You are hereArtikel Misi / 3 Cara Berpartisipasi dalam Misi (Tanpa Meninggalkan Kota)

3 Cara Berpartisipasi dalam Misi (Tanpa Meninggalkan Kota)


By admin - Posted on 24 June 2021

Jemaat saya baru-baru ini mengumpulkan persembahan untuk mendanai terjemahan pertama dari tiga kitab dalam Alkitab ke dalam bahasa orang-orang Angave di hutan Papua Nugini. Sepasang suami istri yang mengerjakan penerjemahan itu telah tinggal di desa Angave selama beberapa dekade. Tidak ada jalan menuju tempat tinggal mereka. Tidak ada jaringan listrik. Tidak ada toko kelontong. Namun, ada beberapa ribu orang yang belum pernah mendengar kabar baik tentang Kristus yang disalibkan untuk orang berdosa.

Maka dari itu, hari demi hari, sang suami mengkhotbahkan Alkitab, dan sang istri mengajar orang-orang untuk membaca. Bersama-sama, mereka bekerja untuk menerjemahkan Kitab Suci. Ketika mereka membutuhkan uang untuk pergi ke bagian lain hutan untuk memeriksakan keakuratan terjemahan mereka, jemaat saya berkomitmen untuk membayar biaya pengeluaran mereka. Uang yang kami kirimkan ke Papua Nugini -- sekitar 2.000 Dollar lebih sedikit dalam kurun waktu 2 bulan -- bukanlah jumlah yang besar secara absolut, tetapi membutuhkan pengorbanan dari anggota jemaat kecil kami.

bermisi

Suatu hari Minggu, saya melihat anak-anak saya sendiri mengeluarkan uang dari stoples tabungan mereka: sejumlah uang yang telah mereka kumpulkan selama bertahun-tahun dan hanya perlu beberapa menit bagi mereka untuk mengambil keputusan untuk menyumbangkannya. Mereka meletakkannya di piring persembahan dan mengikutinya dengan mata mereka saat piring itu dibawa melintasi jemaat. Tiba-tiba, mereka menjadi tiga anak laki-laki dengan celengan kosong. Mereka juga mitra dalam Injil.

Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus menulis, "Aku bersyukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu ... karena kerja sama yang kamu berikan dalam pemberitaan Injil sejak hari pertama sampai sekarang" (1:3,5). Kemudian, dia melanjutkan dengan menyoroti tiga tanda kemitraan orang Filipi dengan dia. Hal-hal ini harus menandai jemaat kita juga.

1. Kehidupan yang Dibentuk oleh Injil

Meskipun mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, salah satu cara terpenting gereja lokal dapat mendukung pekerjaan Injil di seluruh dunia adalah dengan terus menjadi saksi yang setia di tempat para anggotanya tinggal dan beribadah. Paulus menulis:

Namun demikian, hiduplah dengan cara yang layak bagi Injil Kristus, supaya kalau aku datang dan bertemu denganmu, atau kalau aku tidak datang, aku boleh mendengar bahwa kamu tetap berdiri teguh dalam satu roh, dengan satu pikiran, untuk berjuang bersama-sama bagi iman dari Injil. Jangan biarkan kamu ditakut-takuti oleh lawan-lawanmu, karena itu adalah tanda jelas kehancuran bagi mereka, tetapi keselamatan bagi kamu, dan tanda itu pun dari Tuhan (Flp. 1:27-28)

Perilaku yang "layak bagi Injil" (ay. 27) tentu saja bukanlah perilaku yang layak menerima kasih karunia Allah dalam Injil. Sebaliknya, perilaku yang dibentuk oleh Injillah yang kemudian mempromosikan Injil. Ketika orang-orang yang menjadi milik Kristus bertindak seperti orang-orang yang menjadi milik Kristus, mereka akan meninggikan Dia di dunia.

Ketika kita saling mengasihi, menyembah Allah menurut firman-Nya, tunduk pada otoritas yang ditetapkan Kristus, dan bertumbuh dalam kekudusan bersama, kita menunjukkan kepada dunia tentang kuasa Roh yang mengubah dan bersaksi tentang keindahan Kristus.

Perilaku yang layak bagi Injil memiliki dua efek yang membesarkan Injil. Pertama, ia bersaksi kepada orang-orang yang terhilang dan menuju kematian dalam komunitas kita sendiri. Dengan menjalani kehidupan Injil yang konsisten, kita mendorong teman dan sesama kita yang tidak percaya untuk menerima kabar baik Kristus bagi diri mereka sendiri. Dengan mengucapkan firman Kristus kepada mereka yang kita kenal, kita mengundang orang lain menjadi murid-Nya. Bahkan, ketika kita bertemu dengan orang-orang yang tetap menentang Injil ("lawan Anda," ay. 28), perilaku saleh kita memungkinkan kita menghadapi tuduhan mereka dengan hati nurani yang bersih dan keyakinan akan keselamatan kita.

Kedua, ketika kita bertindak sebagai orang-orang yang diubahkan oleh Injil, kita mendorong orang-orang lain yang juga diubahkan oleh Injil. Ketika orang Filipi menjalani kehidupan seperti Kristus, mereka berdiri bersama satu sama lain dan bersama Paulus dalam pekerjaan Injil ("berjuang bersama-sama bagi iman dari Injil," ay 27). Dan, ketika orang-orang fasik menanggapi dengan permusuhan, jemaat Filipi memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam pergumulan Paulus. Pertempuran mereka dengan ketidakpercayaan duniawi adalah "pergumulan yang sama" (ay. 30) yang diperjuangkan oleh Paulus di tempat dia berada.

Jika kita dalam jemaat lokal berserah dalam penyembahan yang alkitabiah, bahasa yang saleh, penggunaan waktu yang tepat, menghormati mereka yang berwenang, kesucian seksual, kasih bagi sesama, dan penginjilan yang berani, kita akan mengundang orang-orang datang kepada Kristus. Kita juga akan menghadapi tentangan dan ejekan. Namun, dalam segala hal -- bahkan tanpa meninggalkan kota -- kita akan berdiri berdampingan dengan rekan-rekan kerja kita di seluruh dunia, menyegarkan hati mereka saat mereka sama-sama berjuang untuk kehidupan yang berlawanan dengan budaya, meninggikan Kristus, dan dibentuk oleh Injil.

2. Doa

Cara berikutnya jemaat Filipi memasuki kemitraan Injil adalah dalam doa. Paulus berdoa dengan setia untuk jemaat Filipi (Flp. 1:3-4), dan dia tahu bahwa jemaat di sana sedang berdoa untuknya (Flp. 1:19). Dia yakin doa-doa mereka akan menjadi alat untuk penyebaran Injil: "sebab aku tahu bahwa melalui doa-doamu dan pertolongan Roh Kristus Yesus, apa yang telah terjadi padaku justru akan menjadi pembebasanku" (Flp. 1:19).

Paulus tahu bahwa tugas pemuridan jemaat adalah misi rohani, dan hanya Roh yang dapat membuka mata yang buta, membuka telinga yang tuli, menjernihkan pikiran yang tertutup dosa, dan menghidupkan hati yang mati. Hanya Roh yang dapat menarik pria dan wanita kepada Kristus dan membuat pria dan wanita seperti Kristus, dan oleh karena itu -- melalui doa -- kita harus meminta Dia untuk bekerja. Doa-doa umat Allah bukan pelengkap pelayanan Injil, melainkan yang utama.

Ketika jemaat lokal berdoa bagi mereka yang memberitakan Injil, kita bekerja bersama mereka. Sebagaimana Paulus menasihati jemaat di Roma, "Sekarang aku meminta kepadamu ... untuk bergumul bersama-sama denganku dalam doa-doamu" (Rm. 15:30). Sebagai jawaban atas doa umat-Nya, Allah mengirimkan pekerja ke ladang panen-Nya (Luk. 10:2), memadamkan panah api Setan (Ef. 6:16-20; bd. Mzm. 8:2), menghidupkan kembali orang-orang kudus (2Taw. 7:13-14), menyelamatkan orang berdosa (2Taw. 7:13-14; Yak. 5:14-15), dan mencurahkan penghakiman yang adil ke atas bumi (Why. 8:3, 5).

Sebagai jemaat lokal, kita tidak boleh tergoda untuk menghilangkan atau mengurangi doa syafaat; berdoa bersama untuk kemajuan kerajaan Kristus harus menjadi prioritas bagi kehidupan jemaat kita (lih. Mat. 6:10; Kis. 2:42). Dalam kebaktian dan pertemuan doa, kita berjuang bersama dengan pekerja Injil yang tersebar luas. Jemaat yang berlutut adalah jemaat yang bekerja keras.

3. Memberi

Aspek ketiga dari kemitraan Injil adalah memberi. Paulus menulis bahwa "tidak ada jemaat yang mau berbagi denganku dalam hal memberi dan menerima, kecuali kamu" (Flp. 4:15), menerapkan bahasa "kemitraan" sebelumnya pada kedermawanan finansial jemaat Filipi.

Pemberian uang kita adalah kemitraan dalam istilah yang paling konkret. Ketika kita mendukung pekerjaan gereja dalam jemaat kita sendiri dan di tempat-tempat lain, kita berpartisipasi dalam pemberitaan Injil. Ini adalah tanggung jawab setiap anggota gereja Kristus. Uang kita menyalakan lampu, membuka pintu, memberi makan dan pakaian dan mengirim pengkhotbah Injil, membeli Alkitab, membuat salinan dan kopi, dan membantu orang yang membutuhkan. Kita semua tahu bahwa mereka yang berkhotbah menabur benih Injil (Mzm. 126:6; 1Kor. 3:6-8), tetapi begitu juga mereka yang memberi.

... salah satu cara terpenting gereja lokal dapat mendukung pekerjaan Injil di seluruh dunia adalah dengan terus menjadi saksi yang setia di tempat para anggotanya tinggal dan beribadah.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Rumah, mobil, portofolio, dan gaji kita bukanlah yang utama. Paulus berkata bahwa sumber keuangan kita adalah "benih untuk ditabur" yang diberikan oleh Allah (2Kor. 9:10). Jika kita memberi dengan murah hati, kita menabur benih di tanah kerajaan dan dapat mengharapkan "panen ... kebenaran" dalam hati kita sendiri dan dalam hati orang lain (2Kor. 9:10).

Ketika kita memberi, kita juga bermitra dengan pekerja Injil dalam penyangkalan diri. Paulus sendiri telah berkorban banyak demi Kristus (lih. Flp. 4:10-13), dan ketika jemaat Filipi berkorban dari sumber daya mereka sendiri, mereka "berbagi beban" (Flp. 4:14). Dengan pemberian Anda -- dengan demikian menyangkal kesenangan, kenyamanan, bahkan kebutuhan dasar Anda -- Anda sepenanggungan dengan pria dan wanita yang melakukan hal yang sama setiap hari agar Kristus dapat diwartakan di dunia.

Dalam kekekalan, ketika kami akhirnya berkumpul dengan saudara dan saudari kami yang mempelajari Alkitab dengan mata yang dibukakan oleh Roh dan percaya kepada Kristus dengan iman yang dimampukan oleh Roh, anggota gereja saya akan mendapat bagian dalam sukacita surgawi.

Kami akan beribadah di dekat hadirat Kristus, bergandengan tangan dengan semua orang yang memberi dan berdoa dan bekerja untuk penyebaran Injil di Papua Nugini. Anak-anak yang mengosongkan celengan mereka dan para wanita tua yang berdoa di rumah mereka akan berdiri bersama dengan para penerjemah Alkitab, dan Tuhan kita akan menerima segala kemuliaan. (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/participate-missions/
Judul asli artikel : 3 Ways to Participate in Missions (Without Leaving Town)
Penulis artikel : Megan Hill