak, mereka menyukainya," kata Beckenham, "mereka ingin tahu sedikit sejarahnya. Istri saya menceritakan sedikit latar belakang anak itu. Lalu mereka mengatakan, tidak masalah. Allah juga mengasihi saya apa adanya."
Orang-orang Afrika berkata, Anda diinfeksi atau menginfeksi. Untuk keduanya, AIDS merupakan tantangan sepanjang masa. Akhirnya, penderita AIDS berharap ada masyarakat yang akan menerima anak-anak ini -- suatu masyarakat yang memiliki hati yang terbuka. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Situs | : | CBN |
Judul asli artikel | : | Kenya Orphanage Offers New Life for Children with AIDS |
Penulis | : | Heather Sells, dari CWNews | Alamat URL | : | http://www.cbn.com/cbnnews/cwn/082506kenya.aspx |
- Printer-friendly version
- 7616 reads