Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa Allah ada? Apakah mungkin membuktikan bahwa Allah ada? Atau pada akhirnya hal tersebut hanya merupakan masalah iman secara pribadi saja? Dan bila saya percaya padaNya, bukti-bukti apa yang dapat saya berikan kepada seseorang yang tidak percaya?
Dalam buku kecil ini staf kami meneliti bagaimana Alkitab mendekati masalah eksistensi Allah. Kami berdoa agar hal ini membantu Anda dalam merenungkan pertanyaan yang mendasar dan sangat penting ini.
Diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Yayasan Gloria Jl. Faridan M. Noto 3, P.O. Box 13 YKGD Yogyakarta 55224 Diterjemahkan dari "How Can I Know There Is a God?" Naskah dilindungi oleh hak cipta (c) 1987 pada RBC Ministries SMI 003-93 Diterjemahkan: K. Budi Santoso
Apakah langit malam yang cerah berbicara kepada Anda? Ia mengatakan sesuatu? Tidak? Apa yang dikatakannya kepada seorang atlet berbakat berusia sembilan belas tahun yang tergeletak dalam lumuran darahnya sendiri -- ia ditusuk karena berada di tempat yang salah pada saat yang salah? Bagaimana dengan istri yang mengalami masalah dan kekecewaan, yang berusaha menghilangkan amarah dan perasaan ditolak dengan berjalan-jalan di pagi hari? Bagaimana dengan buruh pabrik berusia empat puluh lima tahun yang baru saja kena PHK untuk ketiga kalinya dalam beberapa tahun terakhir ini? Bagaimana dengan pakar astronomi yang pikirannya terpecah antara empirisme yang kaku dan hati yang berbicara bahwa ia harus percaya pada apa yang tidak ia lihat?
Apakah Allah ada di balik tirai semesta, di balik atom, di balik kelopak dan semerbak sekuntum bunga? Apakah Allah ada di tengah-tengah kemajuan IPTEK dan kegagalan-kegagalan politik? Apakah Dia ada dan dapat dilihat melalui airmata dari orang-orang yang diperlakukan dengan kejam, diperalat, tidak dikasihi dan hampa hidupnya?
Inilah pertanyaan-pertanyaan dasar manusia, dan dapat muncul dalam berbagai ragam bentuk sesuai dengan macam-macam orang yang hidup di bumi ini. Mereka bertanya:
Bila Allah ada, mengapa Dia tidak menunjukkan diriNya kepada kita dengan cara yang konkrit bahwa Dia ada?
Dalam zaman IPTEK dan penelitian yang canggih ini, bagaimana kita dapat percaya pada sesuatu yang tidak kita lihat?
Bila saya melihat semua penderitaan yang dialami manusia di seluruh dunia, bagaimana saya dapat percaya Allah dapat berdiam diri pada saat manusia sengsara di bawah keadaan yang tak layak bagi seekor anjing sekalipun?
Mengapa Allah yang baik membiarkan sahabat saya -- seorang yang mengasihi sesama manusia dan kehidupan -- meninggal pada usia muda?
Bila Allah berkuasa, mengapa kita mengalami begitu banyak bencana alam seperti gempa bumi, banjir, badai dan angin ribut?
Saya tidak pernah merasakan kehadiran Allah. Segala sesuatu yang telah saya capai, saya lakukan dengan kekuatan saya sendiri. Saya tidak membutuhkan tongkat penopang yang bernama Allah.
Komentar dan pertanyaan seperti itu sedikit banyak mencerminkan paradoks yang ada antara keindahan langit bertaburan bintang dan bumi yang terlampau sering menjadi penjara yang penuh kengerian.
Dapat dimengerti bila keragu-raguan akan timbul tentang Allah yang tak tampak dan tidak mau tampil dalam siaran berita pagi untuk menjawab kritik-kritik yang dihadapiNya dan menyelesaikan masalah tentang keberadaanNya.
Untuk alasan-alasan ini dan lainnya, mereka yang ragu-ragu membutuhkan bukti-bukti yang kuat dan dapat dipercaya bila mereka memikirkan dengan serius tentang kemungkinan keberadaan Allah. Mereka perlu melihat bahwa orang-orang yang percaya kepada Allah bersikap demikian dengan alasan dan pertimbangan yang baik. Mereka perlu menangkap dengan jelas tentang pendekatan Alkitab terhadap Allah. Mereka perlu melihat bahwa membuktikan keberadaan Allah sebenarnya tidaklah lebih indah dibanding kebenaran tentang keberadaan Allah itu sendiri.
Ketika penulis kitab pertama dari Alkitab mencantumkan kata-kata, "Pada mulanya Allah...," ia tidak meminta para pembacanya untuk mengandaikan keberadaan Allah. Dari pengalaman mereka tahu siapa yang dibicarakannya. Sebagaimana si penulis, bangsa Israel juga telah melihat bukti-bukti tentang "Seseorang" yang melakukan berbagai mukjizat dan bekerja dalam kehidupan mereka. Kata-kata Musa tentang Allah mengingatkan bangsa Israel tentang "Seseorang" yang menyediakan manna (roti yang disediakan Allah) bagi mereka ketika mereka mengembara di padang gurun; air yang mengalir dari batu ketika mereka haus; tiang api yang mendahului mereka ketika mereka membutuhkan pimpinan; dan jalan untuk melewati Laut Merah ketika mereka terjebak oleh pasukan Mesir. Ya, Musa menuliskan kisah tentang penciptaan untuk mereka yang telah melihat Sang Pencipta berkarya.
Bagaimana dengan orang-orang yang belum pernah mengalami hubungan yang dekat dengan Allah seperti itu? Menurut Alkitab, Allah juga telah meninggalkan bukti-bukti yang sangat banyak tentang keberadaanNya kepada kita. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengungkapkan sejumlah bukti yang mengarah pada satu titik dan menunjukkan dengan jelas tentang keberadaan Allah yang tak nampak, yang karena sifat kekalNya, masih bersama kita hingga sekarang.
Bukti-bukti ini mencakup apa yang oleh para teolog diklasifikasikan sebagai pernyataan umum dan pernyataan khusus. Dengan pengertian ini, kita akan menetapkan istilah-istilah yang akan kita pakai. Bila kita berbicara tentang pernyataan, kita berbicara tentang Allah yang oleh RohNya, membuka atau menyingkapkan diriNya kepada kita. Menurut Alkitab, Allah telah mengambil inisiatif untuk menyatakan diri kepada kita -- untuk memberitahukan keberadaanNya. Pernyataan umum mengacu pada bukti-bukti umum atau universal tentang keberadaan Allah melalui (1) penciptaan dan (2) akal budi manusia. Pernyataan khusus menunjuk pada bukti-bukti khusus atau supra-natural tentang keberadaan Allah melalui (3) komunikasi khusus dan terutama dalam (4) pribadi Kristus -- Anak Allah.
Sebagaimana akan kita lihat dalam bab berikut, pendekatan Alkitabiah tentang pernyataan umum dan khusus memberikan kepada kita bukti positif yang cukup tentang keberadaan Allah sehingga memungkinkan kita menempatkan iman pada tempat yang benar. Bila kita melakukannya, kita akan mulai melihat bahwa tanpa pengetahuan tentang keberadaan dan kehadiran Allah, kita tidak memiliki penjelasan yang masuk akal tentang kehidupan seperti yang kita kenal. Pernyataan Allah kepada kita melalui RohNya memberikan kepada kita suatu pengertian rasional tentang berbagai misteri kehidupan. Hal ini menjawab berbagai pertanyaan tentang keberadaan zat-zat di jagat raya, tentang adanya kehidupan di planet ini, tentang sifat khusus manusia bila dibandingkan dengan binatang, dan suka cita yang kita peroleh dari kesadaran diri tentang siapa kita.
Oleh karena itu, mari kita lihat pendekatan empat jalur dari Alkitab untuk meyakinkan kita bahwa Allah ada.
Alkitab tidak meminta kita untuk menerima keberadaan Allah begitu saja. Sebaliknya, ia menunjukkan kepada kita bagaimana Allah, melalui RohNya, telah menyatakan diriNya kepada kita -- baik di masa lampau maupun masa kini.
Saat kita meneliti empat jalur pembuktian Alkitab, ujilah hal itu dengan pengetahuan Anda tentang alam semesta, hati manusia, Alkitab dan Yesus Kristus. Lihat, apakah Anda dapat menyetujui bahwa data-data Alkitab adalah lengkap dalam hal pernyataan Allah kepada Anda.
PERNYATAAN ALLAH:
PERNYATAAN ALLAH |
---|
MANUSIA |
---|
Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa alam semesta yang kompleks ini adalah suatu keajaiban yang agung dan menakjubkan. Merenungkan keluasan dan keagungannya saja dapat membuat kita pusing. Lalu, bagaimana semua itu dapat ada? Mungkinkah semua ini terjadi karena suatu ledakan raksasa, sebagaimana dikemukakan oleh banyak ilmuwan? Atau semua ini terjadi sebagai hasil perencanaan yang teliti dari Allah yang Mahabesar?
Mari kita lihat sejenak pada dua bagian Alkitab yang berbicara tentang pernyataan diri Allah melalui alam semesta. Pertama, kita lihat kitab Ayub dalam Perjanjian Lama. Sebagaimana Anda ingat, Ayub dicobai iblis dengan sangat berat. Seperti manusia zaman sekarang, Ayub menjumpai kesulitan besar untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana Allah yang baik dapat mengizinkan ketidakadilan seperti penyakit dan penderitaan? Ayub dikenal sebagai orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah, namun kekayaan dan anak-anaknya diambil, dan ia sendiri dijangkiti bisul.
Setelah berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang Allah dalam waktu yang lama, Ayub akhirnya mendengar sendiri dari Allah. Berbicara kepadanya dalam damai, Allah memberitahu Ayub bahwa untuk melihat Dia Ayub harus melihat melampaui kesulitan-kesulitan yang menekan dan melihat alam semesta serta dunia sekitarnya (
Inti perkataan Allah sebenarnya, "Dalam sengsaramu engkau bertanya di mana Aku ketika engkau menderita. Lihat kembali dunia di sekelilingmu dan engkau akan melihat Aku di situ dan diingatkan akan kebijaksanaan dan kuasaKu". Bruce Demarest, penulis buku General Revelation (Pewahyuan Umum), menulis, "Dengan perantaraan sebuah penciptaan yang hebat, Ayub mengerti realita Allah. Tertegun, merasa rendah dan dipenuhi dengan rasa hormat saat merenungkan Allah dan karya-karyaNya, Ayub membuka mulutNya dan berkata, 'Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu'" (
Banyak bagian di Mazmur juga menyaksikan bahwa alam semesta memberikan bukti tentang keberadaan Allah.
Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari.
Siang dan malam, kata Pemazmur, kemuliaan Allah diberitakan melalui langit dan cakrawala. Berita mereka tersedia bagi semua yang mau mendengar, karena suara mereka terpencar ke seluruh dunia dan akan didengar "sampai ke ujung bumi".
Untuk memberikan contoh yang mendukung pernyataan pemazmur, kita dapat menggunakan banyak cara. Kita dapat menyampaikan ketidakmungkinan yang logis bahwa hidup dimulai tanpa stimulus dari luar, tak peduli berapa waktu yang ditetapkan para ilmuwan untuk kejadian seperti itu. Kita dapat berbicara tentang pola yang rumit dari gerak benda-benda angkasa di alam semesta -- termasuk ketepatan waktu jalur tempuh mereka satu dan lainnya. Kita dapat berbicara tentang kemiringan yang tepat dari bumi, jaraknya yang tepat dari matahari dan perjalanannya yang tepat melalui tata surya kita -- semua itu merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh iklim sedang yang dapat kita nikmati.
Untuk singkatnya, mari kita meneliti satu bagian kecil yang penting dari keberadaan kita -- mata. Mari kita lihat bagaimana rumitnya mata yang menyiratkan keterlibatan seorang perencana yang berdaya pikir tinggi dan menolak ide perkembangan yang acak.
Menurut kebanyakan orang yang tidak percaya kepada Allah, kita mencapai keadaan fisik seperti sekarang ini atas dasar evolusi. Mereka menyatakan bahwa apa yang dimulai dari sesuatu yang bersel satu, beberapa ratus juta tahun yang lalu, akhirnya berkembang menjadi manusia. Namun mari kita perhatikan satu organ tubuh yang kecil ini dan melihat apakah secara logis ia dapat menempuh jalur evolusi. Bila tidak, bukankah secara rasio kita dapat menyimpulkan bahwa ia berasal dari tangan "Seorang" Perencana Agung?
Inilah kasusnya. Bila kita mengambil bagian mana saja dari mata -- misalnya retina -- maka mata tidak akan berfungsi. Atau ambil lensanya. Tidak ada penglihatan. Ambil korneanya? Kebutaan. Bagi mata, untuk dapat berfungsi, semua bagian harus ada dan bekerja. Hal ini saja sudah merupakan argumentasi kuat tentang adanya perencanaan.
Namun mari kita lihat dengan cara lain. Kita bawa konsep ini kembali ke dalam rantai evolusi. Pada suatu ketika dalam perjalanan evolusi, suatu makhluk yang kelak akan menjadi manusia harus mulai memiliki mata. Namun bagaimana mulainya? Mata tidak mungkin berevolusi, karena tidak ada sesuatu yang dapat menyebabkan makhluk itu mulai membentuk mata yang tidak dapat melihat. Teori evolusi mengatakan bahwa perubahan terjadi karena adaptasi. Lalu, apa yang menyebabkan suatu makhluk tak bermata menghendaki mata yang tak berguna pada kepalanya? Bagaimana ia tahu bahwa ia akan membutuhkan mata yang dapat melihat?
Mata dapat berfungsi atau tidak, dan tak ada alasan bagi suatu makhluk untuk mulai membentuk mata yang tak sempurna supaya kelak pada tingkat evolusi lebih tinggi menjadi mata yang dapat melihat. Lalu, di mana mata itu mulai? Secara kebetulan atau direncanakan? Kerumitan struktur mata yang mengherankan dan kesalingterkaitan semua bagiannya membuktikan adanya "Seorang" Perencana dan Pencipta yang tahu apa yang Dia lakukan. (Ilustrasi ini diambil dari buku The Truth: God or Evolution? karya Marshall dan Sandra Hall, terbitan Baker Book House, 1975).
Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah sumber dari segala sesuatu. Penulis surat Ibrani menegaskan hal itu dengan mengatakan:
Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (
Ini merupakan penyataan yang mengherankan. Ia menegaskan bahwa Allah menjadikan seluruh alam semesta dengan menggunakan bahan-bahan yang tak dapat kita lihat -- hanya dengan firmanNya.
Walaupun nampak sulit untuk dipercaya, namun hal ini masih jauh lebih masuk akal daripada pilihan lain. Jika memang alam semesta tidak diciptakan oleh Allah dari kehampaan, maka jawaban yang paling tepat setelah itu ialah bahwa alam semesta diciptakan oleh "bukan siapa pun" dari kehampaan. Bandingkan kedua ide tersebut berdasarkan akal sehat dan lihat kesimpulan apa yang Anda capai.
PERNYATAAN ALLAH |
---|
MANUSIA |
---|
Mengapa hak-hak azasi manusia begitu penting bagi orang-orang di seluruh dunia? Bagaimana suatu kelompok seperti Amnesty International dapat menentukan apa yang merupakan perlakuan layak bagi manusia, tanpa melihat siapa mereka dan di mana mereka hidup? Mengapa orang-orang di seluruh dunia memiliki standar moral yang sangat mirip satu dengan yang lain? Mungkinkah dasar pengetahuan tentang yang benar dan salah ini merupakan kesaksian dari dalam diri kita tentang keberadaan Allah? Jika demikian, kita seharusnya dapat melihat suatu pernyataan universal tentang kesadaran akan Allah.
Satu aktivitas manusia yang nampaknya menguatkan konsep pengetahuan universal tentang Allah adalah perhatian besar manusia terhadap agama. Dalam setiap budaya dan daerah, orang-orang melakukan ibadah. Walaupun seringkali mereka tidak tahu apa yang mereka sembah, namun pasti ada alasan yang kuat mengapa mereka melakukan hal itu. Dalam diri setiap manusia, ada perasaan bahwa ada suatu "makhluk" yang berada di atasnya. Dr. Robert Ratray, seorang pakar dalam agama-agama tradisional Afrika, melihat adanya sifat yang sangat khusus tentang pengetahuan akan Allah yang ada pada manusia melalui pernyataan batin, lepas dari firman Allah. Berbicara tentang orang-orang Ashanti yang hidup di pantai Emas, Afrika, ia mengatakan: Saya yakin bahwa dalam pikiran orang Ashanti, konsep tentang makhluk tertinggi tak ada hubungannya sama sekali dengan pengaruh pekabaran Injil, hubungan dengan orang Kristen, maupun, menurut saya, dengan orang-orang dari kepercayaan lain.... Dengan demikian dapat dikatakan bahwa benar makhluk tertinggi yang konsepnya telah menyatu dengan pikiran orang Ashanti, adalah Yehovanya orang Israel. Kita telah melihat bahwa umat manusia memiliki suatu kesaksian batin tentang keberadaan Allah dan sifat moralNya.
Dalam
Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu" (ayat
Kemudian Paulus menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan satu-satunya Allah yang sejati kepada penyembah-penyembah berhala itu. Yang menarik untuk disimak adalah bahwa orang-orang Atena memiliki pengetahuan yang begitu mendalam tentang Allah, sehingga di samping semua berhala, mereka juga menyembah seorang allah yang tidak dikenal, hanya untuk memastikan bahwa tidak ada satu allah pun yang luput mereka sembah. Mereka tidak perlu diyakinkan tentang keberadaan Allah; mereka hanya perlu diarahkan kepada Allah yang benar.
Sebelumnya, dalam surat Roma Paulus mengajukan pertanyaan tentang pengetahuan batin yang mendasar dalam hati semua orang. Ketika ia berbicara tentang orang yang bukan Yahudi, ia berkata bahwa "isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi" (
Setiap orang memiliki pengetahuan batin tentang Allah. Paulus mengatakan bahwa "apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka." Namun walaupun semua manusia memiliki kesaksian batin bahwa Allah ada, beberapa orang tidak mau mengakuinya -- mereka "menindas kebenaran".
Untuk mengakhiri bagian ini, mari kita ingat sejenak reaksi orang-orang di seluruh dunia bila mereka membaca tentang perbuatan-perbuatan keji terorisme atau pelanggaran hak azasi manusia. Perbuatan-perbuatan seperti itu menjijikkan bagi semua orang, tanpa memperhatikan keyakinan atau latar belakang mereka. Mengapa? Apakah ini merupakan hasil dari perilaku sosial yang dipelajari ketika kita menaiki tangga evolusi? Bila demikian, moralitas yang kita miliki hanyalah suatu sifat hewani yang maju. Demikian juga dengan sifat-sifat khusus lainnya, seperti intelektual, belas kasihan, bahkan penalaran ilmiah. Di mana permulaan sifat-sifat ini pada kera? Mengapa hanya satu makhluk -- manusia -- memiliki hal-hal ini, walaupun teori evolusi akan menyatakan bahwa keberadaan hewan-hewan jauh lebih lama dari manusia? Dan, apakah yang menyebabkan kera pertama mulai mengembangkan moral, belas kasihan dan sifat-sifat khas lainnya yang ada pada manusia?
Apakah tidak akan jauh lebih masuk akal untuk dipercaya bahwa suatu jenis makhluk bermoral karena memiliki Pencipta yang bermoral -- "Seorang" yang menanamkan sifat-sifat tersebut pada semua manusia?
PERNYATAAN ALLAH |
---|
Walaupun Allah telah menyatakan keberadaanNya melalui kesadaran batin dalam diri kita, hal ini belumlah cukup. Kita tidak akan mampu mengetahui segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang Dia bila Dia tidak memutuskan untuk mengatakannya kepada kita secara khusus tentang diriNya melalui cara-cara lain. Kita dapat melihat hasil pernyataan diri yang samar dengan memperhatikan ritual dan penyembahan berhala pada suku-suku primitif. Mereka menyadarinya melalui alam semesta dan akal budi bahwa ada "Seorang" yang lebih tinggi dari mereka, namun mereka tidak memiliki pengetahuan tentang siapa "Seorang" itu sebenarnya. Karena itu mereka berusaha menyembah Allah tanpa mengenalNya. Ritual-ritual pengurbanan mereka menunjukkan kesadaran mereka akan "Seorang" yang mereka rasa harus mereka puaskan. Perhatian mereka pada roh-roh jahat menunjukkan pengetahuan batin mereka terhadap hal yang baik dan jahat. Yang perlu dimengerti oleh orang-orang ini adalah bahwa pengetahuan belaka akan adanya Allah tak dapat memuaskan hati manusia. Manusia perlu mengenal Allah secara pribadi.
Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk melihat cara ketiga yang dipilih Allah agar kita mengetahui keberadaanNya. Selama beribu-ribu tahun, melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan dituliskan oleh orang-orang yang diilhami Allah, Allah berkomunikasi dengan umat manusia dengan cara-cara yang khusus. Melalui penyataan-penyataan khusus inilah kita mengetahui seperti apa Allah dan apa yang diharapkanNya dari kita.
Alkitab membuat hal ini jelas bahwa jejak-jejak bukti peryataan khusus mengarah ke awal Penciptaan. Misalnya, Allah berbicara secara langsung kepada Adam di taman Eden. Dia bertemu dengan Adam setiap sore untuk bercakap-cakap. Allah memberitahukan kepadanya tentang satu-satunya pohon yang terlarang baginya. Kemudian, ketika Adam dan Hawa melanggar perintah itu, Dia secara tegas menyampaikan penghakimanNya atas mereka.
Allah terus mengadakan komunikasi dengan berbagai orang setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden. Kain mendengar suaraNya. Demikian juga Henokh, Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub. Bagi orang-orang zaman dulu tersebut, keberadaan Allah sungguh nyata. Mereka mendengar Dia dengan cara yang membuat keberadaanNya tidak diragukan lagi.
Pernyataan khusus Allah kepada umat manusia juga terjadi dalam bentuk lain. Selain berbicara dengan tegas secara langsung kepada orang-orang tersebut di atas dan lainnya, Dia juga berkomunikasi dengan cara yang tidak begitu langsung, namun sama berartinya. Lewat inspirasi RohNya Dia membuat sejumlah orang menuliskan serangkaian dokumen yang kini kita namakan Alkitab.
Untuk menunjukkan pernyataan Alkitab bahwa Allah berbicara secara langsung melalui penulis-penulisnya, kita dapat melihat beberapa ayat dalam Perjanjian Baru. Dalam
Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Inilah pernyataan bahwa penulis-penulis Perjanjian Lama yang berbicara tentang hal-hal seperti penghakiman Allah, peristiwa-peristiwa masa depan, kedatangan Kristus, dan hubungan Allah dengan Israel, tidak berbicara atas nama mereka sendiri. Mereka berbicara atas nama Allah Pencipta.
Ayat lain yang berbicara tentang pernyataan khusus adalah
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Sekali lagi, pernyataan tersebut disampaikan dengan cara Allah menyatakan diri secara khusus melalui kata-kata di Alkitab. Ayat-ayat dalam 2Timotius ini menunjukkan bahwa dengan membaca dan menaati kata-kata tersebut, seseorang dapat akrab dengan pikiran Allah sehingga ia dapat menjadi pribadi yang dikehendaki Allah.
Namun, dapatkah kita melihat bukti -- selain yang dikatakan Alkitab tentang dirinya sendiri -- bahwa buku ini berbeda dari semua buku agama-agama lain? Apakah ia cukup bermakna untuk dapat dipercaya sebagai alat komunikasi khusus dari Allah? Bila kita melihat keunikan Alkitab, hal ini menunjukkan bahwa ia bukan suatu kumpulan tulisan dari orang-orang biasa. Sebaliknya, ia merupakan kumpulan dokumen-dokumen yang akurat dan menakjubkan selama beribu-ribu tahun. Ia menjadi bukti dari sesuatu yang tersusun dan terjaga secara ajaib.
Ia unik di antara buku-buku lain karena banyak sebab.
Tidak terlalu jauh bila kita menyimpulkan bahwa dengan cara-cara komunikasi yang khusus, Allah telah menyatakan kepada kita lebih dari sekadar keberadaanNya. Dia memberitahu kita tentang sifat, kehendak dan kasihNya kepada umat manusia. Itu sebabnya Alkitab begitu penting. Ia memberitahu kita bagaimana kita dapat menemukan damai dengan Allah Pencipta dan bagaimana kita dapat hidup dengan cara yang berkenan kepadaNya.
PERNYATAAN ALLAH |
---|
Walaupun kita mengenal Allah melalui alam semesta, sadar bahwa Dia ada karena kita memiliki pengetahuan tentang Dia dalam hati kita dan telah membaca tentang Dia dalam Alkitab, namun faktor-faktor itu saja tidak akan memberikan pernyataan yang lengkap tentang Allah. Untuk mengetahui Allah selengkap mungkin, kita perlu melihatNya saat Dia berinteraksi dengan umat manusia. Kita perlu melihat bahwa Dia dapat menggenapi nubuatan-nubuatan dari para nabi Perjanjian Lama. Hal ini dapat terjadi hanya bila kita melihat Allah ketika Dia menyatakan diri melalui Kristus.
Walaupun kita sering berpikir demikian, sebenarnya pernyataan Allah melalui Kristus tidak dimulai di palungan Betlehem. Dalam Alkitab, Yesus diidentifikasi sebagai Pencipta segala sesuatu (
Selain itu, dalam hidupNya selama 33 tahun di dunia, Yesus menunjukkan kepribadian dan sifat Allah kepada manusia. Yesus mengatakan bahwa melihatNya berarti melihat Bapa (
Sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa Allah secara khusus menyatakan diriNya kepada manusia melalui Kristus, dapat ditemukan pada permulaan surat Ibrani:
Setelah pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantara nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantara AnakNya (Ibr 1:1-2 ).
Dengan demikian, cara keempat Allah menyatakan diriNya kepada manusia adalah melalui kedatangan Kristus ke dunia. Yesus merupakan bukti darah-dan-daging bahwa Allah ada. Bahkan kedatangan Yesus ke dunia sebagai manusia merupakan pernyataan Allah yang terhebat, karena Yesus Kristus adalah Allah.
Dalam
Ya, Dia yang melewati jalan-jalan berdebu di Galilea sambil menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati dan mengajarkan kebenaran kerajaan Allah, adalah Allah yang berinkarnasi. Bila Dia berbicara, Allah yang berbicara; bila Dia bertindak, Allah yang bertindak. Alkitab mengidentifikasikan diri sebagai firman yang tertulis, dan Kristus dinamakan Firman Allah yang hidup (
Oleh karena itu, bila Anda ingin mengenal Allah, lihatlah Yesus Kristus. Hanya melalui Yesus yang datang sebagai manusia, terbuka jalan bagi kita yang hidup sesudah masa Perjanjian Lama untuk berkenalan dengan Allah.
Kita semua memiliki pilihan. Kita dapat melihat bukti-bukti tentang keberadaan Allah dan percaya bahwa Dia ada, atau kita dapat mengesampingkan bukti-bukti itu dan menetapkan bahwa tak ada Allah. Bagaimanapun juga, kita harus melintasi jembatan iman, karena kedua jawaban tersebut tidak dapat memberikan kepastian secara laboratorium. Pertanyaan kuncinya adalah: Dalam suatu masalah yang begitu mendasar bagi kesejahteraan kita dan dalam suatu pertanyaan yang menuntut jawaban, secara jujur, posisi mana yang kita pilih? Mari kita lihat sekali lagi pilihan-pilihan yang dapat membimbing kita saat kita melintasi jembatan.
PILIHAN 1: Allah ada
PILIHAN 2: Allah tidak ada
Pada pilihan mana Anda akan mempertaruhkan masa depan kekal Anda? Jembatan mana yang akan Anda lintasi?
Alkitab tidak lagi bersikap diplomatis ketika berbicara tentang mengapa sebagian orang tidak percaya akan keberadaan Allah. tidak menutupi sesuatu pun ketika mengatakan, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.'"
Ucapan ini tidaklah sekeras kedengarannya. Ayat ini tidak menunjuk pada keterbatasan intelektual mereka yang tidak percaya. Kata Ibrani yang diterjemahkan "bebal" di sini menunjuk pada orang yang jahat, licik dan cacat secara moral. Definisi ini didukung oleh konteksnya, karena ayat
Dalam
...manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak (Yoh 3:19-20 ).
Orang yang memutuskan untuk hidup dengan cara tidak mengenal Allah akan cenderung melihat alam semesta tanpa Allah.
Kata kunci di sini bukanlah keraguan, tetapi penolakan. Kita dapat melihat sebuah ilustrasi tentang hal ini dengan meneliti sebuah kejadian dalam kehidupan Yesus. Dalam
Namun mereka tidak mau percaya. Dalam penolakan mereka untuk percaya, kita melihat suatu pola yang terulang pada setiap orang yang menolak untuk percaya bahwa Allah Ada. Inilah yang dikatakan Yesus tentang ketidakmauan mereka untuk percaya walaupun bukti-bukti telah jelas:
Inti dari ketidakpercayaan, demikian kata Yesus, adalah penolakan. Hal ini bukan masalah pengetahuan atau bukti -- kaum Farisi memiliki pengetahuan dan bukti dalam jumlah banyak. Ini masalah kemauan. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengar dengan telinga sendiri perbuatan-perbuatan ajaib Yesus. Mereka mengetahui nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Mesias, namun mereka mengeraskan hati untuk menyangkal keilahian Yesus.
Demikian juga halnya dengan banyak orang yang menolak untuk percaya pada Allah. Dengan sadar dan kemauan sendiri mereka menolak bukti-bukti yang meyakinkan. Mereka menjadi pemberontak terhadap apa yang mereka ketahui dan lihat sendiri.
Perhatikan perkataan Rasul Yohanes tentang mereka yang memilih untuk tidak percaya:
Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak (
Kata-kata tersebut cukup keras. Namun dengan jelas kata-kata itu menggambarkan masalah mereka yang dengan kemauan mereka sendiri menentukan bahwa keempat pernyataan Allah tentang diriNya tidaklah cukup untuk meyakinkan keberadaanNya.
Para pakar telah lama mencari argumen yang tak terbantahkan tentang keberadaan Allah! Namun dengan argumen saja tidak dapat meyakinkan semua orang, karena selalu akan ada orang-orang skeptis yang menuntut bukti-bukti empiris -- bukti-bukti yang tidak tersedia.
Namun dari abad ke abad, telah diusahakan dengan memeras otak untuk menyusun argumen-argumen guna membuktikan bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemelihara dunia ini. Di bawah ini tercantum empat upaya para ahli pikir untuk membuktikan keberadaan Allah.
Argumen Keberadaan
Nama klasik : Argumen ontologis.
Berasal dari : Anselm of Canterbury.
Pandangan Utama: Setiap orang yang mau mempertimbangkan bahwa Allah ada sebenarnya telah mengakui bahwa Allah ada. Inilah logika pernyataan tersebut. Secara definisi, Allah adalah makhluk teragung yang mungkin ada. Bila Dia tidak ada, Dia tidak dapat menjadi makhluk teragung. Oleh karena itu, makhluk seperti itu ada. Dengan kata lain, fakta yang ada di dalam diri kita bahwa ada ide tentang Allah, disebabkan oleh Allah sendiri.
Argumen Penyebab Pertama
Nama klasik : Argumen kosmologis.
Berasal dari : Plato dan Aristoteles.
Pandangan utama: Dunia kita -- kompleks, terbatas, senantiasa berubah dan dapat dimengerti dengan akal -- harus memiliki satu penyebab pertama yang meyakinkan. Para ilmuwan pada umumnya setuju bahwa dunia kita memiliki awal. Dan awal tersebut harus bertautan dengan sesuatu yang tidak bertautan dengan sesuatu pun untuk keberadaannya. Oleh karena itu, sesuatu yang tidak bertautan kepada sesuatu pun ini haruslah tak terbatas, kekal, tak ada habisnya dan mandiri. Seterusnya inilah Allah.
Argumen Perencanaan
Nama klasik : Argumen teleologis
Berasal dari : Berbagai pemikir
Pandangan utama: Tujuan dan perencanaan dunia menunjuk pada keberadaan Allah. Ahli ilmu alam kagum akan kompleksitas dari segala sesuatu yang mereka pelajari. Walaupun demikian, semua sistem bekerja dengan baik. Perhatikan keseimbangan antara panas dan dingin, percampuran yang tepat antara oksigen dan gas-gas lainnya, tirai tipis yang melindungi kita dari sinar ultra violet, hubungan yang kompleks antarbagian sistem ekologi. Semua itu menunjuk pada perencanaan yang canggih.
Argumen Manusia
Nama klasik : Argumen antropologis
Pandangan utama: Dasar pemikiran ini berlandaskan pada kepribadian manusia yang alamiah. Bila kita beribadah, kita mampu berpikir secara abstrak dan memproyeksikan diri secara mental ke dunia yang lain. Kita mampu mengambil keputusan-keputusan moral yang berat yang membuat kita bersedia berkurban dengan gagah berani, yang tidak mungkin muncul dari naluri. Kita mengagumi karya seni, musik dan arsitektur. Kualitas-kualitas manusia yang luar biasa ini pasti merupakan hasil karya Seorang Pencipta yang berdaya pikir, bermoral dan berpribadi.
Saat manusia bergumul untuk menata pandangan-pandangannya tentang Allah, ia sampai pada enam sudut pandang utama. Inilah skema berbagai kepercayaan itu.
Kepercayaan | : | Agnostisisme |
Pandangan Dasar | : | Tidak mungkin mengetahui keberadaan Allah. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana awal dunia ini |
Pendukung | : | Thomas Huxley, Herbert Spencer |
Kata Mereka | : | "Aku tidah tahu apakah Allah ada atau tidak." |
Kepercayaan | : | Ateisme |
Pandangan Dasar | : | Tidak perlu ada Allah. Dewa-dewa Yunani dan Allah dari Alkitab sama saja. |
Pendukung | : | Madalyn O'Hair, Bertrand Russell |
Kata Mereka | : | "Aku tahu bahwa Allah tidak ada." |
Kepercayaan | : | Deisme |
Pandangan Dasar | : | Allah mulai menggerakkan alam semesta dan meninggalkannya untuk mencapai hasilnya sendiri Allah tidak lagi menaruh perhatian pada manusia |
Pendukung | : | Benjamin Franklin, Thomas Jefferson |
Kata Mereka | : | "Dunia seperti jam yang diputar sekali oleh Allah dan sekarang sedang berputar terus sampai habis." |
Kepercayaan | : | Panteisme |
Pandangan Dasar | : | Kita semua adalah bagian dari Allah. Segala sesuatu yang ada, memiliki Allah di dalamnya. |
Pendukung | : | Spinoza, Goethe |
Kata Mereka | : | Seorang panteisme akan melihat sebuah pohon dan berkata, "Pohon itu adalah Allah." |
Kepercayaan | : | Panenteisme |
Pandangan Dasar | : | Allah meresapi seluruh alam semesta. Segala sesuatu ada di dalam Dia. |
Pendukung | : | Paul Tillich, New Age Movement |
Kata Mereka | : | Seorang panenteisme akan melihat sebuah pohon dan berkata, "Allah ada dalam pohon itu." |
Kepercayaan | : | Teisme |
Pandangan Dasar | : | Hanya ada satu Allah. Dia menciptakan alam semesta, dan kita dapat mengenalNya |
Pendukung | : | Orang Kristen dan Yahudi |
Kata Mereka | : | "Allah ada dan Dia tidak diam." |
Craig James Wood adalah seorang ahli meteorologi yang bekerja pada
sebuah stasiun televisi, yang profesionalismenya dan ketepatan
prakiraan cuacanya membuat ia sangat disegani. Di sini ia
menceritakan tentang perjalanannya dari ateisme sampai beriman.
Lima belas tahun yang lalu saya adalah seorang ateis. Saya
telah memutuskan bahwa tidak ada Allah. Bagi saya, satu-satunya
kekuatan yang bekerja di dunia adalah gaya berat -- bukan sesuatu
yang lebih berpribadi dan peduli dari itu.
Saya selalu diberitahu bahwa manusia diciptakan menurut
gambar Allah. Namun berdasarkan apa yang saya lihat pada diri dan
cara orang-orang saling memperlakukan, hal itu bukanlah gambar yang
saya sukai. Di samping itu, penderitaan meluas yang ditanggung umat
manusia -- disebabkan oleh banjir, gempa bumi, penyakit, kebakaran
dan bencana-bencana lainnya -- menyebabkan saya menyimpulkan bahwa
bila ada Allah, Dia pasti tidak mempedulikan manusia lebih baik dari
saya. Jauh lebih masuk akal untuk dipercaya bahwa tidak ada Allah
daripada ada "Seorang" Allah yang kejam dan semauNya sendiri.
Dengan keyakinan-keyakinan dan semua argumen untuk
mendukungnya, saya tiba di Grand Rapids pada tahun 1972. Saya siap
bekerja keras untuk mencapai semua tujuan yang telah saya tetapkan
bagi diri saya. Saya menginginkan keluarga yang bahagia, rumah yang
bagus, pekerjaan yang menyenangkan dan penghasilan yang layak. Pada
usia 25 tahun, kelihatannya saya telah mencapai semua tujuan itu.
Namun sesungguhnya saya merasakan kekecewaan yang mendalam karena
saya tidak merasakan kepuasan. Bahkan sebaliknya, saya mulai
merasakan ketidakpuasan dan ketidaktenangan yang kuat. Saya mulai
merasakan kebosanan dalam hidup.
Pada masa itu saya mulai bertemu (atau memperhatikan untuk
pertama kalinya) orang-orang yang berbeda kehidupannya. Mereka
memiliki damai di dalam diri yang tidak saya miliki dengan kemauan
saya sendiri. Hal ini membuat saya sangat marah. Dan ketika
orang-orang ini mengatakan kepada saya bahwa damai mereka datang dari
Allah yang hidup yang ada dalam diri mereka, saya menjadi lebih marah
lagi.
Biasanya saya dapat mengabaikan percakapan tentang Allah yang
hidup sebagai suatu yang omong kosong. Namun kenyataan adanya sesuatu
yang berbeda dalam kehidupan orang-orang ini, terlalu kuat untuk
dibantah. Kemudian saya melihat suatu perubahan pada istri saya
Marcie, yang lebih tak mungkin pula untuk dibantah. Dalam sekejap,
banyak kekecewaan, kekhawatiran dan kebencian dalam dirinya, diganti
dengan roh kedamaian dan kemantapan, sama seperti yang dialami oleh
teman-teman saya.
Tiga minggu kemudian, Marcie memberanikan dirinya untuk
menceritakan kepada saya bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada
Yesus Kristus. Saya tidak dapat melawanNya lebih lama lagi. Saya pun
menyerahkan hidup saya kepada Allah yang hidup ini, yang telah
memperkenalkan diriNya kepada saya melalui istri dan teman-teman saya
yang diubahNya.
Sekarang saya tahu bahwa Allah ada. Dia telah menyatakan
diriNya melalui Alkitab, yang dulu tidak pernah saya percayai. Dia
menyatakan diriNya melalui perencanaan alam semesta yang sekarang
saya lihat dari sudut pandang yang berbeda. Dan Dia telah menyatakan
diriNya melalui hidup orang-orang yang menjadi kunci yang membuka
hati saya.
Dia siap dan mau menyatakan diriNya kepada Anda juga, bila
Anda memintaNya untuk memperkenalkan diriNya kepada Anda.
Apakah Allah ada atau tidak, merupakan pertanyaan yang penting. Namun sebenarnya, mengenal Allah ini adalah jauh lebih penting. J.I. Packer menulis: "Untuk apa kita diciptakan? Untuk mengenal Allah. Apa yang seharusnya menjadi tujuan hidup kita? Untuk mengenal Allah. Apakah hidup kekal yang diberikan Yesus? Untuk mengenal Allah. Apakah yang terbaik dalam hidup? Mengenal Allah. Apakah yang dalam diri manusia yang paling menyenangkan Allah? Pengetahuan akan diriNya."
Namun siapakah yang dapat memperkenalkan kita kepada Allah? Mari kita lihat apa yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya:
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Thomas kepadaNya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yoh 14:1-7 ).
Kami mengundang Anda untuk mengakui dosa-dosa dan kebutuhan Anda akan Juruselamat. Sadarilah bahwa Kristus telah mati untuk Anda. Dan percayalah kata-kata Yohanes: "Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya" (