Doa Bagi Papua Nugini
Sebuah pelayanan misi melalui radio menaikkan syukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengabarkan Injil di negara Papua Nugini. Perwakilan dari radio HCJB mengatakan bahwa untuk mewujudkan program tersebut mereka sedang menjalin kerjasama dengan gereja nasional dan Evangelical Bible Mission.
HCJB bersama Life Radio Ministries membuat progam tersebut dan menyiarkan pertama kalinya di banyak stasiun radio. Lalu siaran itu dikelola oleh gereja nasional yang mempunyai ijin untuk menyiarkan program tersebut ke 30 stasiun radio, baik melalui jaringan satelit maupun melalui transmitter gelombang pendek.
Karena Papua Nugini merupakan wilayah pegunungan maka penginjilan sulit dilakukan. Siaran radio ini akan menolong untuk mempercepat penyebaran Injil di wilayah Papua Nugini.
Sumber: Mission Network News, May 6th 2002
JAARS sedang meluncurkan proyek senilai 1 juta dolar. Organisasi pelayanan ini membutuhkan sebuah helikopter sebagai sarana transportasi bagi para misionaris dan persediaan aneka bahan ke suku-suku terpencil yang tinggal di wilayah pegunungan dan pesisir Papua Nugini. Karena medan yang ditempuh cukup sulit maka helikopter jenis Bell Long Ranger akan menjadi sarana terbaik mereka.
Dengan helikopter ini, JAARS dapat mempercepat proses penerjemahan Alkitab yang dibutuhkan dengan menyediakan pelayanan yang berkualitas bagi para penerjemah Alkitab Wycliffe dan dari organisasi lainnya.
Sumber: Mission Network News, May 15th, 2003
New Tribes Missionaries sangat bersukacita karena akan melakukan pelayanan penginjilan di wilayah yang ada di sepanjang sungai di Papua Nugini. New Tribes Missionaries melaporkan bahwa mereka baru-baru ini menerima permintaan untuk mengirim misionaris yang dapat mengajar di desa-desa yang ada di sepanjang sungai di wilayah Kerem dan Walio.
Sumber: Mission Network News, May 20th, 2003
Walaupun kematian seorang anggota suku yang menjadi sahabat bagi tim New Tribes Mission di Papua Nugini merupakan suatu kehilangan, namun di lain pihak juga bisa menjadi kesempatan untuk memberitakan Injil. Pekerja dari New Tribes Mission melaporkan bahwa ada pemuda yang baru-baru ini meninggal di sebuah desa kecil di Papua.
Sesuai dengan tradisi suku tersebut, mereka harus mempersembahkan seekor babi untuk menyucikan tanah. Namun, orang-orang percaya yang ada di wilayah itu bersikeras supaya mereka tidak memberikan persembahan tersebut. Orang-orang percaya ini memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyatakan iman percayanya kepada Yesus. Setelah sekian banyak komunitas dikunjungi, orang-orang percaya di Papua Nugini semakin mempunyai kerinduan untuk mengajarkan Alkitab. Hal tersebut sebagai suatu usaha untuk menuntun mereka yang terhilang kepada Kristus.
Sumber: Mission Network News, September 1st, 2004
Sebuah gereja baru dan penerjemahan Alkitab saat ini sedang dibangun dengan diam-diam di Papua Nugini. Jim Sheffield bersama dengan New Tribes Mission mengatakan bahwa pelayanan mereka di antara Suku Landuma masih merupakan tahap permulaan penginjilan karena baru ada sedikit orang Kristen di daerah ini. Tujuan pelayanan mereka adalah merintis sebuah gereja Perjanjian Baru, memuridkan para petobat baru, mentahbiskan pemimpin-pemimpin gereja, dan menerjemahkan Alkitab. Dengan demikian Suku Landuma bisa membaca firman Allah dalam bahasanya sendiri sehingga mereka bisa mengerti maksudnya. Halangan yang mereka hadapi adalah agama mayoritas di daerah itu yang tidak terlalu terbuka terhadap Injil dan meningkatnya tekanan sosial dari para pemimpin agama. Sheffield meminta kita agar mengingat timnya saat mereka mengenalkan Kristus kepada banyak suku. Dia meminta kita untuk mendoakan mereka khususnya untuk orang-orang Landuma agar Tuhan mau membukakan hati mereka pada kebenaran Alkitab dan agar mereka mau mendengarkan ajaran Tuhan. Saat ini ada dua keluarga Kristen di desa dimana tim Sheffield sedang berusaha untuk menjangkaunya. Di sisi lain para misionaris masih harus berjuang untuk menyesuaikan diri ketika tinggal di negara dunia ketiga.
[Sumber: Mission Network News, February 2nd, 2004]
Pokok Doa:
Masyarakat Mibu sekarang sedang menentukan pilihannya saat Firman Tuhan menantang pemahaman yang telah mengakar dalam pikiran mereka.
Seorang penganut animisme seringkali tidak memiliki masalah dalam menerima kepercayaan yang berbeda karena mereka menganggap semuanya adalah sama-sama benar.
Akan tetapi, beberapa orang Mibu sekarang sedang mengalami pergumulan sejak para misionaris mengajarkan tentang penciptaan serta penekanan pada pengajaran Alkitab dan bahwa kepercayaan yang dianut orang Mibu selama ini tidaklah tepat. Orang Mibu sendiri mempercayai bahwa tiap-tiap suku mereka berasal dari berbagai macam tumbuhan dan binatang.
Pengajaran yang memperkenalkan cara pandang yang berbeda tersebut telah mengakibatkan beberapa orang Mibu berhenti mendengarkan pengajaran Alkitab yang dibawakan misionaris Chris Walker dan Joey Tartaglia tersebut. Namun beberapa dari mereka, ada juga yang tetap kembali untuk menyimak lebih lanjut.
Para misionaris itu tidak hanya mensharingkan Firman Tuhan di desa orang Mibu, mereka juga melakukannya di desa Beng. Mereka mengajar selama seminggu di tiap desa dan banyak orang rela pergi bolak-balik untuk mendengarkan pengajaran itu di dua tempat.
Orang-orang tersebut menanyakan banyak pertanyaan selama pertemuan berlangsung, namun para wanita merasa lebih nyaman menyampaikan pertanyaan-pertanyaan mereka pada Brooke Tartaglia dan Angie Walker seusai pertemuan tersebut ketimbang harus berbicara langsung di depan forum.
Selain mengajar, Chris juga menerjemahkan Alkitab dalam bahasa orang Mibu, sementara Joey dan Brooke juga terlibat dalam melatih masyarakat Mibu agar bisa membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri. Mereka telah melatih pria-pria Mibu untuk menjadi guru baca tulis dan membagi orang Mibu tersebut dalam dua kelas -- satu kelas untuk mereka yang telah sempat mengenyam pendidikan, sementara kelas lainnya untuk mereka yang bahkan belum tahu cara menggunakan alat tulis.
[Sumber: Get Info -- New Tribes Mission, Desember 9th, 2005]
Pokok Doa:
Hasil usaha penerjemahan yang dilakukan misionaris Steve Henley sudah tiba di Stanford, Florida, dalam bentuk 1.500 salinan Perjanjian Baru bahasa Asengseng.
Steve mulai menerjemahkan Perjanjian Baru pada tahun 1999. Perjanjian Baru itu selesai pada bulan Mei dan dengan penuh kelegaan dia mengirimkannya ke percetakan.
Perjanjian Baru akan segera dikirimkan ke West New Britain di Papua Nugini, yang perjalanannya memakan waktu 2 bulan. Kedatangan PB itu akan disambut meriah oleh 4 tetua Asengseng -- Giaman, Krosli, Wisnamli, dan Tawin, 20 pengajar Injil, dan para jemaat di 10 gereja lokal yang ingin mendapatkan Kitab baru itu.
[Sumber: New Tribes Mission, Agustus 2006]
Pokok Doa:
Papua Nugini -- Pesawat terbaru milik Wycliffe Associates baru-baru ini mengalami kerusakan akibat gangguan cuaca dalam perjalanan ke Papua Nugini. Presiden organisasi, Bruce Smith mengatakan, "Sayang sekali, ada kerusakan cukup parah di bagian sayap dan bagian mesin kanan pesawat yang membuat pesawat tidak bisa digunakan. Kami sedang membantu mereka mengumpulkan dana yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan pesawat yang tak terduga ini." Smith mengatakan bahwa King Air adalah jenis pesawat khusus, dirancang khusus untuk mengangkut banyak penumpang dan beban berat untuk perjalanan jauh. Pesawat tersebut baru saja dibawa untuk diperbaiki dengan anggaran biaya sekitar 300 ribu dolar. Smith menjelaskan kenapa ia membutuhkan bantuan dana untuk masalah kritis perbaikan pesawat ini. "Pesawat ini adalah sumber utama untuk membawa para misionaris dan juga untuk memungkinkan para penerjemah agar dapat bekerja di daerah paling terpencil di dunia. Oleh karena itulah, pada dasarnya tanpa alat ini, mereka tidak akan mendapat akses kepada terjemahan Alkitab. Pesawat ini merupakan peralatan kerja yang sangat penting. Anda harus memiliki dukungan peralatan ini untuk menjangkau berbagai daerah di pelosok dunia.
[Sumber: Mission Network News, Juni 2006]
Pokok Doa:
Hoskins, Papua Nugini: Kesulitan hidup yang dialami selama sebelas tahun berada di antara orang Maleu tidak dapat dibandingkan dengan sukacita yang didapat saat mendengarkan orang-orang percaya di Maleu memuji Tuhan untuk kasih dan pengampunan-Nya pada mereka. Misionaris Matt dan Angie Hall sampai berlinang air mata ketika mendengarkan semuanya itu di acara penghormatan dan perpisahan mereka. Pasangan Hall itu meninggalkan ladang pelayanannya tidak dengan tangan kosong. Pada bulan Maret, lima orang -- Keituku, Kewaka, Kaluvia, Narol, dan Poipoi -- secara resmi telah ditunjuk untuk memimpin gereja yang sedang berkembang. Orang-orang tersebut telah dengan setia terlibat dalam kepemimpinan gereja selama beberapa tahun. "Kami sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membangkitkan para orang Kristen yang Injili, yang mampu berjalan bersama Dia, dan tidak lagi bergantung pada kami," tulis pasangan itu. Matt masih melanjutkan pekerjaannya menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Maleu. Galatia, Efesus, dan Kolose akan segera sampai di tangan orang-orang itu. Pengecekan penerjemahan kitab-kitab itu dijadwalkan akan dilakukan pada pertengahan Mei dan pasangan Hall ingin melihat versi cetak kitab-kitab tersebut sebelum mereka pergi untuk melanjutkan tugas rumah mereka. Minggu ini, Matt akan menemani beberapa misionaris yang baru saja datang untuk mengunjungi suku Akolet. Mereka ingin melihat kemungkinan diadakannya pelayanan di antara masyarakat ini. Ketika kembali ke Papua Nugini, mereka berencana untuk tinggal di Hoskins dan melanjutkan penerjemahan Alkitab serta menyiapkan lebih banyak lagi pengajaran Alkitab bagi bangsa Maleu.
[Sumber: New Tribes Mission, April 2006]
Pokok Doa:
GOROKA, Papua Nugini: Dua desa dari suku Bena akhirnya mendapatkan kesempatan belajar Alkitab, karena minggu lalu, para misionaris telah mengajar di sebuah desa tentang Yesus yang meredakan badai, menyembuhkan orang yang kerasukan setan, memberi makan 5.000 orang dan memberi pengajaran yang bertentangan dengan tradisi nenek moyang mereka. Dalam satu pelajaran, para misionaris meletakkan sebuah guci yang bersih dan mengilat di hadapan orang-orang itu. Isinya adalah sesuatu yang sangat kotor dan menjijikan. Orang-orang itu ditanyai apakah mereka merasa bahwa guci itu bagus dan mereka semua setuju dengan pendapat itu. Para misionaris lalu mengatakan pada orang-orang itu bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi terlihat bersih dari luar penampilannya, namun di dalamnya mereka penuh dengan dosa, dan misionaris tersebut mengingatkan bahwa Tuhan mengetahui isi hati setiap orang. "Kami melihat Tuhan menyentuh banyak hati dan kami begitu takjub akan apa yang Tuhan lakukan ketika kami mengajar tentang kematian dan kebangkitan Kristus," tulis misionaris David dan Wendy Lee.
Di desa lain, para misionaris mengajarkan baptisan dan pencobaan yang dialami Yesus, serta Yohanes pasal 3. Buka (nama salah seorang peserta) membantu David membacakan ayat-ayat Alkitab. Kemudian ketika David mengajukan pertanyaan-pertanyaan, jawaban yang diberikan Buka menunjukkan pemahaman yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan `lahir kembali` dan `percaya kepada Tuhan Yesus Kristus`. "Jika sebelumnya ia bukan orang percaya, sekarang ia hampir menjadi percaya," tulis pasangan Lee itu. "Begitu indah ketika melihat antusiasmenya." Dia juga berkata pada orang-orang, "Kini saatnya bagi kalian untuk mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan Alkitab." Istrinya, Anita tidak dapat menghadiri pertemuan pada hari Rabu dan Jumat, namun ia menghadiri yang hari Sabtu. Sabtu kemarin pemaparannya menunjukkan kepada dua misionaris ini bahwa Buka juga telah menyampaikan pelajaran-pelajaran kepada istrinya. Ketika pengajaran Alkitabiah itu hampir selesai, salah satu dari tim misionaris itu tidak akan bersama mereka, karena kematian dari salah satu anggota keluarga mereka. Karena itu David sendiri yang akan melakukan semua pengajaran Alkitab dan juga pelajaran menulis. Namun, hal itu berarti usaha penerjemahan Alkitab akan ditangguhkan terlebih dulu untuk mengajar orang-orang percaya di sana. Van dan Alexa Averhart, adalah anggota kelompok tim yang baru, tapi mereka masih berupaya mempelajari budaya dan bahasa orang Bena.
[Sumber: New Tribes Missions, Maret 2006]
Pokok Doa:
Sungai yang mengalir melalui Ukarumpa, Papua Nugini, telah semakin melebar dan mendekati perumahan yang dipakai oleh penerjemah Alkitab nasional di Ukarumpa Translation Center. Selama musim penghujan, daerah itu menjadi daerah perkembangbiakan nyamuk malaria. Presiden Wycliffe Associates, Bruce Smith mengatakan, "Saat ini kami sedang dalam proses untuk membantu memindahkan perumahan tersebut dan juga memperbaikinya sehingga tim penerjemah nasional dapat memiliki tempat tinggal yang nyaman dan terlindung dari malaria, dan hal ini juga akan benar-benar menunda proses penerjemahan Alkitab yang dijalankan." Smith mengatakan hal ini karena daerah itu adalah wilayah yang memiliki keragaman bahasa yang luar biasa, dengan 300 jenis bahasa yang belum diproses. "Doakan agar Tuhan membangkitkan pekerja-pekerja sebagai bagian dari tim penerjemah Alkitab, yang tidak hanya terdiri dari pekerja khusus untuk proyek penerjemahan ini saja, namun juga meliputi pekerja-pekerja yang memiliki berbagai macam keterampilan khusus atau bahkan yang tidak memiliki kekhususan tapi dapat dipakai."
[Sumber: Mission Network News, March 2006]
Pokok Doa:
Misionaris Joey Tartaglia dan Chris Walker sedang di tahap awal dalam mengajarkan kehidupan Kristus dan sejauh ini sudah 23 orang Mibu yang menyatakan imannya dalam Kristus. Beberapa waktu yang lalu, Joey dan penerjemah bahasa Mibu pembantunya, David, sedang memberikan pengajaran tentang kematian Kristus di kayu salib. Joey bertanya pada David, "Karena Yesus adalah Tuhan, apakah Dia tidak dapat mengampuni semua dosa kita tanpa harus mati?"
David masih belum yakin bagaimana harus memberi jawaban, sehingga Joey lalu mengingatkan apa yang Tuhan katakan pada Adam di Taman Firdaus. Hukuman dosa adalah maut. "Bagaimana mungkin Tuhan mengampuni dosa kita tanpa hukuman itu dibayar terlebih dulu? Itu akan mengingkari karakter Tuhan sendiri," kata Joey.
"Jika Tuhan melakukannya maka Ia akan sama saja dengan seorang pembohong," kata David.
"Apakah Tuhan tidak bisa mengatakan bahwa dosa kita dapat diampuni tanpa kematian," kata Joey.
Pandangan mata David berubah dan senyuman segera menghiasi wajahnya sebelum ia mengatakan apa-apa. Semua yang ia pelajari selama beberapa bulan terakhir menjadi jelas. Ia mulai berulang kali mengatakan kepada Joey bahwa hal itu benar dan ia mempercayainya!
"Tuhan mengatakan bahwa jika saya mempercayai Firman-Nya saya akan pergi ke surga dan tinggal bersama dengan Dia setelah saya mati! Saya akan ke surga setelah saya mati, dan saya sangat sangat gembira. Terima kasih banyak karena mengatakan pada saya tentang hal ini," kata David.
Setelah mendengar bahwa David telah menerima Kristus, Sesi, penerjemah pembantu Chris berkata, "Saya turut bergembira untuk dia. Suatu saat saya juga akan memahami hal tersebut dan percaya juga."
Rabu, Chris sedang bekerja bersama Sesi dalam mengerjakan beberapa terjemahan lagi tentang kematian Kristus. Hari kerja yang panjang ini telah menolong beberapa orang untuk mengenal Kristus. Sesi adalah salah satu dari 4 orang yang hari itu memberikan kesaksian secara gamblang mengenai imannya akan Kristus.
Pada hari Kamis, para misionaris mengajar tentang Nikodemus. Senyum tersungging di beberapa wajah orang Mibu ketika mendengar betapa Tuhan mengasihi dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya pada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal. Ketika pengajaran itu selesai, seorang wanita setengah baya duduk di sebelah Angie Walker dan mulai berbicara tak beraturan. Karena tidak sanggup menangani kata-kata bahasa roh dari wanita itu, Angie memanggil suaminya. Chris berbicara dengan wanita itu dan menanyakan beberapa pertanyaan. "Lalu saya melihat matanya terbuka dan senyum menghiasi wajahnya, dan saya pun tahu. Sekarang saya memiliki satu saudari dalam Kristus!" tulis Angie. Selama 2 jam berikutnya, selusin orang Mibu menyatakan iman mereka pada Kristus.
"Seperti orang-orang di Perjanjian Lama yang menawarkan persembahan hewan dan berpikir `hewan-hewan ini mati untuk menggantikan saya,` jadi saya pun melihat kepada Yesus yang telah mati menggantikan saya," kata Tima.
"Kami sangat gembira dan terharu untuk setiap kesaksian yang diceritakan kepada kami, dan dengan penuh harapan melihat banyak lagi orang lain yang terangnya mulai merekah," tulis Joey.
[Sumber: New Tribes Mission, February 2006]
[Sumber: New Tribes Mission, December 2005]
Pokok Doa:
Duduk berdempetan di antara banyak saudara saudari kami dalam Kristus dari suku Banwaon, keluarga saya dan saya sendiri tertawa dan bersenda gurau sambil jari-jari kami menelusuri nasi yang baru dimasak. Benar-benar hasil panen yang menakjubkan!
Para remaja putri dengan seksama menaruh hidangan Thanksgiving tersebut ke dalam daun pisang yang bersih. Beberapa pemuda mendapat bagian yang cukup menantang -- dua babi liar yang berhasil ditangkap kemarin, hari ini akan dimasak dan dipotong kecil-kecil, termasuk tulang-tulangnya. Hidangan itu akan disajikan bersama mie telur rebus yang dicampur dengan sarden dan saus tomat.
Jika makanan standar Anda adalah kentang manis dan daun-daun hijau yang dipetik dari hutan untuk disajikan sebagai sayuran; atau jika garam adalah sebuah camilan dan nasi hanya Anda makan sebagai selingan, apakah Anda akan menganggap ini sebagai perjamuan makan besar?
Suara riuh rendah pun membahana saat tiap orang menikmati hidangan lezat tersebut. Sisa makanan dengan hati-hati akan dibungkus daun pisang untuk dibawa pulang dan dimakan pada hari berikutnya. Butuh lima kali proses masak untuk melayani semuanya.
Ketika tiba saatnya untuk berkumpul di ruang pertemuan, orang-orang pun segera bergeliat mengambil tempat di lantai kayu ruang itu. Karena membludaknya orang, yang lain sampai-sampai harus berada di halaman. Lalu beberapa guru Alkitab, termasuk dua orang yang diundang dari suku lain, membagikan Firman Tuhan.
Ketika saya berhenti untuk melihatnya, ketidaknyamanan saya atas lantai keras itu pun berubah menjadi kekaguman. Saya dikelilingi oleh orang-orang percaya dari suku Bawaon, wajah-wajah mereka menunjukkan minat yang sangat besar untuk mendengarkan apa yang dikatakan para pengkhotbah, dan tersenyum saat para remaja menyanyikan lagu-lagu pujian dan penyembahan.
Ya, pada waktu itu keluarga saya memang sedang mengalami patah semangat, kekuatiran, malaria, ular, dan berbagai ketakutan; kami juga merasa rindu dengan keluarga besar kami, namun semua ini sangat layak untuk diperjuangkan.
Sebelum suku Banwaon mengenali Yesus sebagai Juruselamat mereka, mereka selalu mengadakan korban persembahan bagi roh-roh atas keberhasilan panen mereka. Sekarang, mereka merayakan kemurahan Tuhan pada mereka.
[Sumber: New Tribes Mission, December 2005]
Pokok Doa:
Sementara itu, Indonesia sangat membutuhkan kualitas pendidikan yang bagus. Dari Papua, Wally dari Mission Aviation Fellowship mengatakan bahwa dari 42 negara, anak-anak Indonesia berada pada peringkat terakhir dalam bidang keterampilan menyelesaikan masalah. Ia mengatakan bahwa hal itu memengaruhi kerinduan mereka untuk melatih orang-orang lokal dalam melakukan pekerjaan misi. Ia berkata, "Kami telah mencoba selama bertahun-tahun untuk melatih orang Papua sebagai pilot mekanik dan belum juga berhasil. Hal itu bukan karena mereka bodoh, tapi karena sistem pendidikan yang salah, terutama dalam kemampuan menyelesaikan masalah." MAF ingin membuka sekolah asrama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Saat ini rencana tersebut sedang disusun. Wally percaya bahwa sekolah ini akan memberi dampak besar bagi Indonesia. "Kami tidak hanya melatih mereka untuk menjadi pilot/mekanik, tapi lebih daripada itu. Kami ingin memampukan mereka untuk menjadi pemimpin di mana pun -- baik dalam pemerintahan, gereja, maupun tempat-tempat lain," tandasnya.
Diterjemahkan dari | : | Mission News, Agustus 2007 | Berita selengkapnya | : | http://www.MNNonline.org/article/10251 |
Pokok Doa
Doakan Mission Aviation Fellowship dalam perintisan pembangunan sekolah yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat Papua. Doakan pula agar mereka beroleh kebijaksanaan ketika melakukan survey untuk lokasi pembangunan sekolah.
Berdoalah agar Tuhan mencukupkan kebutuhan akan dana dan tenaga pengajar sehingga kerinduan untuk menghasilkan para pemimpin yang berdampak pun dapat terwujud.
Setelah banyak menutup diri, akhirnya sebuah suku kecil di Papua Nugini menerima Kristus. Bertahun-tahun yang lalu, suku Bisorios di Wilipa memberitahu para misionaris mengenai tuhan baru yang telah datang kepada mereka. Bob Kennel dari New Tribes Mission menjelaskan, "Tuhan mereka mengajari mereka bagaimana untuk hidup, ia memberi mereka bahasa baru dan berkata, `Jangan dengarkan kata-kata orang kulit putih.` Jadi, daerah kecil itu adalah pemuja sejati Dewa Dinaiya selama bertahun-tahun, dan menutup diri terhadap Injil." Bulan Maret ini, tanpa memedulikan penolakan oleh orang-orang di Wilipa, para misionaris dengan susah payah menaiki gunung selama tiga hari untuk menjangkau mereka. "Mereka mengajar orang-orang di suku itu dan memberitakan Injil. Jumlah mereka tidak banyak -- 25 orang -- namun sembilan belas dari mereka menerima Yesus," tambahnya lagi.
Diterjemahkan dari | : | Mission News, Agustus 2007 | Berita selengkapnya | : | http://www.MNNonline.org/article/10303 |
Pokok Doa
Sementara itu, penerjemahan Alkitab di Irlandia Baru, Papua Nugini, mulai mendapat dukungan. Bruce dari Wycliffe Associates mengatakan, "Wycliffe Associates baru saja memulai usaha kerja sama baru dalam rangka menerjemahkan Alkitab ke dalam kira-kira lima belas bahasa tambahan mereka dengan jangka waktu lima tahun ke depan." Irlandia Baru berada di pesisir Papua Nugini, di Pasifik Selatan. Di akhir tahun 1990-an, para misionaris menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam satu bahasa, kemudian mulai membangun pusat pelatihan untuk membantu penduduk setempat belajar bagaimana menerjemahkannya. Namun, tahun lalu fasilitas itu habis terbakar. Bruce mengatakan bahwa Wycliffe Associates membantu membangunnya kembali. "Kami mempunyai tim yang ada di sana pada bulan Januari dan Februari. Selanjutnya, kami akan membangun tempat pelatihan yang lebih besar sehingga benar-benar dapat menampung kelompok besar tersebut." Wycliffe juga membantu di bidang yang lain. "Peran kami adalah menyediakan tenaga relawan teknik dan administratif untuk membantu kelompok-kelompok yang sedang berupaya menerjemahkan itu. Kami juga mendanai segala kebutuhan yang menyangkut proses penerjemahan tersebut.
Diterjemahkan dari | : | Mission News, Mei 2007 | Berita selengkapnya | : | http://www.MNNonline.org/article/9883 |
Pokok Doa
Berdoalah agar rumah pelatihan dan fasilitas baru yang sudah disediakan Wycliffe Associates untuk proyek penerjemahan Alkitab di Papua Nugini bisa digunakan dengan maksimal.
Doakan juga agar proses penerjemahan Alkitab ke dalam lima belas bahasa Papua Nugini lainnya dapat dikerjakan dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi sehingga memudahkan orang dalam memahami Alkitab.
Ketika seorang misionaris dari Wycliffe Associates bertanya kepada salah seorang pria dari Papua Nugini tentang mengapa ada delapan ratus bahasa dalam satu suku di pulau yang sama, pria itu dengan cepat menjawab pertanyaan tersebut, "Karena kami saling membenci."
Dengan berlalunya waktu dan pengenalan Injil, terjadilah pemulihan yang luar biasa. Namun, penghalang komunikasi di antara masyarakat tetap ada, dan hal itu juga yang membatasi penyediaan Alkitab bagi masing-masing kelompok bahasa. Alkitab adalah kunci untuk menghasilkan murid-murid yang mengenal Tuhan secara pribadi dan yang rindu akan terjadinya pemulihan atas perpecahan yang ada di lingkungannya. Hanya ada kurang dari enam juta jiwa yang tinggal di negara yang terletak di Samudra Pasifik ini, dan sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pedesaan. Pelestarian gaya hidup tradisional dilindungi hukum.
Wycliffe Associates berusaha keras untuk menerjemahkan Alkitab di Papua Nugini. Meskipun begitu, para penerjemah terkadang harus mempekerjakan staf pembantu karena di sana hanya ada satu staf pembantu sukarelawan untuk masing-masing penerjemah. Di sini, waktu dan tenaga sangat terkuras, semuanya dikerahkan untuk menyediakan lebih banyak Alkitab.
Papua Nugini merupakan lokasi terbesar Wycliffe Associates bagi para sukarelawan. Ada banyak lowongan yang tersedia bagi sukarelawan yang ingin membantu di sana, termasuk guru bahasa Inggris SMU, pengawas perbaikan landasan terbang, manajer cabang pelayanan, perawat, dan bapak/ibu penjaga asrama pemuda.
Empat dari posisi-posisi tersebut ada di Ukarumpa, di mana ada tiga ratus keluarga yang sedang melakukan penerjemahan untuk seluruh negeri. Ribuan orang menantikan Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa mereka masing-masing, jadi lowongan apa pun yang terisi nantinya, hal itu bisa mempercepat proses tersebut. Untuk mempelajari lebih banyak tentang lowongan itu atau lowongan-lowongan lain, kirimkan email ke: < web(at)wycliffeassociates.org >. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Mission News Network, Agustus 2008
Alamat URL: http://www.MNNonline.org/article/11556/
Pokok doa:
Mengucap syukur atas masuknya Injil dan pemulihan yang terjadi atas masyarakat Papua Nugini. Doakan agar masyarakat di sana dapat mengaplikasikan teladan Kristus untuk saling mengasihi.
Doakan untuk penyedia Alkitab ke dalam bahasa-bahasa lokal di Papua Nugini, mengingat masyarakat di Papua Nugini perlu belajar lebih dalam firman Tuhan.
Berdoa juga untuk tim Wycliffe Associates yang sedang berupaya menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa lokal di Papua Nugini. Doakan untuk tenaga sukarela yang sangat dibutuhkan agar pekerjaan Tuhan ini bisa semakin banyak dikerjakan.
Sebanyak 59 orang suku Siawi yang baru bertobat, memutuskan untuk mengikut Tuhan dan mendapatkan baptisan air pada hari Minggu, 8 Juni, demikian dilansir New Tribes Missions. Saat ini, kira-kira ada seratus orang Siawi yang sudah dibaptis dan semakin bertumbuh dalam iman.
Banyak halangan muncul, namun orang Siawi tidak membiarkan ibadah baptisan dibatalkan. Misalnya, sungainya dangkal karena selama seminggu hujan tidak turun, oleh karena itu orang Siawi membuat bendungan untuk membuat genangan air yang lebih dalam. Mereka juga sempat menunda baptisan selama beberapa waktu karena menunggu seorang misionaris, Tom, sembuh dari sakit malarianya.
Karena Tom masih lemah, dia dan misionaris lain, Jason, meminta Kwae dan Liae menggantikannya dalam ibadah baptisan tersebut. Kwae dan Liae dengan gembira menggantikannya, mereka pun mendapatkan kesempatan untuk membaptiskan putra-putrinya. Setelah baptisan, para misionaris meminta semua orang Siawi yang percaya untuk berdiri bersama-sama dengan umat percaya yang baru saja dibaptis itu.
"Kerinduan kami adalah agar mereka mulai menyadari bahwa mereka adalah satu tubuh di dalam Kristus," tulis misionaris Danielle. "Gereja di sini memiliki banyak divisi, dan karenanya, selain surat Roma, mereka juga perlu diberi pelajaran dari surat 1 Korintus." Para misionaris mulai mengajarkan surat Roma setelah menyelesaikan surat Kisah Para Rasul beberapa minggu yang lalu. Sekitar seratus orang Siawi sudah mengikuti pelajaran Alkitab.
Orang Kristen Siawi mulai menyadari bahwa mereka harus melakukan apa yang mereka pelajari dalam Alkitab. Ada larangan-larangan yang perlu mereka lakukan. Budaya mereka merupakan perbudakan atas ilmu sihir, roh-roh, sakit penyakit, dan kematian. Kwae menjadi semakin bijaksana setelah mendengar pelajaran terakhir dari Kisah Para Rasul. "Saya tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Rasul Paulus katakan dalam Kisah Para Rasul 28:26. Yesaya menuliskan bahwa orang Yahudi akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti. Kami pun sama seperti itu," katanya.
Pelajaran tentang baptisan muncul berkali-kali saat suku Siawi mempelajari Kisah Para Rasul dan para misionaris menawarkan kesempatan bagi orang Siawi untuk dibaptis jika mereka tergerak. Mereka ingin memastikan bahwa orang-orang yang ingin dibaptis betul-betul mengerti pentingnya keselamatan dan tujuan baptisan.
Mereka heran ketika Noa, Eke, dan Sek -- para pemuda yang mengacau di gereja -- menyatakan keinginan mereka untuk dibaptis. Eke sering melempari gereja dengan batu saat pelajaran Alkitab sedang berlangsung. "Oh, ya, sebelum saya menjadi pengikut Kristus. Saya tidak peduli dengan jalan Tuhan. Namun saat saya mendengar pengajaran Kisah Para Rasul, pemahamanku menjadi jelas," cerita Eke kepada Danielle dan Jason.
"Saya tahu bahwa kematian Kristus membuat jalan bagiku ke surga. Darah-Nya telah tercurah bagiku dan tak ada cara lain untuk membayar dosaku. Saya ingin dibaptis karena itulah yang Yesus katakan untuk dilakukan semua orang yang percaya kepada-Nya. Saya ingin melakukan perintah Yesus." (t/Setyo)
Diterjemahkan dari : Mission News Network, Agustus 2008
Alamat URL : http://www.MNNonline.org/article/11336
Pokok Doa:
Keluarga Smith, pasangan misionaris dari The New Tribes Mission, melayani suku Diningat di Papua Nugini. Pada suatu malam, dalam sebuah pertemuan dengan orang-orang dari suku tersebut, hujan mulai turun. Orang-orang dari suku Diningat berkata bahwa orang-orang dari suku lainlah yang telah membuat hujan turun untuk mengacaukan pertemuan mereka. Karena merasa kecewa dengan pernyataan tersebut, pasangan Smith bertanya kepada suku Diningat mengenai siapa yang mereka pikir telah membuat hujan turun. Suku itu menjawab bahwa Tuhanlah yang telah membuat hujan.
Sedikit membingungkan, bagaimana mereka dapat menjawab dua pertanyaan yang mirip tapi menjawabnya dengan jawaban yang berbeda. Pasangan Smith bertanya kembali kepada mereka apakah seseorang telah membuat hujan turun.
Lagi-lagi, suku itu menjawab, "Ya, seseorang dari desa tetanggalah yang telah melakukannya."
Smith kemudian bertanya kepada mereka mengenai siapakah pemilik dan penguasa segala hal, dan mereka menjawab, "Tuhan." Akan tetapi, ketika Smith bertanya apakah mereka berpikir bahwa manusia dapat mengendalikan cuaca, mereka menjawab, "Tidak! Itu tidak benar!"
Kemudian, pasangan Smith mengetahui bahwa suku Diningat sengaja memberikan jawaban yang berbeda. "Mereka melakukannya untuk membuat kita menyala-nyala dan mengajar dengan lebih berapi-api! Ha! Saya rasa itulah cara mereka mempermainkan anjuran setan," tulis Smith.
NTM meminta agar Anda berdoa supaya keinginan suku Diningat untuk mengenal Tuhan lebih jauh itu terus berkelanjutan. Berdoalah agar mereka tetap mau "bersendau-gurau" dan mendengarkan Injil dengan sungguh-sungguh. (t/Setyo)
Diterjemahkan dari | : | Mission News Network, April 2008 |
Alamat URL | : | http://www.mnnonline.org/article/11003 |
Pokok doa:
Anda tidak pernah terlalu tua untuk dibaptis. Itulah pesan yang disampaikan oleh Namb kepada orang-orang yang hadir dalam ibadah pembaptisannya di Yano Kambulupira, Papua Nugini. Dia dibaptis pada usia 106 tahun.
Namb adalah seorang ketua yang membawahi para ketua daerah setempat. Pada tahun 1975, dia memutuskan -- menentang kehendak teman-teman sesukunya -- untuk mengizinkan misionaris Advent, Paul, untuk mendirikan gereja di kampungnya.
Beberapa tahun kemudian, Paul mendapat beberapa ancaman pembunuhan dan pekerjaannya terus-menerus dihalangi. Sebagai orang yang cinta damai, Namb membelanya dan meyakinkan sukunya agar mengizinkan Paul tinggal di kampung tersebut. Tetapi, walau Namb membela Paul dan mengizinkannya mendirikan gereja di kampung itu, bahkan mengerahkan penduduk untuk membantu pembangunan gereja, dia masih tetap menyembah roh nenek moyangnya.
Selama 30 tahun, dia tidak datang ke gereja. Namun akhirnya, pada tahun 2005, Namb ke gereja untuk pertama kalinya dan beberapa bulan kemudian dia menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Ketika dibaptis, seluruh keluarganya ikut hadir, yaitu lima istri dan lebih dari 60 anak serta 300 cucu! (t/Setyo)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin | : | Body Life, Edisi Oktober 2008, Volume 26, No. 10 |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Papua New Guinea: 106-Year-Old Chief Baptized |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 1 |
Pokok Doa:
Bersyukurlah kepada Tuhan atas setiap jiwa baru yang dimenangkan bagi Kristus. Secara khusus, berdoa bagi Namb yang telah memproklamirkan hidup barunya. Biarlah Namb dipakai Tuhan untuk memenangkan keluarga, suku, bahkan negaranya. Doakanlah pula agar Namb tetap bertahan, meskipun banyak godaan yang dapat membuat dia kembali ke kebiasaan lamanya.
Doakan setiap hamba Tuhan yang melayani masyarakat di Papua Nugini. Minta agar Tuhan memampukan mereka melayani masyarakat di sana, khususnya mereka yang masih terikat dengan okultisme.