Doa Bagi Negara Mesir
"Listrik di ruangan pertemuan gereja mati lagi, Anda hanya bisa
mendengar suara-suara dari 12 jemaat yang hadir." cerita seorang
penduduk desa. "Apakah kita harus membatalkan pendalaman Alkitab
yang telah kita nanti-nanti?" Seorang dari jemaat itu berkata,
"Kita dapat bersekutu di rumahku. Tetapi karena rumahnya berhimpitan
dengan rumah-rumah tetangga maka kita terpaksa tidak bisa memuji
Tuhan dengan suara keras." Saat itu merupakan sore yang spesial.
Allah menjamah kami secara luar biasa dan perasaan sukacita
melingkupi hati kami. Jemaat-jemaat lain juga merelakan rumah mereka
sebagai tempat persekutuan. Sejak saat itu, kami bersekutu di rumah-
rumah yang berbeda setiap minggunya. Hal yang menarik, di beberapa
rumah para pemuda yang tidak pernah pergi ke gereja turut bersekutu
dengan kami. Para tetangga yang mengetahui persekutuan kami secara
spontan minta didoakan. Para tetangga berkomentar, "Lihat, gereja
sudah meruntuhkan dinding-dinding pembatasnya." Hanya dalam waktu
enam minggu, ada enam orang baru yang ikut bersekutu dengan kami,
dan ada enam orang lainnya yang kadang-kadang ikut bersekutu. Itu
adalah awal dimulainya sebuah gereja rumah yang terus berlanjut
meskipun permasalahan-permasalahan listrik di gereja telah
diselesaikan.
Sumber: Mission Network News, October 7, 2002
Presiden Mesir, Hosni Mubarak, mendeklarasikan Hari Natal sebagai
hari libur nasional untuk pertama kalinya dalam sejarah negara
Mesir. Coptic Christians merayakan Natal pada tanggal 7 Januari 2003
dan tanggal ini dijadikan hari libur resmi. Di masa lalu, festival-
festival agama Kristen tidak dianggap sebagai hari libur umum
meskipun umat Kristen di negara ini jumlahnya kurang lebih 10% dari
populasi penduduk Mesir. Perwakilan dari Word Centre for Human
Rights di Kairo mengatakan bahwa mereka telah meminta pemerintah
untuk menjadikan Hari Natal sebagai hari libur resmi sejak tahun
1995. "Kami menyambut dengan baik keputusan dari Presiden Mubarak
yang menyatakan tanggal 7 Januari sebagai hari libur resmi di
seluruh Mesir." Hal ini merupakan keputusan yang bijaksana dan dapat
semakin memperkuat kesatuan nasional.
Sumber: What In The World, December 31, 2002
"G.S., salah satu staf kami, mengunjungi desa-desa terpencil di
Mesir enam hari setiap minggu untuk mengabarkan Injil," seperti
dilaporkan "Ziel 19", newsletter dari Schweizer Missionsgemeinde
(Swiss Missions Church). "Kadang dia memutuskan untuk memberitakan
Injil di tiga desa dalam satu hari. Dia harus menghadapi banyak
masalah. Namun, dia melihat bahwa tugasnya ini merupakan panggilan
Tuhan terhadap dirinya. Baru-baru ini dia menulis, ´Aku begitu
terpanggil untuk melayani 12 desa di Propinsi Asiut. Aku harus
mengunjungi mereka meskipun banyak tantangan yang harus aku hadapi
di sana. Semakin kuat perlawanan yang aku hadapi, semakin banyak
pintu terbuka yang aku temukan di desa-desa tersebut saat aku tiba
di sana. Misalnya, para lelaki di desa E.T. memasang penghalang
berupa bebatuan dan jerami di jalan yang kulalui. Ketika aku
mencapai penghalang tersebut, mereka serentak membakarnya. Aku hanya
menunggu dan berdoa. Ketika api telah padam, aku berjalan diantara
bara-bara itu dan mereka mundur tanpa mengganggu aku. Aku dapat
berkhotbah dengan bebas, dan banyak yang berkumpul untuk
mendengarkan Firman Tuhan. Di E.E., mereka langsung mengalirkan air
dari kanal ke jalan, sehingga aku tidak akan bisa melanjutkan
perjalanan. Aku menunggu, sambil berdoa seperti dalam Yesaya 43:2,
´Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau,
atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila
engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan
nyala api tidak akan membakar engkau.´ Air itu kemudian semakin
surut, dan orang-orang yang ingin mengganggu aku ikut menghilang
bersamaan dengan menguapnya air itu. Aku kembali menemukan bahwa
orang-orang di desa itu menjadi terbuka terhadap Injil. Di desa
lain, aku harus berhadapan dengan para pria fanatik yang mengutuki
aku dengan suara keras dan mencoba untuk menghentikan langkahku.
Namun, mereka tidak menyerang aku. Desa berikutnya adalah desa yang
paling berbahaya; penduduknya melempari aku dengan batu, tetapi aku
tidak terluka, seolah-olah ada perisai yang melindungi aku. Di desa
itu, aku dipakai Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit melalui doa
dan mengusir roh jahat dari tubuh seseorang. Saat ini, Injil telah
mengubah kehidupan banyak penduduk di desa-desa yang aku kunjungi
secara teratur.´"
Sumber: FridayFax, September 24, 2004
Sekelompok pelayanan misi di Mesir telah mendorong adanya kebebasan
beragama. Reformasi yang terjadi di Mesir telah memperoleh tanggapan
positif dari pers. Hal ini merupakan saat yang sangat menentukan
untuk membahas tentang penganiayaan umat Kristen. Todd Nettleton,
perwakilan dari Voice of the Martyr mengatakan bahwa baru-baru ini
Gaser Mohammed Mahmoud telah bertobat. Keluarganya sepakat
memasukkannya ke rumah sakit jiwa dimana dia akan mengalami
penganiayaan. "Jika Anda seorang non-Kristen yang ingin menjadi
Kristen, hal itu tidak mungkin dilakukan. Anda tidak bisa memperoleh
kartu identitas baru dimana Anda tidak bisa mendaftarkan ulang
perpindahan kepercayaan yang Anda anut. Mesir merupakan negara yang
masih memberlakukan diskriminasi terhadap umat Kristen, khususnya
bagi mereka yang dulunya non-Kristen dan kemudian menjadi Kristen."
Dikatakan oleh Nettleton bahwa adanya kejadian ini menyuarakan
kebenaran tentang tindak kekerasan yang dialami umat percaya.
"Pemerintah Mesir menutup mata tentang kejadian tersebut, dan dapat
dipastikan bahwa mereka tidak akan mengakuinya di depan publik bahwa
peristiwa yang dialami Gaser berkaitan dengan penganiayaan umat
Kristen di Mesir. Kenyataannya, jika Gaser Mohammed Mahmoud tidak
pindah kepercayaan, pasti dia tidak berada di rumah sakit jiwa."
Sumber: Mission Network News, May 31st 2005
"Peristiwa tersebut sungguh di luar dugaan bagi beberapa penumpang
bus -- mereka terkejut dan pucat saat menyaksikan seorang pemuda
yang baru saja dibebaskan dari pengaruh kuasa gelap," demikian
laporan dari pelayanan misi Ziel 19. Ibu F.W., seorang penginjil
dari Mesir yang sedang melakukan perjalanan dengan bus tersebut. Di
dalam bus dia memperhatikan ada penumpang lain yang mengeluarkan
suara-suara aneh, matanya berputar-putar, dan kadang-kadang dia
menggeliat di tempat duduknya. Penumpang-penumpang yang lain hanya
memalingkan muka, sampai akhirnya Ibu F.W. tidak tahan menyaksikan
keadaan tersebut. Dia mendatangi pemuda itu dan berkata dengan suara
keras "Dalam nama Tuhan Yesus, tinggalkan orang ini! Dan tinggalkan
bus ini juga!" Semua penumpang memandang dengan heran saat pemuda
itu bergumam dan badannya bergetar. Setelah itu, pemuda tersebut
memandang sekelilingnya dengan mata bersinar dan berkata, "Hey! Si
setan sudah pergi! Saya dapat merasakannya! Saya mengucapkan terima
kasih untuk apa pun yang telah Anda lakukan terhadap saya!" Pemuda
itu tertawa lepas dan sangat bersukacita. Tak pelak lagi, setan itu
telah keluar dari badannya dan dari bus tersebut -- dan tidak ada
penumpang lain yang kerasukan. Ibu F.W. tinggal di dalam bus itu
lebih lama dari yang dia rencanakan. Karena pemuda yang kerasukan
tadi dan banyak penumpang lainnya menanyakan banyak hal. Hal ini
tidak lazim terjadi di Mesir. Dalam kenyataan biasanya tidak lazim
bagi seorang wanita berbicara dengan kaum pria, terutama di dalam
bus yang penuh sesak.
Sumber: FRIDAY FAX, April 8th, 2005
Gereja Pentakosta di Mesir berkembang tiga kali lipat. Menurut
Presiden dari "Pentecostal Churches in Egypt", jumlah gereja dalam
denominasinya telah berlipat ganda sejak tahun 2001. Pada tahun
tersebut telah ada 35 gereja yang berdiri. Saat ini, jumlah gereja
telah berkembang menjadi 75 gereja. Beliau juga menyatakan bahwa
strategi pertumbuhan suatu gereja dilakukan bersama dengan Gereja
Joong-Ang di Korea. Pendeta senior dari Gereja Joong-Ang yang
mempunyai jemaat 80.000 orang di Seoul, Korea Selatan, akan
mengadakan outreach penginjilan di Mesir pada akhir tahun 2005
nanti.
Sumber: FridayFax, December 24, 2004
Seorang awak SAT-7 baru-baru ini terjebak dalam perang antarsuku ketika sedang mengerjakan film dokumenter di Mesir. Tim ini sedang membawa sebuah situs arkeologi terpencil pada saat pengambilan gambar untuk sebuah dokumenter berjudul "Christian Roots". Hany dari SAT-7 mengatakan, "Dua suku Arab di daerah ini terlibat konflik atas tanah ini. Mereka mengira kami dari suku lain dan mereka tidak mengizinkan kami untuk membuat film ini sehingga kami harus berhenti mengambil gambar, mengemasi barang-barang kami, dan pergi secepatnya." Interupsi ini tidak menghalangi mereka, meskipun mereka harus menggunakan gambar yang telah mereka ambil sebelumnya. Hany mengatakan bahwa program ini mempunyai suatu pesan penting: belajarlah dari sejarahmu. "Ketika orang-orang Kristen bersatu, mereka dapat menghadapi berbagai masalah. Mereka memelihara iman mereka dan melindungi iman mereka selama masa-masa sulit. Sekarang kami melihat beberapa konflik antardenominasi, antarpemimpin, yang akan sangat berdampak bagi keberadaan orang-orang Kristen di Timur Tengah." Tim ini sekarang dalam proses praproduksi dokumenter dan berharap tahun ini bisa menayangkannya. [Sumber: Mission Network News, Januari 2007]
Pokok Doa:
Akhir Minggu lalu, Mahkamah Agung Mesir memutuskan bahwa dua belas mualaf boleh kembali memeluk agama Kristen.
"Permohonan kami benar-benar dikabulkan," tutur HB, seorang pemimpin Egyptian Initiative for Personal Rights -- suatu kelompok yang bermarkas di Kairo yang mengajukan kasus tersebut bersama Pemerhati Hak Asasi Manusia, menurut New York Times. "Kedua belas orang tersebut akan mendapat kartu identitas sebagai orang Kristen." Keputusan pengadilan hari Sabtu ini berlawanan dengan putusan pengadilan tingkat di bawahnya pada April 2007 yang tidak mengabulkan permohonan mereka.
Bulan lalu, pengadilan yang sama menentang perizinan atas MAH, seorang pria yang berpindah memeluk agama Kristen, untuk secara sah mengubah status agamanya menjadi Kristen. MAH adalah orang pertama yang bertobat menjadi Kristen, yang menggugat pemerintah Mesir karena menolak permohonannya untuk mengubah status agamanya secara resmi di kartu identitasnya.
"Putusan pengadilan hari Sabtu tersebut merupakan sebuah langkah besar bagi terwujudnya kebebasan beragama di Mesir. Namun kebebasan beragama benar-benar bisa terwujud saat ada seorang dari agama lain yang dapat bertobat menjadi Kristen," tutur RN, seorang pengacara yang memerjuangkan kasus kedua belas mualaf yang bertobat, demikian dilansir New York Times
Penduduk Mesir terdiri dari 90% orang Islam dan 10% orang Kristen, kebanyakan orang Kristen Koptik. (t/Setyo)
Diterjemahkan dari:
Judul buletin | : | Body Life, Edisi Maret 2008, Volume 26, No. 3 |
Judul asli artikel | : | Supreme Court Allows Return to Christianity |
Halaman | : | 1 |
Pokok doa:
Bersyukur atas terkabulnya permohonan dua belas orang petobat baru untuk memiliki identitas resmi sebagai orang Kristen. Doakan supaya kasus ini mendorong semakin banyak orang di Mesir untuk berani memerjuangkan kebebasan beragama mereka.
Mari berdoa bagi para pejabat pemerintah Mesir, khususnya para pejabat di pengadilan, supaya Tuhan menyentuh mereka melalui kesaksian orang-orang yang berani menyaksikan imannya tersebut.
Seorang wanita Kristen Koptik asal Mesir dijatuhi hukuman 3 tahun penjara karena gagal menegakkan identitas agama non-Kristen-nya -- identitas yang dimilikinya selama empat dekade tanpa disadarinya.
Dua bersaudara S dan B, keduanya berusia hampir 50-an, warga kota kecil East Delta, MitGhamr, ditangkap dan diadili karena mengklaim agama Kristen sebagai identitas agama resmi mereka. Tanpa sepengetahuan mereka, identitas agama mereka diganti secara resmi 46 tahun yang lalu karena ayah mereka tiba-tiba menjadi non-Kristen. Keduanya buta aksara.
S diadili karena menyatakan diri sebagai Kristen pada akta pernikahannya dan dihukum 3 tahun penjara pada tanggal 21 November 2007. Setelah 2 bulan berlalu, dia dibebaskan. Tanggal 23 September yang lalu, seorang hakim juga menghukum B dengan hukuman 3 tahun penjara karena "memalsukan" akta pernikahannya dengan menyatakan bahwa agamanya adalah agama Kristen.
Ayah mereka, N, masuk non-Kristen tahun 1962 saat terjadi perselisihan rumah tangga agar bisa menceraikan istrinya dan memperoleh hak asuh anak-anak perempuannya. (t/Setya)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin | : | Body Life, edisi November 2008 Volume 26, nomor 11. |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Egypt: Father's Briefs Conversion Traps Daughters in Islam |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 4 |
Pokok doa: