You are heree-JEMMi No.22 Vol.14/2011 / Berjalan Bersama-Nya

Berjalan Bersama-Nya


Paulus mengatakan bahwa dia rindu untuk mempunyai pengalaman pribadi dengan Yesus dalam penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Surat-surat Paulus berisi pengalaman pribadinya dengan Tuhan Yesus ketika melayani secara fisik dari waktu ke waktu tubuh fisiknya makin merosot, tetapi secara batiniah dia terus menerus diperbarui.

Berjalan bersama Tuhan

Pengalaman dengan Tuhan memberi dampak dalam pertumbuhan manusia rohani kita. Bukan hanya Yesus yang mengalami penderitaan, Paulus juga memiliki pengalaman-pengalaman rohani yang tidak bisa diceritakan dengan kata-kata.

Hidup sebagai orang Kristen tidak boleh takut dengan tantangan, penderitaan, aniaya, fitnahan, dan penolakan. Pertumbuhan iman kita tidak boleh takut karena perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh orang lain kepada kita, bahkan sebaliknya, penderitaan dan kesulitan oleh karena nama-Nya, membuat kita makin kuat memegang tangan-Nya dan berjalan bersama-Nya dalam kemuliaan-Nya.

Di negara-negara yang menolak dan tertutup terhadap Injil, hampir setiap hari orang-orang percaya diperlakukan dengan tidak menyenangkan, ditentang, dan diancam, tetapi mereka tidak takut menjalani jalan salib tersebut.

Mengapa masih ada orang Kristen yang belum mengalami tantangan jalan salib? Mungkin mereka tidak berani menceritakan Yesus yang telah mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa umat manusia, kepada mereka yang belum mendengar berita injil ini.

Iman mengalahkan ketakutan dan tantangan-tantangan yang ada di depan kita, iman kita semakin kuat untuk berjalan menuju arah kematian dan kebangkitan bersama Tuhan Yesus.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Tuhan ingin umat-Nya terus aktif, bergerak masuk ke daerah-daerah yang belum tersentuh oleh Kabar Baik, melalui perbuatan baik dan cerita tentang pengalaman pertobatan di dalam Yesus. Kalau kita bergerak dan berjuang bagi Kerajaan Allah, pasti akan ada keringat dan air mata, namun itu belum seberapa karena kita masih belum sampai mengeluarkan peluh darah seperti yang dialami Yesus. Di saat itu, kita bisa mengingat kembali dan menghayati pengorbanan Yesus di kayu salib dan itu amat berarti, sehingga dapat meneguhkan iman kita kembali.

Iman mengalahkan ketakutan dan tantangan-tantangan yang ada di depan kita, iman kita semakin kuat untuk berjalan menuju arah kematian dan kebangkitan bersama Tuhan Yesus.

Diambil dari:
Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Mei -- Juni 2006
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 1