You are hereArtikel Misi / Bagaimana Gereja Anda Menjadi Gereja yang Misioner
Bagaimana Gereja Anda Menjadi Gereja yang Misioner
(Menyadari Kebutaan Rohani Dunia)
Banyak orang yang merindukan gereja mereka dapat menjadi gereja misioner, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai sasaran ini. Itu sebabnya mereka tidak melibatkan diri dalam misi sedunia.
Murid Tuhan Yesus pada zaman PB tidak berbeda jauh dengan kebanyakan orang Kristen masa kini. Oleh sebab itu, Tuhan mengajar mereka pada waktu mereka bersama-sama di daerah Samaria, yang berbeda dengan orang Yahudi walaupun masih ada persamaan. Dalam Yohanes 4:35, "Bukan kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai."
Hal ini juga terjadi dengan kebanyakan orang Kristen pada masa sekarang, di mana mereka berpikir belum ada waktu untuk memberitakan Injil. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka: Sekaranglah waktunya untuk "menuai", di mana orang Samaria dapat mengenal-Nya sebagai Juru Selamat. Percaya kepada Yesus Kristus adalah kebutuhan orang Samaria yang mendesak. Murid-murid perlu disadarkan tentang kebutuhan rohani suku yang lain. Mereka perlu mengenal Yesus Kristus sebagai Juru Selamat sesegera mungkin.
Louis Palau, seorang penginjil yang dipakai luar biasa oleh Tuhan di seluruh dunia, pernah memberi kesaksian bahwa dia juga belajar tentang kebutuhan rohani dunia ini: "Tuhan Yesus dan Keith mengajar saya tentang visi. Tuhan Yesus memiliki visi yang luas ..., saya tidak memiliki visi tersebut. Walaupun saya dibesarkan di sebuah gereja yang bagus, namun kami berpusat kepada diri kami sendiri. Kemudian seorang misionaris muncul, namanya Keith. Di luar dugaan saya, suatu hari Keith berkata, `Louis, tiap hari Rabu sehabis kerja (saya kerja di sebuah bank), mari mampir ke tempat saya dan kita bisa berdoa bersama.` Rabu pertama kami berlutut dan Keith mulai mendoakan saya. Rabu berikutnya pada waktu kami berkumpul, ia mendoakan seluruh kota Cordoba, kota kedua di Argentina."
"Pada Rabu berikutnya lagi kami berkumpul, ia membawa peta sebuah provinsi Cordoba. Ia bertanya, `Louis berapa jumlah kota dan desa di provinsi Cordoba ...? Sembilan ratus lebih sedikit. Sekarang mari kita mendoakan tempat-tempat tersebut. Tahukah Louis berapa dari antara kesembilan ratus tempat ini yang memunyai gereja Injili? Hanya sembilan puluh di antara sembilan ratus`. Keith sudah menelitinya, kami berlutut dan ia mulai berdoa dari utara sampai ke selatan provinsi tersebut. Ia mendoakan setiap kota yang memunyai gereja Injili. Dan apabila ia mengenal pendeta atau misionaris di tempat tertentu, maka ia mendoakan mereka."
"Hari Rabu minggu berikutnya, ia membawa peta negara Argentina. Kami mulai berdoa dari selatan sampai ke utara, provinsi demi provinsi, dan ia telah hafal semua statistik. Hati saya mulai membesar terbang bagai naik pesawat ke seluruh negeri sambil mendoakannya."
"Seminggu kemudian, ia datang lagi dengan sebuah peta benua Amerika Utara dan Selatan. Dia mengenal misionaris di mana-mana. Dan ia mulai berdoa untuk Argentina, Uruguay, Paraguay. Semua itu didoakannya tidak dengan doa pendek yang sepintas kilas dan terburu-buru, tetapi didoakannya dengan sungguh-sungguh, dan oleh karenanya, hati saya mulai terbuka. Untuk minggu berkutnya, ia datang dengan peta Eropa. Pada akhirnya, setelah beberapa minggu, ia datang lagi dengan membawa peta dunia. Keith mengajar saya tentang visi."
Diambil dari:
Judul buletin | : | Terang Lintas Budaya, Edisi 41, Tahun 2000 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Terang Lintas Budaya, Malang 2000 |
Halaman | : | 2 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 15850 reads